Srikandi

2.3K 129 0
                                    

Hari yang dinanti oleh anak-anak Pemuda akhirnya tiba. Final Lomba Band antar SMA Se-Kota Bandung digelar di sebuah gedung serba guna di pusat kota. Acara itu pun turut mengundang orang-orang penting sebagai juri. Ada seorang vokalis band legendaris tanah air, seorang pakar di bidang musik, perwakilan dari dinas pariwisata dan budaya, serta perwakilan dari dinas pendidikan. Selain itu, acara pun rencananya akan dibuka oleh walikota secara langsung.

Meski hari itu yang berlomba hanya ada lima band, tetapi supporter dan penonton yang hadir jauh lebih banyak dari acara penyisihan lomba bulan lalu. Ada beberapa guru dan orang tua dari peserta lomba yang turut hadir. Gelaran final lomba terlihat amat meriah hari itu.

Pihak sekolah memberikan dukungan penuh pada Pemuda. Ekskul tersebut difasilitasi sebuah bus kecil untuk para pemusik, pelatih, dan crew, sebuah bus besar untuk supporter dan guru, serta sebuah mobil box untuk beberapa alat musik pendukung. Begitu turun dari bus, para penampil Pemuda segera menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar gedung serba guna.

Alat-alat segera diangkut oleh crew ke ruangan khusus, sedangkan para pemusik harus mendatangi meja registrasi untuk daftar ulang. Satu persatu, para performer Pemuda menyebutkan nama lengkap mereka seraya menyerahkan kartu pelajar pada panitia lomba untuk dicek ulang.

"Felice Demitha Putri."

"Arga Bagaskara."

"Ratna Anandita."

"Arjuna Pandawa Pratama."

"Caroline Srikandi Schulz."

Nama lengkap Carol menarik perhatian Arjuna. "Nama tengah kamu Srikandi?" tanya Arjuna.

Carol mengangguk. "Iya. Kamu baru tau ya? Emang kenapa?" tanya Carol seraya menaruh kembali kartu pelajarnya ke dalam dompet.

Senyum Arjuna terkembang. "Ada tokoh pewayangan Indonesia yang namanya Srikandi dan dia adalah istri salah seorang tokoh pewayangan Indonesia juga, namanya Arjuna."

Carol tertarik pada penjelasan Arjuna. "Oh ya? Kayaknya nanti kamu harus ceritain tentang Srikandi dan Arjuna itu sama aku, deh. Aku ingin tahu," ucapnya sambil tersenyum.

Dicubitnya pipi Carol oleh Arjuna. "Pasti, Sayang," balas Arjuna. Mendengar panggilan Arjuna untuknya, Carol tersipu malu.

Sepasang anak remaja yang baru resmi berpacaran itu pun melanjutkan langkah mereka menuju ruangan peserta. Di perjalanan menuju tempat tersebut, lengan Carol tiba-tiba ditarik oleh seseorang.

"Carol!"

Carol menoleh, dan ia terkesiap melihat sosok Daniel.

"Sorry for my mistake. I didn't mean to hurt you, Care. Though I hate Pemuda, deep in my heart, I truly love you," ucap Daniel.

Genggaman tangan Daniel dilepas paksa oleh Arjuna. Arjuna menggenggam tangan Carol dengan posesif. "But she's already mine, right Baby?" tanya Arjuna pada Carol.

"Yes, Honey," balas Carol dengan senyum penuh kemenangan.

"God! Echt (Benarkah)?!" pekik Daniel.

"Sayang, kamu kemana aja? Aku kan nyariin."

Seorang perempuan berkulit coklat dengan make up mencolok di wajahnya datang menghampiri Daniel. Tanpa segan, perempuan bertubuh indah itu segera mencium pipi Daniel dan meninggalkan jejak lipstick di sana.

"Oh, kamu ya, yang namanya Carol itu?" ujar perempuan itu dengan tatapan tajam

"Iya, Tante. Saya Carol," jawab Carol sambil terkikik. Arjuna pun ikut menahan tawanya, karena rupanya kekasih Daniel tidak lebih cantik dari Carol.

"Hey! Jaga ya mulut kamu! Kita itu seumur! How rude she is, Baby," keluh perempuan itu pada Daniel.

"It doesn't matter, Mona. Let's go," ajak Daniel seraya membawa pacarnya yang bernama Mona itu pergi.

Tiba-tiba Felice menjulurkan kepalanya di antara bahu Carol dan Arjuna yang saling berhimpitan.

"Itu tadi pacarnya Daniel?" tanya Felice. Arjuna dan Carol mengangguk. "Lebih cantik pembantu aku," lanjut Felice.

"HUS! FELICE!"

***

Para anggota Pemuda mulai bersiap mengenakan kostum masing-masing. Keyla, Ratna, dan Felice pun mulai memoles wajah mereka. Hanya Carol yang belum bersiap-siap.

"Anyone can help me? Gue nggak bisa pake makeup," keluh Carol.

"Sabar, Care. Kak Tarra sama Om Rusdi katanya nyiapin makeup artist khusus buat kamu," kata Arga.

"MUA? Buat gue? Kok gue doang? Kok Keyla, Ratna, sama Felice nggak?" tanya Carol heran.

"Soalnya, cuma Carol anak kesayangan Mama dan Papa yang nggak bisa dandan."

Suara seorang perempuan dari balik pintu ruang khusus Pemuda menarik perhatian Carol. Di ambang pintu, ia melihat kedua orang tuanya datang.

"Mama! Papa!" seru Carol yang segera berlari dan menghambur ke dalam pelukan kedua orang tuanya. "Ich vermisse euch (Aku rindu kalian)," ucap Carol.

"Papa juga," balas Papa Carol dengan logat bahasa Jermannya yang kental.

Carol melepaskan pelukannya dengan lembut. "Papa dan Mama mau lihat Carol tampil?" tanya Carol. Kedua orang tua Carol mengangguk.

"Mama juga mau mendandani anak cantik Mama," tambah Mama Carol. "Biar terlihat secantik Mama dulu," lanjutnya.

***

Seluruh anak laki-laki Pemuda, kecuali Arga, tak bisa berkedip melihat Carol selesai didandani. Dengan sebuah kebaya dan rok batik yang melekat pada tubuhnya, serta rias wajah yang menawan, Carol terlihat bagai seorang bidadari. Meski wajahnya didominasi oleh wajah kaukasia dari ayahnya, ia jadi terlihat seperti seorang gadis Indonesia tulen.

"Duh, kapan ya dapet rejeki durian runtuh kayak Juna," ujar Fandi. Arjuna yang sama terpesonanya seperti Fandi langsung menyenggol temannya itu.

"Oh, Carol punya pacar ya di sini. Jadi nggak mau ikut Mama dan Papa pulang, dong," goda Mama Carol sambil menyempurnakan riasan putrinya.

"Ah, Mama," ujar Carol sambil tersipu malu.

"Kalau sudah punya pacar, tidak boleh badung lagi, okay?" tambah Papa Carol.

"Papa!" seru Carol yang semakin merasa malu.

Seisi ruangan pun tertawa dan hanyut akan kehangatan keluarga kecil Carol yang harmonis.

Oh My CarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang