KATE'S POV
~2 Minggu Kemudian~
"Baiklah, Kate. Kelihatannya kau bisa pergi, tapi kau harus menjalani rehabilitasi selama 3 bulan. Itu berarti, kau tidak boleh berdansa, tidak ada apa-apa sampai kau keluar. Kau dijadwalkan untuk berada disana dalam 3 minggu, sehingga ada ada waktu untuk mengucapkan selamat tinggal dan menghabiskan waktu bersama teman-temanmu. Mulai hari ini, tidak ada lagi tarian. Kami sudah menghubungi produser X-Factor dan juga sekolahmu sehingga kau tidak perlu melakukannya sendiri," jelas sang dokter.
Aku mengangguk dan bertanya apakah ada pakaian yang bisa aku pakai. Dia berjalan keluar dari ruangan lalu kembali lima menit kemudian dengan jeans hitam polos dengan sweater biru langit polos, aku juga diberikan sendal berwarna hitam. Sang dikter keluar dari ruangan, dan segera aku mengganti pakaianku dan mengikat rambutku.
Apa yang telah kulakukan dengan hidupku? Aku mencoba untuk mengambil nyawaku sendiri hanya karena permasalahan kecil yang bodoh dengan 'teman-teman' ku. Sekarang, aku harus menjalani rehab dimana aku akan diawasi selama 24 jam. Aku harap nenekku masih ada disini...
"Kate?" sebuah suara berbisik sambil berjalan melewati pintu kamar. Aku berbalik dan meliat Ian dengan mata yang bengkak dan senyuman lega.
"Hey," gumamku. Dia berlari kearahku dan memelukku, tetapi dia memelukku seolah-olah aku akan pecah. Aku bisa merasakan air matanya di bahuku, dan aku hanya ingin memberitahukannya bahwa semuanya baik-baik saja sekarang.
Sayangnya, aku pun tidak yakin bahwa aku baik-baik saja.
"Jangan pernah m-menakutiku s-seperti i-itu l-lagi, o-o-oke? K-k-kupikir ka-kau su-sudah p-pergi," Ian terisak samar.
"Maafkan aku," bisikku.
"Aku merasa seperti orang jahat. Aku tidak percaya kau hampir mati. Kau telah membuatku begitu khawatir!" dia mengoceh.
Aku memaksanya untuk menatapku, dan matanya merah darah.
"Ian, aku baik-baik saja," gumamku.
"Aku hampir kehilanganmu," Ia menyatakan.
Kalimat itu membuat hatiku sakit.
Dari nada suaranya membuatku menyadari apa yang sebenarnya telah kulakukan.Tidak pernah aku sangat ingin membalikkan waktu kembali saat Victoria dan Ian berjalan ke kasir di The Melodies.Jikaaku tahu apa yang akan terjadi, aku tidak akan pernah mengucapkan sepatah kata pun, aku tidak akan mendengarkan Victoria saat dia menyuruhku untuk bertemu dengan teman-temannya, dan aku jelas tidak akan naik ke mobil Luke malam itu.
Jika saja aku mengetahui apa yang akan terjadi, aku tidak akan memilih untuk menempatkan mereka untuk melalui rasa sakit ini.
Karena sejujurnya, itu menyebalkan.
Itu menyebalkan melihat orang - orang yang ku cintai menangis karena ku.
Itu sakit untuk melihat lelaki yang ku cintai pergi dengan gadis yang merupakan hal yang paling dekat dengan sahabat tepat di pepan mataku.
Dan itu menyakitkan untuk mengetahui bahwa akulah alasan mengapa merka menangis dan khawatir.
"Ian-"
"Tidak,kau tidak mengerti, bukan? Kau dicintai oleh begitu banyak orang, tapi kau gagal melihat fakta bahwa lebih banyak orang yang benar-benar mencintaimu daripada apa yang kau pikirkan," katanya.
"Ian kau tidak mengerti!" aku memulai.
"Biarkan aku menjelaskannya dengan cara ini: tidak peduli seberapa jelek atau cantiknya kau pikir atau orang lain mengira aku demikian, aku akan selalu menjadi seorang gadis depresi yang menyedihkan yang tidak tahu dan tidak akan pernah tahu nilai hidupnya. Aku adalah usaha yang gagal dalam sesuatu yang bisa saja luar biasa. Akulah orang yang bisa menyakiti seseorang hanya dengan hidup, dan kau tahu apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia ✔
Fiksi RemajaAku tersesat sebelum aku menemukanmu. Kehadiranmu memberikanku alasan untuk hidup, dan aku tidak akan pernah bisa membalasmu untuk itu. Jadi, cobalah untuk membuatku tetap hidup, oke? (WARNING!!! : MENGANDUNG BAHASA KASAR DAN KONTEN GRAFIK) Started...