Chapter 39

2.6K 262 106
                                    

Happy Reading!
.
.
.

♢♢♢


Samuel memandang kosong pada langit cerah namun terlihat mendung dimata samuel. Meratapi kesedihan nya ditinggal oleh yang disayang meski keduanya tak memiliki kenangan yang baik untuk diingat. Tidak seperti mendiang ibunya, masih terdapat kenangan manis sebelum beliau kembali kepangkuan sang maha pencipta. Prosesi pemakaman beberapa waktu lalu sudah selesai. Jika dulu samuel hanya mengunjungi satu makam, untuk kali ini dan seterusnya akan tiga makam yang akan ia kunjungi. Menabur bunga sebagai ungkapan jika samuel merindukan sosok mereka bertiga kelak. Ibunya, ayahnya, terutama taehyung.

Sinb turut sedih melihat samuel bagai tak memiliki semangat untuk tetap kokoh berdiri. Ia merasa bagaimana jika dirinya berada diposisi samuel? Ntah seperti apa bentuk perasaannya itu.

Kabar meninggalnya taehyung cukup membuat terkejut siapa saja yang mengenal taehyung. Tak terkecuali sinb, yerin dan keluarganya. Maupun orang yang pernah berurusan dengan keluarga Kim Mingyu.

"Hei" sinb dibantu oleh yerin duduk disamping samuel dengan yerin duduk disisi kosong samuel. Sinb memang sengaja mengajak samuel kerumah paman junsu, ya setidaknya samuel dapat mencurahkan kesedihannya pada paman junsu. Bagaimanapun juga, paman junsu adalah sahabat baik ayahnya, paman junsu pun sudah menganggap samuel layaknya putra kandung sendiri.

"Bukankah paman junsu sudah bilang, jika semua yang berada dimuka bumi ini hanya titipan tuhan yang sewaktu waktu akan kembali pada hakikat sejatinya.. Jangan berlarut dalam kesedihan" ujar sinb menepuk bahu samuel.

"Taehyung oppa akan sedih jika tau adiknya bersedih" gantian yerin memberi semangat.

"Maafkan kelakuan keluargaku pada kalian. Maafkan appaku dan taehyung hyung. Appaku dan taehyung hyung sudah membuat kalian menderita dan selalu terancam tapi kalian berbaik hati memaafkan appa dan hyungku. Terimakasih" ucap samuel tulus.

"Kita lupakan peristiwa yang tak mengenakan untuk dikenang. Mulailah dengan lembaran baru, dengan coretan kisah baru pula. Bagiku, kau sudah aku anggap sebagai keluargaku. Bahkan paman junsu saja menganggapmu sebagai anak kandungnya. Jadi jangan merasa jika kau hanya sendiri. Masih ada orang lain disekitarmu yang senantiasa memberi begitu banyak cinta untukmu" ucap sinb memberi semangat pada samuel. Pria manis itu mengangguk seraya tersenyum.

"Aku tidak tau jika sinbaboku bisa berpikir sedewasa itu. Kukira dia hanya anak anak sekolah yang memiliki sifat kekanakan" sinb mendelik sinis kearah yerin. Ingin sekali sinb membungkam yerin dengan ciuman maut jika saja tidak ada samuel ditengah mereka.

.

.

.

Sowon meremas kuat jemarinya. Menetralkan rasa gugup sedari tadi terus saja menjadi bayangan ketakutan sowon. Pria yang kerap dipanggil jerapah oleh eunha duduk berhadapan langsung pada kedua orangtua eunha. Seluruh kalimat perkalimat yang sebelumnya tersusun rapi dipikiran, buyar seketika hanya melihat pria setengah baya memandangnya tegas. Bagaimana jika orangtua eunha tetap membawa eunha ke hongkong? Bagaimana jika orangtua eunha malah menyuruh sowon mengakhiri hubungannya dengan eunha? Terlalu banyak kemungkinan kemungkinan yang belum tentu sesuai harapan sowon. Sowon bersumpah, jika saja ini bukan karena memperjuangkan eunha agar tetap berada dikorea, sudah dipastikan sowon akan meminggalkan kediaman eunha sebelum tubuhnya terkena demam dadakan. Sowon mengatur nafasnya, bersiap pada tujuan awalnya datang kerumah eunha.

"Ekhem.. jadi??" Tn.Jung memandang lekat sowon meminta penjelasan yang sempat tertunda.

"Paman. Sebelumnya aku minta maaf. Alasanku terdengar klasik dan umum bagimu. Hanya ini lah alasan yang kumiliki" ucap sowon.

Under Our Sky {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang