Teleponnya mati tak lama setelah itu, dan pikiranku mulai berpacu dengan satu miliar pikiran negatif. Aku merasakan diriku gemetar ketakutan, dan aku melemparkan ponselku ke tempat tidurku.
Tiba-tiba, aku mendengar seseorang mengetuk pintu. Jantungku berhenti sebentar, dan aku meraih benda terdekat, yang kebetulan adalah pengering rambut , dan perlahan-lahan berjalan ke pintu. Aku melihat melalui lubang intip kecil dan langsung mulai tenang.
"Hey Luna," kataku sambil membuka pintu.
"Hey, kau meninggalkan ini di mobilku, dan aku datang ke sini untuk memberikannya kembali," jelasnya. Luna kemudian menyerahkan tas belanjaanku dari 'Fabricated'.
"Uh, terima kasih!" balasku.
"Tidak masalah," Luna tersenyum sebelum berjalan kembali menyusuri lorong.
Aku menutup pintu dan melemparkan tas belanjaanku di sudut kamarku. Sekarang belum setengah enam, tapi aku merasa sangat lelah. Mungkin tidur bisa menjadi hal yang baik...
------------------------
Senin tidak mungkin datang lebih lambat. Aku menyadari bahwa jika aku semakin mengkhawatirkan tentang siapa yang mengancamku secara anonim membuat waktu berlalu sangat lambat.
Aku bangun sekitar pukul tujuh pagi untuk bersiap-siap mengikuti kelas yang dimulai pukul sembilan. Tidak ada pesan baru yang masuk, jadi aku berharap hari ini akan menjadi hari yang baik.
Setelah memilih pakaian untuk hari itu, aku mengambil handuk dan perlengkapan mandiku sebelum pergi ke bawah untuk mandi. Ada banyak gadis di sana, dan ada sebuah antrian di luar kamar mandi. Butuh sekitar sepuluh menit sebelum akhirnya bisa masuk dan mandi.
Setelah selesai mandi, kelihatannya antriannya bertambah 2x lipat. Pakaian yang kuputuskan untuk ku pakai adalah Jeans ketat berwarna hitam serta crop-top putih dan aku juga memakai Jacket berwarna merah.
Aku berjalan kembali ke kamarku dan mulai mengeringkan rambutku. Setelah rambutku sudah benar-benar kering, aku mulai memakai Make-up. Aku hanya menggunakan Mascara dan Eyeliner.
Saat jam delapan, aku memutuskan untuk keluar dari asramaku lalu berjalan ke gedung seni rupa untuk mengambil jadwalku. Aku mengambil pakaian dan sepatu dansaku lalu memasukkannya kedalam tasku bersama beberapa notebook dan pensil. Lalu aku menyelipkan sepatu Converse biruku sebelum berjalan keluar. Perjalanan ke gedung seni rupa dari asramaku hanya membutuhkan waktu 10 menit, jadi aku memutuskan untuk singgah di Starbucks untuk membeli White chocolate mocha.
Akademi ini sangat berbeda dengan UWA (University of Western Australia). Untuk satu hal, sekolah ini membuatku merasa seperti aku bsedang kembali di SMA. Ketika sampai di sana, aku pergi ke kantor dan mendapatkan jadwalku:
9:00-9: 20 Musikologi, Room 254
9: 30-10: 00 Sastra, Room 110
10: 10-11: 20 Tari Jazz, Room 157
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia ✔
Teen FictionAku tersesat sebelum aku menemukanmu. Kehadiranmu memberikanku alasan untuk hidup, dan aku tidak akan pernah bisa membalasmu untuk itu. Jadi, cobalah untuk membuatku tetap hidup, oke? (WARNING!!! : MENGANDUNG BAHASA KASAR DAN KONTEN GRAFIK) Started...