Chapter 22

1.4K 35 2
                                    

Dengan cepat aku melihat satu-persatu orang yang berada didalam ruangan lalu berlari keluar dari pintu. Air mata mengaburkan pengelihatanku, tetapi aku memastikan untuk mengambil langkah kearah yang lain untuk menjauh dari ruangan itu. Aku menemukan sebuah kamar mandi diujung koridor dan memutuskan untuk bersembunyi disana sampai emosi kembali stabil.

Air mataku telah hilang dari mataku, tapi aku masih tetap merasa takut. Siapakah yang mengirimiku pesan-pesan ini?

Aku dapat mendengar suara-suara dari orang yang berbeda memanggil namaku, tetapi aku hanya duduk diujung ruangan disamping wastafel sambil memeluk lututku. Sudah pasti bahwa maskara meninggalkan bekas dipipiku, dan rambutku pasti terlihat hancur karena berlari.

Beberapa menit kemudian, aku mendengar suara pintu terbuka dengan paksa.

"Guys, dia ada di sini." terdengar suara yang beraksen british berbicara.

Tiba-tiba aku dekilingi oleh wajah-wajah yang kukenal. Para anggota One Direction berdiri dibelakangku dengan ekspresi cemas, dan anggota Infinite Summer berdiri didepanku dengan ekspresi yang sama sedangkan Victoria dan Heather duduk didepanku. Luke mengulurkan tangannya dan memberikan ponselku kembali.

"Apa yang barusan terjadi?" bisik Michael.

"Aku tidak tahu," gumamku.

Mereka semua perlahan menjauh, lalu Victoria membantuku untuk berdiri.

"Kate, berhenti berbohong. Kita tahu, pasti ada sesuatu." Alec berbicara.

"Beneran guys, itu tadi bukan apa-apa. Just...jangan khawatir tentang hal itu, okay?" kataku mengakhiri pembicaraan.

Mereka semua menatapku dengan ekspresi kebingungan, tapi aku hanya mengabaikan mereka dan berjalan keluar dari kamar mandi dengan menyilangkan lenganku didepan dadaku. Aku mulai menghapus bekas air mata yang berada di pipiku sambil berjalan kearah pintu keluar.

"Kate, kau mau kemana?" suara Luke bertanya.

Aku berbalik kearahnya sebelum menjawab "Ini sudah hampir jam 06:00, dan aku harus kembali ke Adelaide sebelum jam malam," jelasku.

"Oh, aku berharap kau akan tinggal lebih lama," jelasnya dengan nada kecewa.

Dia berjalan kearahku dan membuka lengannya untuk memberiku pelukan. Dia memeluk pinggangku dan aku melingkarkan lenganku di lehernya. Dengan lembut, Luke mencium pelipisku sebelum membiarkanku pergi. Aku mengucapkan 'selamat tinggal' kepada yang lainnya lalu berjalan ke mobilku. Diluar masih banyak fans yang sedang menunggu, jadi seorang satpam menuntunku ke mobil.

Saat aku mulai berkendara keluar, aku melihat 11 wajah yang tersenyum memperhatikanku dari sebuah jendela. Aku melambai kepada mereka lalu mulai berkendara kembali ke Academy di Adelaide.

Sepanjang perjalanan, aku terus mendengar ringtone pesan yang sama yang sering kudengar belakangan ini, dan pesan-pesan tersebut dikirimkan oleh orang yang sama. Di tengah perjalanan ke Akademi aku menepi sebentar untuk mengisi bensin. Itu sekitar waktu yang sama ketika aku memutuskan untuk memeriksa ponselku untuk melihat pesan-pesan baru.

Katelynn, Katelynn, janganlah kau berpura-pura bodoh, tinggalkan saja Luke sekarang dan kembalilah ke tempat asalmu.

Katelynn, Katelynn, aku akan memberimu satu kesempatan lagi. Berpisahlah dengan Luke dan kau masih bisa Dance.

Katelynn, Katelynn, waktumu sudah habis. Seandainya kau bisa sedikit lebih beruntung.

Itu hanya segelintir pesan yang dikirimkan oleh orang itu kepadaku. Ketika aku selesai membaca semua pesan itu, mobilku sudah dipenuhi dengan bensin. Aku duduk kembali di kursi pengemudi dan melanjutkan perjalanan panjang kembali ke Adelaide.

Amnesia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang