Chapter 34

2K 232 38
                                    

Happy Reading!
.
.
.

Hari yang sudah ditunggu tunggu taemin maupun sinb dan yang lain tiba. Malam ini mereka semua sudah berkumpul dalam markas taemin, kecuali sowon dan yuju kini sedang bersama mingyu. Mereka sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Seperti senjata, headset bluetooth, dan sebagainya. Taemin sendiri sudah memberi info kepada pihak polisi agar siap sedia di lapangan sesuai dengan apa yang sudah taemin rencanakan. Sedangkan tim 54 akan mengikuti arahan arahan taemin nantinya setelah berada di mansion mingyu.

Sinb, pemuda berparas tampan namun terkesan dingin menghela nafas sembari memejamkan matanya sejenak. Ini pertama kali nya bagi sinb melakukan kegiatan yang tak pernah ia duga dalam hidupnya. Memainkan senjata berupa pistol, dan berperan layaknya SPY atau agen FBI. Jika berhati hati maka akan selamat, tapi jika lengah, bisa saja nyawa yang melayang. Taemin menghampiri sinb menepuk pundak si bungsu kwon.

"Ini pertama kali nya untuk kalian. Aku hanya berpesan. Berhati hati lah. Lagi pula, minho sudah menyiapkan rompi anti peluru untuk kalian. Jangan khawatir tentang itu" ujar taemin.

"Aku sama sekali tak mengkhawatirkan itu. Hanya saja..." sinb menggantungkan ucapan.

"Berhasil atau tidaknya, biar lah jadi rahasia tuhan. Yang penting, kita harus berusaha semaksimal mungkin" taemin berucap diiringi senyum. Meski didalam senyum itu banyak menyimpan keraguan.

▪ ▪ ▪

Yerin menatap boneka jibang pemberian sinb. Jika mengingat bagaimana lucu nya sinb hanya untuk mendapatkan boneka itu, rasanya yerin seperti diseret kemasa lalu, merasakan bagaimana hubungan mereka baik baik saja meski jinyoung dan yuri tak merestui hubungan keduanya. Hingga sampai taehyung membuat hancur kebersamaan mereka berdua. Menjadi tembok besar yang harus dirobohkan.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan yerin.

"Nugu?" Yerin sedikit mengeraskan suara.

"Ini appa nak. Boleh appa masuk?"

"Tidak dikunci" yerin menyahuti kepala jung dirumah mereka.

Jinyoung membuka pintu dan masuk kekamar yerin begitu yerin memberi izin. Yerin memandang ayahnya sekilas lalu beralih memandang boneka jibangnya. Jinyoung mendudukan diri diranjang yerin, memandang beberapa boneka aneka bentuk berkumpul dikasur. Yerin sengaja diam menunggu jinyoung membuka suara. Paling tidak menanyakan sesuatu yang tak penting mungkin? Atau permintaan maaf dan ungkapan rasa penyesalan karena ulah dan kepala batu si ayah membuat hubungan nya dan sinb masuk dalam lubang besar. Setidaknya memang itu yang yerin ingin dengarkan.

"Appa tau, kau pasti sangat marah pada appamu ini. Yerin" oh tentu saja, yerin amat sangat kecewa. Tak ada jawaban pernyataan tersebut. Yerin masih diam memilih mencubit jibangnya.

"Maafkan appa. Appa mengakui kesalahan appa" ujar jinyoung.

Yerin meletakan jibang pemberian sinb di atas bantal, memandang wajah sendu ayah yang selama ini menjadi panutan keluarga. Mungkin ini memang salah ayahnya. Namun, tak ada kata benci yang keluar dari bibir yerin sebagaimana besarpun kesalahan ayahnya, yerin tak akan mengucapkan kata 'benci' itu. Di dalam ikatan kekeluargaan, tidak ada kata bekas ayah bagi anak kandung maupun anak tiri bahkan anak angkat sekalipun. Kasih sayang orangtua pada anak, merupakan sebuah selimut yang hangat.

"Maafkan appa yang bodoh ini yerin. Maafkan lah appa.." yerin bukanlah anak yang tega melihat satu tetes airmata yang keluar dari dua orang yang selama ini membuatnya berada di dunia, membesarkan dan merawatnya.

"Aku sudah memaafkan appa jauh sebelum appa meminta maaf padaku. Sinb pun begitu. Tak perduli bagaimana benci nya appa pada sinb, atau mungkin padaku, aku dan sinb tetap menghormati appa. Jika boleh aku jujur, aku memang membenci appa, tapi.. rasa benci ku tertutupi dengan rasa sayangku untuk appa dan umma" pria paruh baya itu menatap anak semata wayangnya. Terdapat ukiran senyum disana. Setelah apa yang dilakukan oleh jinyoung, yerin masih bisa tersenyum?

Under Our Sky {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang