6

38.3K 712 6
                                    

Tiba-tiba sesuatu yang hangat memeluknya dari belakang.
Memberikan desiran hangat ditubuhnya.
Mentari yang kian tenggelam memberikan kesan yang penuh romansa.
Adrian membalikkan tubuhnya.
Ditakupnya wajah seorang gadis yang menangis memeluknya.
Matanya memandang lekat kearah manik mata gadis itu.

Wajah mereka kian mendekat. Bibir mereka saling menempel satu sama lain. Suara kecapan hangat bibir mereka mewarnai indahnya sunset. Keduanya saling pagut tak ingin melepaskan.

Adrian menarik erat tubuh gadis itu, memperdalam ciumannya. Sang gadis juga tak mau kalah. Kini lidah mereka saling mencecapi, saling membelit.

Tubuh Adrian terbakar gairah. Merasakan payudara dan tubuh telanjang Angel menempel erat pada dada telanjangnya.
Begitupun Angel yang tersulut api gairah. Merasakan dada bidang Adrian menempel pada tubuh telanjangnya.

Keduanya sama-sama terbakar api gairah. Ciuman dan pelukan mereka semakin ganas seakan enggan untuk dipisahkan.

Tak lama Adrian melepaskan pagutannya untuk mengambil udara.

"Kamu membuatku takut eh"
Gadis itu tersenyum hambar.

"Kau bilang tak mencintai aku Ad, lalu barusan ini apa?"

Kedua kening mereka mendekat. Adrian membelai pipinya.

"Aku pria normal Angel."
"Bahkan kau lihat dibawah sana, apa kau merasakannya?" Tanya Adrian.

"Siapapun lelaki didunia ini, melihat gadis telanjang didepannya, apa akan diam saja?"
"Bahkan sekarangpun aku bisa menyetubuhi kamu, bahkan disini."

"Lalu kenapa tak kau lakukan Ad?"

Adrian mengangkat tubuh Angel. Digendongnya tubuh indah itu masuk ke dalam vila.

Adrian membawa masuk Angel kekamar mandi dan menyuruhnya mandi.

"Mandilah..!!! Aku ga mau kamu sakit"

"Temani aku Ad"

Adrian hanya diam. Lalu meninggalkan Angel menuju kamarnya.

Kini keduanya telah memakai baju dan sedang turun menuju meja makan.

Vero si robot pintar telah menyiapkan hidangan yang cukup lezat.

Keduanya duduk dalam diam dan menikmati makan.
Namu Adrian melihat Angel hanya mengaduk makannya tanpa memakannya sedikitpun.

"Apa makanannya kurang lezat?"

"Eh, engga makananya cukup enak"
Angel tampak kaget, dia tidak sedikitpun memakan makanannya,hanya meminum air.

Adrian beranjak dari kursinya duduk disamping Angel. Dia mengambil makanan dipiring Angel dan mulai menyuapinya.
"Buka mulutmu dan makan." Sambil memegang dagu Angel.
"Aku bisa sendiri Ad."

Angel menepis tangan Adrian dan berusaha berdiri, namun baru saja pantatnya akan beralih dari kursi Adrian menariknya.

"Makanlah, lalu aku akan menemanimu tidur."

"Aku tidak salah dengar"

"Tidak, nah sekarang makan."
Ucap Adrian disertai senyum manisnya.
Angel ikut tersenyum, lalu menerima suapan Adrian.

"Kapan lagi bisa makan disuapi Adrian" ucap Angel dalam hati. Dia hanya tersenyum, sambil makan dari suapan pria pujaannya.
Angel makan dengan lahap.

Keduanya selesai makan malam. Dan menikmati udara malam diberanda belakang.

Adrian sedang mengecek ponselnya.

Sebuah tangan halus memeluk Adrian dari belakang.

"Ada apa Ad ?"

Nampak terlihat wajah cemas Adrian.
"Valen menghubungiku, dia mengirim pesan, agar kita besok kembali."

"Lalu kenapa Dad tidak menghubungiku?" Kini Angel yang terlihat sedih.

Adrian mengajak Angel duduk.

"Aku ga mau pulang, aku mau disini saja." Angel mulai merajuk.
Adrian yang melihat tingkahnya menjadi tersenyum gemas.

"Kamu ga kangen Dad?"

"Klo kita pulang, aku ga bisa sama kamu lagi Ad."

Adrian pun hanya tersenyum.
"Iya Angel kamu benar, mana bisa lagi aku ada kesempatan meluk tubuh telanjang kamu. Apalagi menciummu dengan panas. Sialan membayangkan kejadian sore tadi membuat yang dibawah sana menegang dengan keras." Batin Adrian.

"Kita kabur aj Ad"

Adrian tertawa lebar. Angel tersenyum kecut merasa diolok-olok Adrian.

" Untuk Apa?? Memangnya semudah itu lepas dari Dad kamu. Ingat ada Mario, John, valen, jane. Belum lagi yang lainnya."

Adrian kembali menatap Angel dengan tajam
"Angel, setahuku kamu gadis pintar, mandiri, kamu pun sudah dewasa. Harusnya kamu berfikir dengan benar baik buruknya dulu dengan apa yang akan kamu lakukan. Jangan hanya menuruti ego kamu."

"Tapi aku mencintaimu Ad" ucap Angel lirih sambil menunduk pasrah. Ada nada sedih yang terdengar.

"Angel harus aku bilang berapa kali lupakan semuanya. Hapuslah rasa cinta itu dari hati kamu. Carilah lelaki yang lebih baik dari aku."

"Tidak akan Ad. Aku ga bisa menghapus semua rasaku sama kamu sampai kapanpun."

"Ayolah Angel, kamu pasti bisa. Lambat laun kamu akan melupakan aku. Toh kita baru saja bertemu, jadi sebelum semuanya lebih dalam, lupakan aku Angel."

"Kamu salah Ad, aku mencintai mu sejak dulu. Sejak kita masih kecil dan sampai sekarangpun rasa itu ga pernah berubah. Itulah kenapa aku tak pernah berpacaran dan jatuh hati dengan pria lain."

Adrian yang nampak kaget mengetahui Angel sudah dari dulu mencintainya hanya terdiam.
Dia bingung harus berkata apa.

"Tapi kenapa kamu ga pernah bilang sama aku?"

"Karena aku takut kamu menolakku Ad. Dan sekarang aku,, ternyata kamu tolak." Angel kembali menekankan nada sedihnya.

"Dan sekarang aku minta sama kamu Angel lupakan aku." Kata Adrian seraya mengusap lembut kepala Angel dengan penuh kesedihan.
Adrian bingung, dia tak ingin sedikitpun melukai hati Angel.

"Baiklah Ad. Aku hanya minta kamu jawab pertanyaanku, dan setelah itu aku akan mengikuti apa maumu."

Angel berdiri dan menyuruh vero mengambil wine dan dua gelas.
Angel menuangkan wine dan menyerahkan Adrian.
Keduanya minum dengan pelan.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?"

Angel meletakkan gelasnya. Menatap mata Adrian. Tangannya megang pipi Adrian.

"Apakah kamu mencintaiku? Tolong jawab dengan hatimu, seandainya aku bukan anak romires gerald. Apa ada aku dihatimu"

Adrian memalingkan wajahnya.
Adrian diam sambil meneguk kembali wine nya.

"Aku hanya perlu jawaban jujur Ad, iya atau tidak."

Angel memandang tajam. Seolah menembus kedalam mata dan hati Adrian.

Adrian mengambil nafas dalam-dalam.
"Untuk apa aku menjawabnya? Aku rasa..."

"Aku hanya perlu iya atau tidak Ad bukan jawaban yang lain."

Adrian tertunduk lemas, dia bingung.

"Lihat aku Adrian dan jawab pertanyaanku."

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang