Chapter 33

988 27 3
                                    

Aku terdiam.

Bagaimana mungkin aku bisa menemukan jawaban yang aku tahu pasti akan menjadi keputusan terbaik?

"Kate, bisakah kau memberitahuku sebelum aku k-kehilangan h-harapan?" Luke tergagap.

"Luke, kurasa aku tidak bisa," bisikku sedih. Luke menatapku dengan ekspresi bersalah dan air mata mengalir di wajahnya.

Melihatnya seperti itu menghancurkan hatiku, tetapi aku terus berusaha mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku sedang melakukan hal yang benar. Tapi bagaimana jika aku salah?

"Tapi itu bukan berarti kita tidak bisa menjadi teman," aku tersenyum samar berusaha berkopromi dengan konflik internalku. Dia menatapku dengan kilatan penuh harapan di matanya dan mengangguk.

Kami berjalan kembali ke yang lainnya, dan mereka terdiam. Mereka semua kelihatan gugup, seolah-olah mereka sedang menunggu sesuatu untuk terjadi. Aku melihat Victoria melirik ke tangan kami, dan dia terlihat sedih saat dia sadar bahwa aku dan Luke tidak berpegangan tangan seperti apa yang dia harapkan.

"So..... apa yang terjadi?" Tanya Alec.

"Uh, kita berteman sekarang," aku tersenyum sedih.

Teman.

Oh god, kata itu adalah kata yang sangat indat, tetapi kata itu memiliki arti yang menyakitkan saat digunakan dalam kalimat tertentu.

Seperti, 'Oh, aku sangat mencintainya, tapi kita hanya teman' atau 'Aku harap kita lebih dari sekedar teman'.

Itu adalah satu hal yang kuharap bisa kugunakan secara senang bukan secara canggung atau sedih. Aku tidak ingin menjadi hanya teman dengan seseorang yang kucintai, aku tidak akan mengatakan 'tidak' kepadanya jika aku tidak berpikir bahwa itu adalah keputusan yang tepat.

"Oh," bisik Victoria. Aku mengangguk, dan semuanya menjadi hening.

Keheningan tersebut tidaklah canggung, tetapi terasa tidak nyaman. Aku tahu, bahwa mereka menginginkan aku dan Luke bersama lagi, tapi mereka tidak mengerti betapa sakitnya aku. Jika rasa sakit yang aku alami lebih ringan daripada rasa sakit yang aku alami, mungkin aku akan menerimanya kembali, tapi rasa sakit yang kurasakan terlalu banyak untuk ditangani.

Aku sangat ingin menerimanya kembali.

---

Meskipun aku punya tiga minggu lagi bersama mereka, seolah-olah semuanya bergerak dengan lamban. Menit terasa seperti berjam-jam, dan jam terasa seperti bertahun-tahun, dan rasanya masih belum cukup lama.

Tiga minggu telah berlalu, dan keadaan sudah menjadi sedikit kurang canggung antara Luke dan aku. Kami sudah mulai saling berbicara dengan satu sama lain, dan kami berdua telah berusaha melupakan masa lalu.

Sayangnya, bukan itu cara kerjanya.

Kami berdua tahu bahwa masa lalu akan selalu ada di sana, dan akan selalu ada pintu terbuka untuknya. Untungnya, aku telah berhasil untuk menghindari pintu itu selama beberapa minggu ini, dan aku sangat berharap bisa menemukan cara untuk menutupnya sebelum aku  menemukan cara untuk melewatinya lagi.

"Berapa lama waktu yang kau miliki sampai kau dijemput?" Tanya Ian.

Kami semua saat ini sedang duduk di sekitar ruang tamu Ian dan mengenang peristiwa masa lalu yang menyenangkan, tapi hanya kenangan sedih yang muncul dalam pikiranku.

"Aku berangkat pukul dua, dan sekarang sudah pukul 01:30, jadi aku akan segera pergi," jawabku sambil menyandarkan kepalaku ke bahu Alec. Aku melihat Luke tegang di sampingku, dan aku langsung merasa bersalah.

Amnesia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang