Happiness

5.2K 410 75
                                    

Veranda Pov

Pagi yang cerah di temani cicitan burung gereja. Rasanya pagi ini menjadi pagi yang membahagiakan untukku dan Kinal. Hari ini adalah hari acara 7 bulanan kandungan Shania. Dan kami sekeluarga akan pergi menuju ke kota asal Kinal. Bandung.

Sedari malam, Kinal sudah mengoceh tentang rasa gembiranya karena akan berkunjung ke kota asalnya itu. Dia juga sudah menyiapkan segala keperluan saat kami disana. Aku sudah melarangnya, namun dia tetap kekeuh untuk menyiapkan semua yang akan kami bawa.

Ku lihat dia masih tertidur pulas di sampingku. Wajah polosnya itu begitu menggemaskan dimataku. Tidak ada yang berubah dari fisiknya. Mungkin hanya ukuran tubuhnya yang lebih kurus. Tapi tidak dengan tingkat kemanisan wajahnya. Dia tetap manis seperti dulu, seperti saat dia menjadi member JKT48. Senyumnya, matanya, bahu tegapnya, rambut sebahunya, tidak ada yang berubah dari semua itu. Bahkan Beby bilang, kalau Kinal lebih terlihat seperti seorang pria jika sudah berjalan denganku. Bagaimana tidak seperti pria, rambut sebahunya itu selalu dia ikat ke belakang. Sehingga wajah "tampan" yang sering fans ucapkan dulu, begitu terlihat di wajahnya.

"Senyum aja terus, aku tau kok, aku keren." Ku putar bola mataku saat mendengar ucapannya. Aku bergegas turun dari atas tempat tidur setelah memandangi wajah polosnya dan berakhir ketahuan oleh si empunya senyuman manis.

"Mau kemana sih, ketauan langsung turun." Ucapnya sambil menahan tanganku. Aku menoleh dan mendapatinya sedang tersenyum padaku. Senyum yang masih sama, tulus seperti dulu.

"Apa sih, Nay, aku mau mandi terus bikin sarapan. Kamu jangan mulai deh," dia terkekeh melihatku memasang wajah yang ku buat sedatar mungkin.

"Makin cantik kalo kayak gitu. Kalo ketemu orang, gitu aja terus. Biar senyumnya cuma aku yang liat." Ujarnya sembari menarikku untuk mendekatinya.

Ingin rasanya tersenyum, namun aku berusaha menahannya agar dia tidak besar kepala. "Gombalan receh, bang. Udah ih, lepas aku mau beres-beres dulu." Dia pun melepaskan pegangannya sambil terus tertawa. Entah apa yang dia tertawakan. Tapi, itu adalah hal paling membahagiakan dalam hidupku saat melihatnya tertawa kembali setelah sekian lama. Karena semenjak dia di diagnosis mengalami gagal ginjal, dia lebih sering terlihat murung. Tertawa hanya karena jagoannya itu.

Aku memutuskan membuat sarapan dulu sebelum mandi. Karena aku tidak mau di cap sebagai istri yang tidak mengurusi kapten kebanggaan semua orang itu. Dia sudah tidak menjadi kapten saja, masih banyak yang memanggilnya kaptenku, jendralku, apalah itu. Padahal mereka jelas-jelas sudah tahu kalau Kinal sudah seutuhnya milikku. Kadang-kadang memang sering makan hati jika melihat isi komentar di sosial media milik Kinal. Mereka terus mengelu-elukan Kinal sebagai miliknya. Aku tahu, kalau fansnya itu begitu banyak. Tapi setidaknya mereka menghargai perasaanku sebagai istri Kinal.

"Pagi-pagi kok udah cemberut sih, padahal tadi senyum-senyum sendiri ngeliatin aku." Aku menoleh dan melihat dia sedang menaik turunkan alisnya. Oke, wajah menyebalkannya itu mulai dia keluarkan. Sebentar, aku akan menghitung kapan terakhir kalinya gadis "tampan" itu memasang wajah menyebalkannya. Yap! saat setelah kelahiran Baby Ju.

Author Pov

"Alhamdulillah, gue punya anak." Kinal tersenyum saat menggendong bayi laki-laki yang terlihat gemuk. Wajahnya di penuhi kebahagiaan dan senyumnya tak pernah pudar.

Veranda yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur hanya bisa tersenyum bahagia melihat kapten kesayangannya itu menggendong buah hati mereka.

"Wah, ati-ati kak Ve, entar kak Kinal minta dedek baru lagi buat dedek bayinya hahaha..." Ucapan Gracia mengundang tawa di dalam kamar bernuansa biru itu. Kinal yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Veranda yang hanya tersenyum tipis.

You Are My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang