Heather tidak mepertanyakan apa-apa setelah itu, dan kami memutuskan untuk pergi keluar dan membeli es krim. Karena aku masih berkeringat karena sudah berdansa, Heather setuju untuk tinggal di kamar asramaku selagi aku pergi dan mandi.
Kami sampai di asramaku, dan aku mulai mencari di dalam koperku untuk menemukan pakaian yang akan dipakai untuk hari itu. Ketika aku menemukan sebuah pakaian, aku mengambil tas perlengkapan mandiku dan berlari keluar dari kamar asrama. Aku menggunakan direktori untuk menemukan area shower terdekat. Begitu sampai di sana, Aku menyadari bahwa itu adalah salah satu kamar mandi kampus yang besar dengan bilik untuk masing-masing orang. Aku masuk ke tempat yang kosong dan menggantungkan tas perlengkapan mandiku ke gantungan yang disediakan. Lalu, aku juga menggantungkan bajuku di gantungan pintu. Yang harus aku lakukan hanyalah menjalani hari lain. Aku punya satu hari lagi sampai akhirnya aku bisa melihat teman-teman idiotku. Kata-kata tidak bisa menggambarkan betapa aku merindukan mereka.
Ketika aku selesai mandi, aku segera mengeringkan diri dan mengenakan pakaianku. Setelah memakai lotion dan make up, aku mengambil tas perlengkapan mandi dan keluar dari bilik itu. Aku membungkus rambutku dengan handuk dan mulai berjalan kembali ke asrama. Dalam perjalanan keluar, aku mulai memeriksa diri di cermin. Aku mengenakan tank top bergaris yang longgar dan celana denim. Untuk sepatu, aku memutuskan untuk memakai Vans putih.
Saat aku menatap gadis di depanku, aku hampir tidak bisa mengenalinya. Wajahnya lebih kurus dan pinggang nya lebih kecil. Kilauan di matanya nyaris tidak terlihat, dan bibirnya dilukis oleh campuran warna pink dan ungu. Kulitnya pucat dan tulangnya terlihat lebih jelas, seolah-olah gadis itu adalah tengkorak berjalan. Gadis itu tidak mungkin aku.
"Hei, apa kamu sudah siap?" Heather bertanya.
"Tunggu sebentar," jawabku.
Aku menarik handuk dari kepalaku dan mulai menyisir rambutku dengan jariku. Ada sebuah ikat rambut terletak diatas meja, jadi aku meraihnya dan mulai mengikat rambutku. Ketika aku selesai, Heather dan aku memutuskan untuk membawa mobilnya ke toko es krim di tikungan.
Kami tiba di sana sekitar lima menit setelah kami pergi, dan aku tidak terlalu merasa bersemangat untuk makan.
"Kate, es krim macam apa yang kau inginkan?" Heather bertanya sambil tersenyum.
"Eh, aku ingin apapun yang kau pesan," jawabku.
Ini memberi kusedikit waktu untuk memikirkan bagaimana aku bisa keluar agar tidak makan es krim. Itu membuatku merasa agak buruk karena Heather membayar sesuatu yang bahkan tidak akan kumakan, jadi aku memutuskan untuk mengeluarkan sejumlah uang dan membayarnya kembali nanti.
Heather mengangguk, dan aku mendapatkan kami meja di halaman. Dia kembali beberapa menit kemudian dengan apa yang tampak es krim oreo.
"Ini. Ini adalah sedikit hadiah karena kau telah berhasil sampai saat ini," dia tersenyum.
"Trims, dan uh, ini uangku untuk menggantikan uangmu," kataku. Tanganku mendorong uangku ke arahnya, tapi dia mendorongnya kembali padaku.
"Tidak, kau pantas mendapatkannya," dia berbicara.
Ini dia.
Aku menunduk menatap es krim itu dan mulai memetiknya dengan sendokku. Gelombang kecemasan menimpaku, dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah aku memakannya dan menambah kembali berat badanku yang susah payah sudah kuhilangkan, atau haruskah aku tidak makan dan mencurigakan Heather yang mungkin akan memberi tahu Luke?
Tidak.
Luke tidak boleh tahu, karena dia akan menjadi gila jika dia mengetahuinya. Aku hanya tidak ingin mereka melihatku seperti ini. Aku mengulurkan tangan untuk meraih sendok itu, dan perlahan aku mengangkat sesendok es krim ke dalam mulutku. Begitu rasa manisnya menyentuh lidahku, aku segera meludahkannya ke sebuah tissue. Aku mencoba menelan, tapi aku tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia ✔
Novela JuvenilAku tersesat sebelum aku menemukanmu. Kehadiranmu memberikanku alasan untuk hidup, dan aku tidak akan pernah bisa membalasmu untuk itu. Jadi, cobalah untuk membuatku tetap hidup, oke? (WARNING!!! : MENGANDUNG BAHASA KASAR DAN KONTEN GRAFIK) Started...