Chapter 6

2.1K 72 3
                                    

LUKE'S POV

Aku sudah duduk diruang tunggu selama hampir 5 jam. Ibu Kate mulai menangis histeris jadi Ayahnya Kate membawanya pulang sampai dia bisa tenang di dekat Kate. Ian meneleponku sejam yang lalu untuk menanyakan keadaan Kate, tetapi aku tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Setelah menunggu selama 1 jam lagi, dokternya akhirnya keluar dari kamar Kate.

"Apakah kau Luke Chandler?" tanya sang dokter

Aku mengangguk, lalu dokternya lanjut berbicara.

"Well, Kate baik baik saja, tapi kita akan menahannya disini sampai dia bisa tenang disekitar benda tajam. Kita meng-scan otaknya, dan kita melihat bahwa Kate mengidap Depresi setengah berat. Kemungkinan besar itulah alasan mengapa ia mencoba untuk mengambil nyawanya sendiri. Apakah kau mengetahui tentang hal ini?" ia bertanya.

Aku menghela nafasku dan mulai menjelaskan apa yang telah terjadi. Sepanjang waktu, ia menulis sesuatu di clipboard nya dan mengangguk.

"Sepertinya ia telah melalui hal hal yang cukup sulit untuk seseorang seumurnya. Saya menyarankan agar dia pergi terapi di seorang psikologis setiap bulan selama setahun atau dua tahun kedepan, dan cobalah untuk hindarkan dia dari hal-hal yang dapat memicu kejadian ini untuk terjadi lagi." jelasnya.

Otakku butuh beberapa detik untuk mencerna semua informasi ini sebelum mengangguk.

"Semoga beruntung, nak. Oh, dia telah mencarimu dari tadi." kata sang dokter sambil tersenyum.

Aku tersenyum lalu memasuki kamarnya. Hal yang pertama kuliat adalah poster besar tentang anatomi manusia. Setelah berjalan masuk lebih jauh, akhirnya aku dapat melihat Kate. Ada banyak selang uvy yang terhubung ke lengannya, dan luka-lukanya sudah diperban. Kate berpaling kearahku, lalu tersenyum.

"Hey," sapanya dengan lemas.

"Hey," balasku sambil duduk.

"Mengapa kau melakukannya?" gumamnya.

"Aku tidak bisa hidup mengetahui bahwa kau mencoba untuk mengambil nyawamu sendiri karena salahku." jelasku.

Dia menatapku dengan ekspresi kebingungan diwajahnya sebelum berbicara, "ini bukan salahmu,"

Disaat itulah aku dapat melihatnya dengan jelas.

Rambutnya sedikit bergelombang dan mukanya kelihatan pucat. Pipinya yang merah merona mulai pudar dan senyumannya tidak selebar biasanya.

"Tidak, ini jelas salahku, jika saja aku memberitahukanmu tentang perasaanku padamu, kau tidak akan terjebak dalam masalah yang membingungkan ini dengan Alec dan yang lainnya." jelasku.

"Apa maksudmu?" ia bertanya.

"Aku sangat menyukaimu Kate. Aku tahu ini akan terdengar bodoh, tapi aku tidak ingin menyakitimu, jadi aku berpura-pura bahwa aku tidak pernah peduli." aku mengaku.

Ia mengaggukan kepalanya tanda mengerti, sebelum berbicara lagi.

"Ini tetap bukan salahmu, aku tidak berpikir bahwa aku siap untuk menyukai seseorang untuk sementara," jelasnya.

"Aku mengerti," balasku.

"Luke, kau adalah orang yang baik, aku akan senang untuk mengenalmu lebih baik suatu hari nanti, belakangan ini aku sedang mencari seseorang yang akan selalu ada untukku." jelasnya.

"Selain itu, hidupku baik-baik saja. Hanya saja aku tidak terlalu suka kalau ada banyak orang didalamnya." tambahnya.

Aku melihat kebawah menatap sepatuku dan mencoba untuk menyeka air mataku.

Amnesia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang