8

53.3K 777 12
                                    

Lorong yang sepi bercat warna abu-abu cerah. Suara alat dan roda dorong menjadi terdengar jelas.
Pintu terbuka dan menampakkan seorang lelaki berumur terbaring lemah.

"Adrian, anakku" suara lirih seorang pria tua yang tengah kesakitan.

Adrian berjalan mendekat.
"Bos, bagaimana keadaanmu?"

"Sudah sedikit lumayan, bagaimana dengan Angel ?"
"Dia baik-baik saja Bos."
"Maksudku, apa dia cantik? Dan apa kau menyukai putriku?"
"Ya dia cantik. Sudahlah Bos, aku ingin sekali anda cepat sehat."

Romi tertawa mendengar ucapan Adrian.
"Adrian aku menitipkan putriku padamu, kelak bila aku pergi kau harus menjaganya. Aku percayakan dia padamu."

Adrian bengong mendengar kata-kata romi.
"Bos mau pergi kemana... ayolah bos,selera humormu payah. Suaminya kelak yang akan menjaganya Bos. Tapi aku pasti akan mengawasinya dari jauh."

"Tidak Adrian, aku hanya mempercayakan putriku pada orang yang tepat, dan itu kamu."

"Tapi Bos.."
"Ini perintah Adrian." Ucap romi dengan tegas.
"Baik bos, aku berusaha semaksimal mungkin. Aku hanya takut mengecewakanmu bos."
Adrian hanya menunduk.

"Aku tahu siapa kamu Ad, jadi aku  merasa kamu orang yang tepat untuk aku berikan perintah ini."
"Berjanjilah Adrian, apapun yang terjadi kelak kamu harus selalu bersama Angel?"
"Aku berjanji Bos."
"Aku pegang janjimu Ad"
Adrian hanya mengangguk patuh.

Tiba-tiba mario dan valen masuk. Mereka terlibat perbincangan serius tentang marcel. Mereka mencari strategi untuk menghadapi marcel.
Tak lama kemudian Adrian dan mario  meninggalkan rumah sakit itu.


##########

"Ad, ada sedikit masalah." Ucap Jane menyambut Adrian dan Mario diruang tengah.

"Apa yang terjadi?" Wajah Adrian dan Mario menjadi tegang.
"Nona Angel dia marah-marah. Dia ingin bertemu bos. Lalu aku bilang kalau bos sedang keluar kota, lantas dia marah-marah" jelas Jane.

"Biar aku yang tangani. "

Adrian berjalan menuju kamar Angel.
Dia berjalan perlahan mendekati kamar Angel. Tiba dipintu kamar Angel dia mencoba menata hatinya. Diketuknya pelan.

"Pergilah aku ga mau diganggu."suara parau Angel.
Adrian hanya diam dan kembali mengetuknya.
"Aku bilang pergi, aku ingin sendi..."suara Angel terhenti ketika ia membuka pintu dan didepannya wajah pria yang dia rindukan.
Angel menatap Adrian tajam. Lalu dia berjalan memunggungi Adrian menuju beranda.
"Untuk apa kamu kesini. Aku masih marah sama kamu dan dad. Jadi jangan bersikap manis"

Adrian hanya tersenyum sambil menutup pintu. Berjalan pelan mendekati Angel, memeluknya dari belakang.
"Apa seperti ini membuatmu nyaman? Apa yang membuatmu marah sama aku?"

Angel membeku ditempatnya. Pelukan Adrian membuatnya tak bisa berpikir dan hanya mematung.
Adrian mendekatkan bibirnya ditelinga Angel sambil berkata "maafkan aku"

"Aku akan memaafkanmu jika kamu membawaku pada Dad"

"Baiklah, tapi tidak sekarang. Sekarang kamu harus makan dan tidur."
Adrian lalu menarik tangan Angel keluar kamarnya dan turun kebawah.

Mario dan Jane yang menunggu mereka tersenyum.
"Adrian memang pintar menundukkan hati wanita." Ucap Mario diiringi tawa kecil.
"Ya kamu benar. Dia memang jagonya."timpal Jane.
"Tapi kalau hatimu, aku yakin hanya valen yang sanggup menundukkanya. Bahkan menguasai hatimu."ledek Mario yang kemudian didengar oleh Adrian. Merekapun tertawa dan Jane hanya cemberut.

"Ow, ternyata ada roman yah ketika aku pergi, valen berhutang cerita dia."
"Aku dan valen hanya partner.  Otak kalian memang sudah terkontaminasi novel."sanggah Jane.

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang