"Aku akan pindah bersamamu," jawabku dengan hati-hati.
"Itu bagus sekali, sayang!" serunya.
"Aku akan menyediakan kamar untukmu besok, apakah kau punya uang? Oh, aku juga akan membayar tiket pesawatmu," tambahnya.
"Nek, tidak usah repot-rep-" aku memulai.
"Omong kosong, aku akan beli tiketmu sekarang dan mengirimkan informasinya, sampai ketemu lagi, Sayang!" dia menjawab sebelum menutup telepon.
Jadi begitulah. Dalam tujuh belas tahun hidupku, aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan pindah rumah dengan nenekku. Haruskah aku memberitahu Luke? Tidak. Inilah cara yang terbaik.
Aku mulai mengemas barang-barangku, lalu nenekku mengirimkanku pesan dengan rincian penerbanganku. Untuk saat ini, yang tersisa hanyalah tidur melalui masalahku.
~ Pagi Berikutnya ~
Kelopak mataku terbuka karena suara alarmku, dan aku hampir lupa bahwa aku memiliki penerbangan ke Perth. Dengan cepat aku melompat dari tempat tidurku lalu aku mengubrak-abrik koperku untuk mencari pakaian. Setelah mencari , aku memutuskan untuk memakai Jogger abu-abu, tanktop putih, dan hoodie abu-abu jika nanti aku kedinginan di pesawat. Aku menyelipkan sepasang Converse hitam ke kakiku.
Aku juga mengemas barang bawaanku dalam sebuah tas ransel yang berisi baju ekstra, hoodie, charger, paspor, dan dompet. Ada juga tas make up kecil yang berisikan eyeliner dan maskara.
Waktu pada jam menunjukkan pukul 3:24 pagi, dan penerbanganku berangkat pada pukul 05:00, jadi aku mengambil semua barangku dan keluar dari hotel. Saat meninggalkan gedung, udara hangat menyapa kulitku, dan dengan cepat aku memanggil taksi untuk mengantarku ke bandara.
Setelah sekitar lima menit, pria taksi itu datang dan membantuku dengan tas-tas ku. Dia mengantarku ke pusat kota dimana bandaranya terletak dan menurunkanku. Aku berjalan melalui gedung bandara yang sibuk dan mencoba menemukan mesin tiket. Nenekku mengirimkanku kode untuk diketik kedalam mesin tiket sehingga aku bisa mengambil tiketku, jadi aku mengeluarkan ponselku dan mulai mengetikkan kode. Tiketku keluar tidak lama setelah mengetikkan kode.
Ketika aku memiliki tiket di tanganku, aku diberitahu untuk menuju keamanan. Aku menunggu di sebuah antrian dengan pasporku di tanganku dan aku mulai untuk memetik kuku ku. Setelah melalui keamanan, aku menempatkan koperku di tempat Drop Off bagasi, lalu berjalan menuju eskalator.
Aku memeriksa ponselku dan melihat bahwa hanya sekitar beberapa menit sebelum jam empat, jadi aku memutuskan untuk membeli sesuatu untuk dimakan sebelum menuju ke gerbang. Satu-satunya restoran yang buka saat itu adalah sebuah kafe kecil, jadi aku pergi ke sana dan memesan latte vanilla dan sebuah bagel dengan krim keju. Aku duduk di meja dan menunggu sampai pesananku sudah siap. Untuk manghabiskan waktu, aku mengecek semua laman media sosialku dan mendengarkan beberapa lagu dari Infinite Summer. Namaku dipanggil, dan aku berdiri untuk mengambil pesananku.
Setelah mendapatkan pesananku, aku memakan bagel-ku di kafe dan membawa minumanku keluar bersamaku saat berjalan ke gerbang. Orang-orang berlari untuk mengejar penerbangan mereka, dan aku mendorong seorang wanita yang membawa anaknya. Dia sepertinya tidak memperhatikannya, tapi kekuatan dari dorongannya membuatku menumpahkan kopiku ke seluruh tank top putihku.
"Ugh ..." aku mengerang sebelum me3ncari kamar mandi terdekat.
Noda yang ada di bajuku benar-benar mudah dilihat, jadi aku memeriksa ranselku untuk mengambil baju ekstra yang kubawa. Aku masuk ke salah satu toiletnya dan mengganti bajuku, dan ketika aku selesai, aku menyimpan baju yang terkena noda tadi, di tasku, lalu berjalan terus ke pintu gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia ✔
Teen FictionAku tersesat sebelum aku menemukanmu. Kehadiranmu memberikanku alasan untuk hidup, dan aku tidak akan pernah bisa membalasmu untuk itu. Jadi, cobalah untuk membuatku tetap hidup, oke? (WARNING!!! : MENGANDUNG BAHASA KASAR DAN KONTEN GRAFIK) Started...