Right Time

2.2K 151 4
                                    

Felice takjub melihat pemandangan Kota Bandung yang terhampar di hadapannya. Ia menikmati keindahan itu dari sebuah bukit tempat ia kini berdiri. Dihirupnya dalam-dalam udara yang masih terasa segar di sana. Carol dan Arjuna pun merangkul Felice dari sisi kanan dan kiri.

"Kita pengen kamu ngebuang semua negative vibes yang ada di diri kamu, Fel. Makanya kita ajak kamu ke sini," ujar Carol.

"Iya, selain itu, kita juga pengen kamu sadar, bahwa orang yang peduli sama kamu selama ini bukan cuma Arga seorang, tapi juga kita," sambung Arjuna.

Mata Felice berkaca-kaca. Tak lama kemudian, tangisnya tumpah saat itu juga. Didekapnya Arjuna dan Carol secara bersamaan.

"Makasih," ucap Felice.

"Sama-sama, Fel. Nah, mumpung lagi di sini, coba kamu keluarin semua unek-unek kamu. Kamu bebas ngapain aja. Kamu boleh nangis, marah, teriak, apapun!" kata Carol.

"Iya, Fel. Nggak bakalan ada yang denger selain kita sama Tuhan," sambung Arjuna.

Felice melepaskan dekapannya, lalu menyeka sisa-sisa air matanya. Ia melangkah menuju tepi bukit, kemudian berteriak.

"BANGSAT LO ARGA! DASAR RATNA CEWEK NGGAK BENER!"

Arjuna dan Carol terhenyak mendengar ucapan Felice. Mereka tak menyangka, gadis polos dan manis seperti Felice bisa berkata kasar seperti itu. Tak lama kemudian, Arjuna dan Carol tertawa.

"Lanjut, Fel! Sampe lega!" seru Carol.

"Kompor yah," kata Arjuna pada Carol. Carol menyengir.

"GUE BENCI KALIAN BERDUA! BENCI BANGET!"

***

Arjuna, Carol, dan Felice memutuskan untuk bermalam di bukit itu. Mereka bertiga memasang sebuah tenda untuk Carol dan Felice tiduri. Arjuna memilih untuk tidur sambil melihat bintang di luar tenda.

Malam itu, sambil menyalakan api unggun, mereka bertiga saling mengobrol dan bercanda. Snack yang Carol dan Arjuna beli di minimarket tadi sore dihabiskan oleh Felice yang sedang semangat makan malam itu. Berbotol-botol soft drink pun Felice teguk sampai habis.

"Fel, nanti kamu makin kayak guci," kata Carol.

"Bodo amat. Dari pada kurus, kering, dan penyakitan, kayak Ratna," balas Felice sambil terus memasukkan snack ke dalam mulutnya.

Carol menyenggol Arjuna. "Mantan kamu, tuh!" sindir Carol.

"Yang jelas bukan pacar," balas Arjuna.

"Iya, mantan kamu tuh, Jun!" timpal Felice.

"Udah ah jangan dibahas," kata Arjuna.

Merasa sangat kekenyangan, Felice akhirnya mengantuk. Ia beranjak dari tempatnya duduk dan melangkah menuju tenda. Hal itu menarik perhatian Carol.

"Kamu mau ke mana Fel?" tanya Carol.

"Tidur ah, ngantuk," jawab Felice.

Tinggallah Carol dan Arjuna berdua di luar tenda. Carol belum mengantuk, jadi ia tak menyusul Felice ke dalam tenda. Suasana canggung menyelimuti mereka berdua.

"Belum ngantuk?" tanya Arjuna. Carol menggeleng. "Bagus, deh," lanjut Arjuna yang masih ingin Carol ada di sampingnya.

"Bandung tuh emang nyaman banget, ya. Dari dataran tinggi kayak gini, bisa liat bintang dengan jelas," ucap Carol tiba-tiba seraya berbaring di atas tanah dengan alas kepala sebuah ransel.

Tanpa segan, Arjuna melakukan hal yang sama. Ia berbaring di samping Carol dengan menggunakan ransel sebagai alas kepalanya. Ditatapnya bintang yang bertaburan di langit.

"Kamu jarang dapet pemandangan kayak gini di Jakarta?" tanya Arjuna.

Carol menggeleng. "Cuma kalo ngunjungin kakek-nenek di Jerman aja pas summer," jawab Carol. "Terakhir dapet pemandangan kayak gini di Indonesia sih waktu masih SD, di Lembang, ada acara keluarganya Mama," lanjut Carol.

"Jadi mulai betah di Bandung?" tanya Arjuna.

Carol tersenyum. "Sejujurnya iya."

"Berarti kamu nggak akan balik lagi ke Jakarta atau ke Jerman, kan?" tanya Arjuna.

Pertanyaan Arjuna membuat hati Carol tak keruan. "Tergantung," jawabnya.

"Tergantung apa?"

"Tergantung alasan apa yang mengharuskan aku tetap stay di sini."

Ucapan Carol tiba-tiba membuat Arjuna menggenggam erat tangan gadis di sampingnya. Carol terkesiap, tetapi memilih untuk tidak melepaskan genggaman itu. Setelah menggenggam tangan Carol, Arjuna memejamkan matanya. Jantung Carol berdegup kencang, tetapi ia tidak mau menggerakkan tangannya.

Carol dan Arjuna bertahan dalam posisi tersebut semalaman. Arjuna memejamkan mata sambil menggenggam tangan Carol yang ada di sampingnya, sedangkan Carol terus melihat bintang dengan perasaannya yang mulai menghangat. Lama-lama, Carol pun terlelap. Lupa bahwa ia seharusnya tidur di dalam tenda bersama Felice.

***

"Selamat pagi, Pengantin Baru."

Ucapan Felice membangunkan Carol dan Arjuna yang rupanya tertidur dalam keadaan berhadapan. Mereka berdua kaget dan lebih kaget lagi saat melihat Felice merekam mereka berdua.

"ASTAGA!" seru Carol dan Arjuna bersama-sama.

"Wah, ada yang teciduk, nih. Modusnya sih buat hibur aku ke sini, eh nggak taunya," Felice terus mengarahkan kamera smartphone-nya pada Carol dan Arjuna.

"Cuma pegangan tangan doang kok! Sumpah!" seru Arjuna yang setelahnya kaget dan segera menutup mulutnya sendiri.

Carol pun memelotot. "Arjuna ngaco! Nggak! Semalem kita ngobrol aja terus ketiduran! Nggak ngapa-ngapain!" seru Carol sambil menutupi wajahnya agar tak terekam kamera smartphone Felice.

"Wah, bakalan gempar nih Pemuda. Update ah ke Instagram Story," ujar Felice dengan wajah berseri-seri.

"JANGAN!" seru Arjuna dan Carol.

***

Rupanya rekaman Arjuna dan Carol lebih bisa membuat Felice tertawa seharian dibandingkan kegiatan camping semalam. Kedekatan Arjuna dan Carol benar-benar membuat Felice gemas. Perlahan, ia mampu melupakan masalahnya.

"Udah pegangan tangan kok jadi diem-dieman?" goda Felice sambil menjulurkan kepalanya ke jok depan. Arjuna hanya garuk-garuk kepala, sedangkan Carol memilih untuk melihat pemandangan di luar jendela untuk menahan malu.

Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai Arjuna sampai di rumah Carol.

"Thanks buat semalem ya, Guys! Dan Felice, jangan sedih lagi, oke?" ujar Carol seraya melepas sabuk pengamannya.

"Bakalan sedih kalo kamu nggak nerima Arjuna," kata Felice.

Carol berusaha menahan tawa dengan dahi yang mengerut. "Apa sih, Fel?" balasnya. Felice hanya menyengir. "Bye! Hati-hati ya Fel, Jun, sampe ketemu di sekolah besok!" seru Carol sambil melambai dan menutup pintu mobil setelah turun.

Arjuna hanya tersenyum dan melambaikan tangan, sedangkan Felice pindah duduk ke sebelah Arjuna. Mobil Arjuna pun melaju lagi menuju rumah Felice untuk mengantar gadis itu pulang.

"Jangan disia-siain, Jun. Carol baik," kata Felice.

"Iya, aku lagi nyari waktu yang tepat," jawab Arjuna.

Mulut Felice menganga amat lebar. "AKU MAU JADI KETUA PELAKSANA ACARA PENEMBAKAN CAROL!" pekik Felice.

Oh My CarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang