Arjuna & Carol's First Date

2.2K 131 1
                                    

Sambil memegang dua buah tiket film Scary Stories to Tell in the Dark, Carol menunggu kedatangan Arjuna di bioskop yang berada di salah satu pusat perbelanjaan. Jantung gadis itu berdegup kencang, tak yakin apakah ia siap menghadapi kencan pertamanya bersama Arjuna. Carol masih tak percaya, laki-laki yang dulu pernah dihajarnya itu hari ini akan berkencan dengannya.

"Care, lo punya piano klasik nggak?" tanya Arjuna.

"Nggak punya, Jun," jawab Carol.

"Kalo waktu luang buat nonton film sama gue?"

Pertanyaan Arjuna tempo hari benar-benar membuat lidah Carol kelu. Carol yang saat itu sedang bersiap pulang seusai latihan Pemuda hanya bisa mengangguk malu-malu. Setelahnya, Arjuna mengantar gadis itu pulang.

Juna ke mana, sih? batin Carol sambil sesekali mengecek jam tangannya.

Arjuna memang sebelumnya sudah bilang pada Carol, bahwa ia akan datang agak terlambat malam itu. Ia harus mengantar gitarnya ke tempat servis terlebih dahulu. Namun Carol tak sabar untuk segera menemui laki-laki yang disukainya itu. Carol ingin tahu, apakah Arjuna akan memuji atau meledek pakaian terusan berkesan feminine yang tengah ia pakai hari ini.

Mungkin sebentar lagi, kata Carol dalam hati.

***

Arjuna benar-benar tidak bisa memprediksi kemacetan yang terjadi hari itu. Ia yakin, pasti Carol tengah menungguinya di bioskop dengan wajah masam. Maka yang Arjuna bisa lakukan hanya menaikkan kecepatan laju motornya, saat kemacetan mulai terurai.

***

Dengan pikiran kalut, Ratna berdiri sendirian di pinggir jalan raya yang terletak di depan sebuah mall. Tangannya dipenuhi oleh banyak kantung belanja. Malam itu, Ratna baru saja selesai menghibur diri dengan berbelanja. Namun rupanya berbelanja tidak membuat mood Ratna membaik.

Taksi online yang Ratna tunggu tidak juga muncul. Saat gadis itu mengecek smartphone-nya, ia semakin dibuat kesal ketika ternyata driver taksi tersebut membatalkan penjemputannya. Namun tak lama kemudian, sebuah kejadian yang membuat Ratna lebih dari sekedar kesal terjadi.

Seorang pengendara motor menjambret smartphone sekaligus beberapa barang belanjaan Ratna yang menggantung di tangan gadis itu. Kejadiannya terjadi sangat cepat, hingga Ratna benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa selain berteriak.

"JAMBRET!!!"

Teriakan Ratna menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, tetapi tak ada satu pun orang yang bisa mengejar sang penjambret. Ratna terduduk lemas, shock karena baru saja menjadi korban penjambretan. Namun dari kerumunan orang-orang tak dikenal yang mengelilinginya untuk membantu, seseorang yang Ratna kenal tiba-tiba datang.

"Ratna!" seru orang itu.

Ratna menoleh, "Juna!"

Seketika Ratna menghambur ke dalam pelukan Arjuna. Ia menangis sejadi-jadinya di sana. Arjuna mengelus-elus punggung gadis itu.

"Tenang, Na. Tenang, ada aku, tenang," ucap Arjuna. Namun Ratna terus menangis karena kekalutan hatinya malah bertambah.

***

Di sebuah kafe yang terletak di muka mall yang barusan Ratna kunjungi, Arjuna menenangkan mantan kekasihnya itu. Ratna masih terus menangis sesenggukan dalam pelukan Arjuna.

"Udah, udah, Ratna, tenang. Yang penting kamu selamat. Hp bisa beli lagi," kata Arjuna.

Ratna mengangguk tanpa bisa berkata-kata. Arjuna mengelus lagi rambut panjang Ratna.

"Jun," panggil Ratna yang saat itu sudah merasa lebih tenang.

"Ya?"

"Maaf," kata Ratna.

"Untuk?"

"Semuanya."

"Semuanya?"

"Untuk pernah matahin hati kamu dulu dan bikin berantakan Pemuda karena hubunganku dengan Arga."

Arjuna mengangguk. "Untuk yang dulu, aku udah lupain itu semua. Untuk masalah yang dengan Arga, kalian beneran jadian?" tanya Arjuna.

Ratna menggeleng. "Aku nggak mau kehilangan kebersamaan Pemuda cuma karena seorang laki-laki," kata Ratna. "Aku dan Arga udah sepakat untuk balik lagi kayak dulu. Temenan seperti biasa," lanjutnya.

Dalam hati, Arjuna merasa bersyukur. Itu artinya, masalah internal Pemuda perlahan akan mulai membaik. Felice juga punya kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Arga.

"Syukur kalo gitu, kamu udah mulai dewasa sekarang," ujar Arjuna seraya mengelus rambut Ratna.

"Seandainya aku udah berpikir dewasa dari dulu. Mungkin hubungan kita—" Ratna tak melanjutkan ucapannya. "Nggak, nggak, yang berlalu biar aja berlalu. Laki-laki baik seperti kamu harus bersama dengan perempuan yang baik juga dan itu bukan aku," kata Ratna.

Arjuna tersenyum. "Kamu juga pantes dapetin laki-laki baik. Tapi jangan yang udah punya pacar, ya," balas Arjuna.

Ratna mengangguk sambil menyeka air matanya. "Semoga kamu bahagia ya, sama Carol. Jagain Carol, dia sahabatku," ucap Ratna seraya memeluk erat Arjuna. Arjuna pun balas memeluk erat perempuan itu.

Hingga Arjuna teringat akan sesuatu.

"Astaga! Aku ada janji kencan sama Carol!" seru Arjuna seraya melepas pelukan Ratna dan beranjak dari tempat duduknya.

Baru saja Arjuna berdiri dan membalikkan badan, laki-laki itu melihat Carol tengah terpaku menatapnya dari jendela kaca cafe yang menghadap ke dalam mall. Mata Carol berkaca-kaca.

Astaga!

***

Hati Carol benar-benar patah. Kencan pertamanya hancur berantakan. Carol rela melewatkan pemutaran film yang begitu ingin ia tonton hanya untuk menunggu kedatangan Arjuna. Namun saat Carol menyerah dan memutuskan untuk pulang, gadis itu malah mendapati Arjuna tengah berdekapan dengan mantan kekasihnya di cafe yang ada di muka mall. Ratna benar. Arjuna masih belum bisa berpaling dari Ratna.

Sambil terus berlari, Carol menyeka hujan air mata yang tak mau berhenti.

Gue harusnya sadar! seru Carol dalam hati.

Di belakang Carol, Arjuna berusaha mengejarnya. Arjuna perlu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Ia tidak mau Carol berpikir bahwa Arjuna masih mencintai mantan kekasihnya.

Namun belum sempat Arjuna menggapai Carol, tiba-tiba Carol bertabrakan dengan seseorang yang bertubuh tinggi.

"Carol! Was ist los (Apa yang terjadi)?!" pekik Daniel saat melihat wajah Carol bersimbah air mata.

Carol tidak menjawab dan malah menangis. Melihat kondisi gadis di hadapannya sangat mengkhawatirkan, Daniel memeluk Carol. Carol pun balas memeluk Daniel dengan erat.

Langkah Arjuna tertahan.

"Dane, take me home, please," pinta Carol. Daniel mengangguk, lalu merangkul Carol dan membawanya pergi.

Di tempatnya berdiri, Arjuna memaki. Ia yakin, usahanya untuk mendapatkan Carol tidak akan berjalan mulus setelah ini.

Oh My CarolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang