Kesabaran Seorang Veranda

6.1K 452 33
                                    

Veranda Pov

Siang ini Kinal baru saja menjalani cuci darahnya yang pertama. Senang bisa melihat dia bersemangat untuk menjalani kegiatan barunya. Meski sesekali air mata ini jatuh karena tak mampu melihatnya yang dulu ceria, sekarang menjadi pribadi yang lebih pendiam.

Aku terus mendorong kursi rodanya untuk kembali ke kamarnya. Setelah melewati proses cuci darah yang cukup lama, aku di perbolehkan untuk membawa Kinal kembali ke kamarnya. Sedih memang, menemaninya saat-saat dia melakukan berbagai proses cuci darah. Tapi mau bagaimanapun, aku tidak akan tega meninggalkannya sendirian menjalani masa-masa sulitnya. Aku yakin, dia akan kembali pulih seperti dulu. Seperti Kinal yang selalu di katai gesrek oleh para fansnya. Bahkan fansnya sampai rela datang ke rumah sakit untuk menjenguknya. Tapi dengan tegas, pihak managemen JKT48 yang masih membantu Kinal, tidak memperbolehkan. Karena memang Kinal butuh istirahat yang banyak.

"Ve! Liat deh, Juven di bawa Beby sama Shania. Iiihhh kangeeeenn!" Teriakan Kinal membuat aku tersenyum. Sudah hampir dua hari aku tidak melihat jagoan kami. Sepertinya Kinal sudah sangat merindukan jagoannya. Ku dorong kursi rodanya hingga berhenti tepat di hadapan Shania yang sedang memangku Juven.

"Sayangnya Papi! Iihh kangen! Sini-sini Papi pangku." Dengan cepat Kinal mengambil alih Juven. Semua orang tersenyum melihat Kinal dan Juven yang sangat terlihat saling merindukan. Tanpa di suruh, Juven mengecup pipi Kinal dan itu mengundang gelak tawa dari kami semua. Benar-benar mirip sekali dengan Kinal.

"Ooh apa itu? Dari siapa? Bagus banget ya mainannya? Iya sayang." Kinal terus mengoceh saat Juven mengangkat mainan yang dia pegang. Aku tebak itu adalah mainan Aaron dulu. Karena aku masih ingat itu mainan yang ku belikan saat dia ulang tahun.

"Uwuwuwuu anak Papi makin berat ya? Duh, Shan bisa pangku dia gak? Kok tiba-tiba capek ya? Padahal cuma mangku loh ini." Ucapan Kinal barusan membuat aku terdiam. Dokter memang sudah bilang tentang efek samping setelah melakukan cuci darah. Secara umum, efek sampingnya akan mengakibatkan pasien merasa lelah dan lemas. Tidak hanya itu, pasien juga akan merasa stress dan merasa cemas.

"Nay, istirahat yuk. Kan kata dokter kamu mesti istirahat banyak. Biar Juven sama Shania dulu." Namun saat mataku menatap Juven, bayi itu terlihat enggan melepaskan cengkramannya dari baju rumah sakit yang Kinal kenakan. Di situ aku merasa kalau anak semata wayangku ini sedang sangat merindukan Kinal. "Iya, Ve aku tau. Tapi liat nih anak kamu hahahaa gak mau lepas dari aku. Kangen ya sama Papi? Papi juga kangen sama Juven. Muach!" Kinal mencium kening Juven. Kami yang melihat interaksi Juven dan Kinal tanpa sadar meneteskan air mata. Meski bukan darah daging Kinal, tapi Juven sangat terlihat mencintai Kinal. Bahkan sekarang ini mereka tertawa bersama. Tuhan, apa ini hukuman untuk kami berdua? Atau ujian untuk rumah tangga kami?

"Kak Ve." Panggilan Gaby mengagetkanku. Ku tolehkan kepalaku ke arahnya yang tersenyum manis. "Kenapa, Gab?" Tanyaku menatap bingung melihat ekspresi Gaby yang sulit kuartikan.

"Nabilah bilang, kalau kakak mau kak Kinal sembuh.... Kak Ve bisa bawa kak Kinal ke Singapura. Disana kak Kinal bisa dapet perawatan cepet. Tapi......" Gaby berhenti berbicara. Dia sedikit menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa bingungnya. Beby berdiri dari duduknya dan menghampiri kami.

"Kita ngobrol disana aja." Aku mengangguk mengiyakan ajakan Beby. Sedangkan Kinal hanya melihat kami sepintas dan di bawa oleh kakaknya untuk masuk ke dalam kamar. Sementara Juven sudah menangis karena harus dipaksa melepaskan pelukannya dari Kinal yang memang harus istirahat. Sangat sedih melihat Juven yang menangis sangat keras. Aku tahu dia sangat merindukan Kinal yang biasanya selalu menggendongnya setiap malam dan pagi ketika aku sudah merasa lelah seharian bekerja.

"Kenapa, Gab? Tapi apa?" Suara Beby menyadarkanku dari lamunan. Kulirik Gaby yang menunduk. "Kak Kinal harus cepet di operasi, Kak. Tapi....... Kata Nabilah, gak gampang nyari pendonor ginjalnya. Nabilah udah berangkat ke Singapura tadi pagi tanpa kasih tau ke aku dan kalian semua." Aku kaget saat mendengar ucapan Gaby. Nabilah sedang dalam tahap sibuk-sibuknya membuat skripsi tapi dia rela menunda skripsinya demi Kinal. Bahkan dia tidak berpamitan kepada kami semua.

You Are My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang