18

20.3K 577 157
                                    

Malam yang semakin malam. Hujan rintik-rintik membasahi bumi.Tepat pukul sebelas malam ketika rania tiba dirumahnya. Bu Sumi menyambutnya dengan mata yang setengah mengantuk.

"Ibu tidur saja, aku bisa sendiri bu."
"Tapi nak kamu kan capek."
"Aku baik-baik saja bu. Ibu istirahat saja."
"Baiklah nak. Kalau kamu membutuhkan ibu, jangan sungkan memanggil ibu."
"Iya Ibu."

Rania melangkah menuju kamarnya. Mandi dan berganti pakaian dengan baju tidurnya.
Rania keluar kamarnya dan menuju kamar tamu tempat pria itu.
Pria itu terbatuk-batuk kembali.
Rania membuka pintu dan melihat pria itu menggerakkan jarinya.

"Bangunlah, buka matamu. Aku dokter rania."

Mata pria itu perlahan terbuka seiring suara gemuruh langit.

"Angell..."

Suara pria itu seraya bangkit dari tidurnya. Rania tersentak dengan gerakan tiba-tiba yang memeluknya.

"Kamu siapa? Kamu bukan Angel." Seraya melepas pelukan nya. Dipandangnya seorang wanita yang duduk didepan nya.
"Aku dokter rania. Apa kamu ingat?"
"Dokter rania?"

"Aku menyuntikkan penawar racun diklinik waktu kamu datang menemuiku."

"Yah aku ingat dokter. Kau membawaku memakai mobilmu tadi."

"Tadi? Kamu terbaring disini selama 7 hari"

"Apa? Itu tidak mungkin. Orang-orang di mansion pasti mencemaskanku."

"Jangan bergerak kemana-mana dulu. Badanmu belum pulih."

"Bisakah kau mengambilkan baju atau barang-barangku, kau belum membuangnya kan?"

"Tunggu disini, aku akan mengambilnya."

Rania melangkah keluar. Dia mengambil kardus berisi pakaian pria itu. Rania memberikan kardus itu.

"Boleh aku meminjam ponselmu?"

Rania mengangguk dan memberikan ponselnya.
Pria itu menekan beberapa nomer tapi nihil.
"Apa disini sinyal nya susah?"
"Tidak biasanya, tapi mungkin karena hujan. Oh iya, siapa namamu?"

"Aku Adrian dokter. Terima kasih dok sudah merawatku. Sebut saja berapa yang kau minta dok, aku akan segera mengirimnya."

"Tidak perlu. Aku ikhlas menolongmu. Sebaiknya kamu istirahat saja, besok pagi aku akan mengecek kondisimu lagi, agar kamu cepat sembuh dan bisa berkumpul dengan keluargamu"

"Terima kasih dokter, aku berhutang padamu. Jika kau membutuhkan bantuanku, jangan sungkan untuk meminta padaku dok."

"Baik adrian, panggil aku rania saja, kita sedang tidak klinik. Minum lah agar badanmu enakan."
Adrian meminum minuman yang diberikan oleh rania.
"Sekarang tidurlah. Besok kita akan bicara mengenai kondisimu."
"Baik ran,, terima kasih."

Rania keluar meninggalkan adrian. Sementara adrian mencoba menggerakkan kaki dan tangan nya. Dia bukan lah orang biasa yang akan lemah karena tertidur lama. Namun dia adalah pria terlatih dalam segala kondisi terburuk. Bahkan saat ini dia sudah berhasil duduk, berdiri dan berjalan.
Pikirannya melayang kemansion. Dia memikirkan bagaimana kondisi disana. Mereka akan cemas mencari dirinya. Dia tahu, pasti terjadi sesuatu atas kepergian nya. Bahkan pelindungnya diagent juga telah mati karena melindunginya.
Adrian mencoba mengingat semua yang terjadi. Tangan nya mengepal dengan amarah yang memuncak.

"Aku harus segera kembali ke mansion. Pasti terjadi sesuatu disana. Aku tidak bisa berdiam disini. Aku harus menghubungi valen."
Ucap adrian sembari mencoba untuk tidur, agar tenaganya kembali pulih.

Esok paginya, rania bangun lebih awal. Dia membantu Bu Sumi memasak. Bu Sumi agak terheran karena melihat rania bangun lebih awal dari biasanya.

"Tumben nak, kamu memasak."
"Ibu, aku hanya membantumu. Karena kita akan masak banyak hari ini."
"Memangnya siapa yang akan makan nak, kalau kita masak banyak? Apa ada tamu?"

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang