Like a Guest Star

2.3K 138 1
                                    

Siang itu, Arjuna mengumpulkan seluruh anggota Pemuda angkatannya. Mereka semua duduk melingkar di atas karpet ruang latihan. Arjuna berusaha untuk menjalankan amanah yang Kak Tarra berikan.

"Gue di sini ngumpulin kalian semua, karena gue pengen jalanin amanah yang Kak Tarra kasih sama gue, yaitu adain forum intern angkatan kita," kata Arjuna.

"Hari H final udah deket dan Kak Tarra liat kalo latihan kita mengalami kemunduran. Coba buat yang ngerasa mainnya agak kurang akhir-akhir ini, mau jujur kenapa performanya kurang maksimal? Gue sendiri mau minta maaf kalo vokal gue belum cukup bagus untuk ditampilin di final. Gue nggak punya masalah pribadi apa-apa di sini, gue cuma butuh latihan lebih banyak aja, khususnya sama Carol. Buat bangun chemistry," lanjut Arjuna.

"Bangun chemistry sih tinggal jadian aja, Jun," celetuk Fandi. Ucapan Fandi berhasil mencairkan suasana kaku di dalam ruang latihan. Arga dan Ratna terkekeh meski masih merasa sebal pada Carol.

"Eh fokus dulu sama forum," kata Arjuna yang berusaha menahan dirinya yang mulai salah tingkah. "Coba Fandi mau ada yang diomongin?" tanya Arjuna.

"Gue sendiri sih nggak ada masalah apa-apa. Sama kayak Juna, kayaknya gue harus lebih banyak latihan aja," jawab Fandi.

"Oke. Ramon ada yang mau disampein?" tanya Arjuna.

Ramon bergumam. "Gue sih nggak ada. Sama kayak Juna dan Fandi. Dan mungkin... kurangi drama aja kali ya kalo ada masalah di antara kita. Soalnya kita kan ekskul musik, bukan ekskul drama," kata Ramon. Ucapan Ramon membuat semua orang mengangguk-angguk.

"Keyla?" kata Arjuna.

"Cuma mau bilang sama Felice sih, jangan terlalu kangen sama Arina. Coba bangun chemistry sama Ratna. Ya, kayak Arjuna sama Carol aja gimana. Mereka kan sering ngabisin waktu bareng. Mungkin kalian juga harus gitu," kata Keyla.

Arjuna dan Carol saling berpandangan, lalu sama-sama melihat ke arah Felice. Ajaibnya, Felice membalas ucapan Keyla dengan senyuman dan anggukan. Sedangkan Ratna hanya menundukkan kepalanya sambil diam-diam diperhatikan Arga.

"Okay. Carol? Ada yang mau diungkapin?" tanya Arjuna.

"Ich liebe dich, Arjuna," sela Fandi.

Carol memelotot, lalu menjitak Fandi. "Ih! Gandeng (Berisik)!"

Makian Carol membuat seisi ruang latihan menyerukan, "Wow!" Sebab mereka takjub mendengar Carol sudah mengenal istilah dalam bahasa Sunda. Arjuna pun tertawa mendengarnya.

"Gue juga kayaknya perlu lebih banyak latihan biar vokalnya siap buat nanti di final. Dan gue ada ide tambahan buat bikin meriah perform kita nanti, tapi dibahasnya beres forum aja. Terakhir, pengen ngasih pesen ke temen-temen, tolong masalah pribadi masing-masing jangan dibawa ke dalem ruang latihan, ya. Kita semua belajar profesional, oke?" kata Carol sambil menatap Felice, Arga, dan Ratna bergantian.

"Iya, gue gerah liat kalian bertiga. Pada kenapa sih?" ujar Rangga sambil menunjuk Felice, Arga, dan Ratna. "Ini nih, yang gue pertanyakan dari kemarin," kata Rangga.

Carol menyenggol Arjuna. Rupanya hanya Carol, Arjuna, Felice, Arga, dan Ratna yang tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Maafin aku karena belum bisa bangun chemistry sama Ratna. Aku cuma lagi ada masalah keluarga aja yang nggak bisa aku ceritain. Aku berharap, setelah ini, aku bisa main gamelan dengan kompak sama Ratna. Iya kan, Na?" tanya Felice pada Ratna.

Ucapan Felice membuat mata Carol dan Arjuna memelotot. Ratna dan Arga pun sama kagetnya. Ratna mengangkat kepalanya, lalu memandang Felice yang tengah menatapnya dengan tatapan biasa.

"I... iya. Maafin aku juga. Aku juga lagi ada masalah yang nggak bisa diceritain," kata Ratna. "Tapi aku bakalan coba buat nggak bawa masalah itu ke dalem sini," sambungnya.

"Gue juga minta maaf kalo permainan perkusi gue lagi kurang bagus. Sama kayak Felice dan Ratna, gue juga lagi ada masalah yang nggak bisa gue ceritain. Terlalu pribadi. Tapi gue bakal berusaha lebih baik lagi," kata Arga.

Melihat kedewasaan Felice menghadapi masalahnya dengan Ratna dan Arga, Carol dan Arjuna bernafas lega. Akhirnya gadis itu mau berinteraksi lagi dengan Ratna, begitu juga sebaliknya. Meski mereka berdua tak yakin bahwa kedua gadis itu dapat kembali berteman.

"Nah, karena kalian udah ungkapin unek-unek kalian semua, gue harap, setelah ini, nggak ada lagi sesuatu yang kalian pendam dan akhirnya bikin penampilan kita jelek hari H nanti, ya. Oke kalo kalian nggak mau ceritain masalah pribadi kalian di sini, semoga kalian bisa menyelesaikan sendiri masalah kalian itu dengan baik. Tapi jangan pernah sungkan untuk minta bantuan ke sesama anggota Pemuda kalo kalian ada masalah. Karena kita semua di sini keluarga, bukan cuma sekedar ekskul," kata Arjuna.

"So sweet," ledek Carol yang diikuti oleh tawa teman-temannya. "Gue boleh peluk kalian semua bareng-bareng?" tanya Carol seraya membuka lengannya.

"Boleh banget!" seru Fandi yang ikut membuka lengannya dengan lebar dan hendak menerjang Carol. Namun Arjuna mencegahnya, lalu menjadi orang pertama yang Carol peluk.

"Cieeeee," ledek seisi ruang latihan.

"Hey! Gue pengen peluk kalian semua! Bukan cuma Juna! Sini-sini!" seru Carol.

Satu per satu, anggota Pemuda mulai memeluk Carol, hingga akhirnya kesembilan anak itu sama-sama memeluk Carol. Belum pernah Carol merasakan kebersamaan yang sehangat ini bersama teman-temannya sebelumnya. Ia jadi punya alasan untuk tetap betah bersekolah di sekolah barunya ini.

***

"Jadi kamu punya ide apa, Care?" tanya Kak Tarra.

"Saya pengen di lagu pertama, Arga main kendang Sunda. Terus di lagu kedua, Arga balik lagi main perkusi. Selain itu di lagu kedua, saya pengen main gitar dan Fandi ganti suling bambunya jadi saxophone," kata Carol.

Carol menoleh pada Fandi, "Lo bisa main saxo kan, Fan?" Fandi membalasnya dengan anggukan.

Ide Carol memberikan semangat baru bagi para anggota Pemuda. Mereka semua kembali berseri.

"Saya pengen di final nanti, kita nggak tampil seperti peserta lomba, Kak. Tapi layaknya guest star," lanjut Carol.

Kak Tarra tersenyum mendengar ide Carol. Ia mengangguk-angguk setuju.

***

Udara baru berhembus di sesi-sesi latihan Pemuda. Para anggota Pemuda seolah mendapatkan suntikan semangat baru saat itu. Ratna dan Felice semakin lama semakin dapat membangun kekompakkan dalam bermain musik, meski di luar sesi latihan, mereka tidak pernah lagi bicara.

Selain itu, Carol pun jadi sangat dekat sekali dengan Felice. Kedekatan Felice dan Carol membuat Ratna diam-diam cemburu. Sebab sebenarnya ia rindu pada Carol yang dulu sering berinteraksi dengannya. Sejak Ratna memutuskan untuk menjauhi Carol, mereka berdua jadi jarang bicara, padahal duduk di meja yang sama.

Oh My CarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang