"Ugh, apa yang dia lakukan disini?" Elianna bertanya sambil memutar bola matanya. Ia berjalan melewatiku secara kasar lalu duduk di pangkuan Michael.
"Elianna, jangan bersikap kasar," Michael memperingatkannya sebelum mencium keningnya.
'Whait, what?' batinku.
"Jadi, sejak kapan kalian berdua berkencan?" tanyaku canggung.
"Michael dan aku mulai berkencan persis dua minggu dan tiga hari yang lalu," katanya sambil menyeringai. Aku tidak menginginkan apa pun selain mengusirnya dari kamarku, tapi itu tidak sopan.
"Uh, okay?" kataku lebih seperti sebuah pertanyaan daripada pernyataan.
Setelah melepaskan sepatuku, aku melompat ke tempat tidurku, dan Luke mengikutiku. Ia mendarat tepat di perutku, dan aku harus menggunakan semua kekuatan yang tersisa dalam diriku untuk mendorongnya. Luke mendarat dilantai dengan bunyi gedebuk, dan erangan yang keras keluar dari mulutnya saat dia kembali berdiri.
"Damn," gumamnya sebelum duduk disampingku.
Elianna mulai bercerita tentang bagaimana Michael dan dia bertemu, dan kau bisa melihat bahwa setiap orang kecuali pasangan itu sangat ingin keluar dari kamar. Victoria berpura-pura sibuk dengan ponselnya, tapi sebenarnya dia hanya melihat-lihat galerinya, Ian sedang menatap langit-langit kamar, berusaha melihat ke mana saja kecuali Elianna dan Michael, Alec sedang menatap lantai sambil mengagumi karpet, dan Luke dan aku hanya saling mengirim pesan ke satu sama lain.
"Guys! kenapa kalian tidak mendengarkanku?" sebuah suara bernada tinggi berseru. Kami semua menatapnya dengan ekspresi gila, dan dia menatap kami semua seolah-olah kami masing-masing memiliki tiga kepala.
"Well lihatlah waktunya sekarang! Kalian mungkin ingin pergi ke suatu hotel sebelum terlambat," seruku. Yang lain menggumamkan tanggapan mereka dan mulai keluar dari kamar satu per satu. Saat aku menutup pintu, kulihat Luke masih berada di kamarku dengan ponselnya di tangannya.
"Apa yang masih kau lakukan disini?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Aku bisa pergi ..." dia menyeringai. Aku memutar mataku dan mengatakan kepadanya bahwa aku harus mandi dulu sebelum tidur, dan dia setuju untuk menunggu di kamarku untukku.
---------------------------
Aku memasuki kamarku dengan mengenakan celana pendek berwarna hitam dengan baju yang bertuliskan 'Pajamas All Day'. Rambutku masih sedikit lembab, jadi aku memutuskan untuk mengikat rambutku lalu berjalan ke tempat tidurku dimana Luke menunggu dengan sabar.
"Apakah kau punya kelas besok?" Tanya Luke.
"Yeah, dari jam 9 sampai sekitar jam 5, sorry," aku meminta maaf.
"Aww, sayang sekali! Bagaimana jika aku mengajakmu untuk makan siang besok?" sarannya. Aku menoleh kearahnya dengan senyuman di wajahku lalu mengangguk.
"Sekarang sudah pukul sepuluh, kau harus istirahat," kata Luke sambil tersenyum.
Tepat saat dia mengatakan itu, aku mulai menguap, dan aku menyandarkan kepalaku di dadanya saat mataku mulai tertutup. Dia memelukku sambil aku perlahan-lahan mulai memasuki dunia mimpi.
Keesokan paginya, aku dibangunkan oleh suara alarmku yang menjengkelkan. Aku merasa Luke bergeser di sampingku dan mematikan alarm yang menjengkelkan itu sebelum membangunkanku dengan lembut.
"Kate, kau harus ke sekolah," gumamnya dengan suara paginya yang serak.
"No," kataku sebelum membenamkan kepalaku ke bantalku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia ✔
Ficțiune adolescențiAku tersesat sebelum aku menemukanmu. Kehadiranmu memberikanku alasan untuk hidup, dan aku tidak akan pernah bisa membalasmu untuk itu. Jadi, cobalah untuk membuatku tetap hidup, oke? (WARNING!!! : MENGANDUNG BAHASA KASAR DAN KONTEN GRAFIK) Started...