Luke membawaku keluar dari gedung rumah sakit, dan mengatakan kepadaku bahwa dia memiliki kejutan untukku. Aku mencoba membuatnya mengatakan kepadaku kemana kita akan pergi dengan mengganggunya, tapi aku pikir dia kebal terhadap keanehanku, atau setidaknya aku berpikir seperti itu.
Alih-alih menuju mobil, Luke menuntunku ke belakang rumah sakit. Awalnya, aku agak skeptis, tapi aku tetap mengikutinya. Sebuah taman segera terlihat, dan kekhawatiranku seakan lepas dari bahuku dan menghilang ke udara musim gugur yang hangat. Luke meletakkan tangan kanannya di punggungku, dan terus berjalan melalui taman dan memasuki hutan yang ada di sekitarnya.
"Luke, kemana kau membawaku?" Tanyaku sekali lagi.
Dia hanya tersenyum padaku dan berpura-pura seperti aku bahkan tidak pernah mengatakan pertanyaan itu. Baiklah kalau begitu.
Setelah apa yang tampak seperti berjam-jam berjalan, Luke menghentikan langkahnya dan meletakkan penutup mata di atas mataku. Oke ... Dia membawa ku lebih jauh ke dalam hutan, tapi akhirnya aku tersandung akar pohon dan jatuh. Hanya saja, aku tidak terjatuh. Luke menangkapku sebelum aku jatuh, dan aku merasakan gelombang deja vu melewati diriku. Rasanya terlalu akrab, tapi aku tidak bisa menentukan kapan tepatnya saat itu terjadi.
Luke membiarkan ku melompat ke punggungnya dan memberikanku tumpangan ke mana pun dia berencana untuk membawaku. Beberapa menit kemudian, dia menyuruhku melompat dari punggungnya dan melepaskan penutup mataku.
"Wow," bisikku saat aku melihat sekelilingku. Dia telah membawaku ke jantung hutan, dan pemandangan disana benar-benar menakjubkan.
Kami berdiri di atas bukit, dan matahari berada pada titik tertinggi di atas kami. Ada danau kecil sekitar seratus meter di depan kami, dan pepohonan mengelilingi Luke dan aku. Di dasar bukit, sebuah meja piknik di sepanjang tepi danau, dan burung-burung bernyanyi bersama angin. Luke meraih tanganku dan menuntunku menuruni bukit dan ke meja piknik yang telah dia susun.
Ketika sampai di dasar, kulihat lebih baik makanan yang disiapkan. Aku terkikik melihat sandwich selai kacang yang sangat tipis yang ada di kedua piring kami, dan Luke menatapku dengan gugup.
"Apakah ada yang salah?" Dia bertanya.
"Tidak, hanya saja, uhm, imut bagaimana kau memiliki sandwich selai kacang untuk kita berdua," jawabku.
Dia menghela nafasnya lalu duduk di satu sisi meja. Aku duduk di sisi yang lain, dan menertawakan ekspresi gugupnya.
"Apa? Apakah ada sesuatu di wajahku?" Tanya Luke dengan ekspresi panik.
"Tidak, kau benar-benar imut saat kau gugup," jawab saya.
Pipinya mulai berubah menjadi warna pink kemerahan, lalu kami berdua memakan sandwich kami, dan Luke mencoba mengembalikan ingatanku. Sayangnya, usahanya untuk membuatku teringat gagal.
"Jadi bagaimana sekarang?" Tanyaku setelah kami selesai makan.
"Sekarang, aku hanya ingin meluangkan waktu denganmu," dia tersenyum.
Aku membalas senyumnya, lalu kami duduk di tepi danau dan mulai membicarakan tentang apa saja.
"Luke," aku memulai.
"Ya,"
"Seperti apa diriku yang dulu sebelum aku pindah?" Tanyaku penasaran.
"Kau itu benar-benar manis dan ramah. Aku tidak pernah mengerti mengapa, tapi kau sangat tidak percaya diri dan sangat peduli dengan apa yang orang lain katakan tentang mu. Kau memiliki kehidupan yang sangat sulit, dan aku hampir kehilangan dirimu suatu hari ketika kau mencoba untuk membunuh dirimu sendiri," bisiknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia ✔
Teen FictionAku tersesat sebelum aku menemukanmu. Kehadiranmu memberikanku alasan untuk hidup, dan aku tidak akan pernah bisa membalasmu untuk itu. Jadi, cobalah untuk membuatku tetap hidup, oke? (WARNING!!! : MENGANDUNG BAHASA KASAR DAN KONTEN GRAFIK) Started...