Real Or Dream?

6.1K 454 137
                                    

Author Pov

Seorang bocah laki-laki terus menerus mencium pipi ibunya yang masih menutup matanya. Sementara wanita lainnya sedang terkekeh melihat kelakuan anak semata wayangnya. "Juven, itu Mami lagi bobo kamu ciumin terus. Papi aja nggak kamu cium." Ucap Kinal. Anak itu menoleh dan memperlihatkan gigi-gigi kecilnya.

"Sini sama Papi ke bawah, bisa-bisa Mami kamu ngomel karena Papi bangun jam segini." Kinal mengangkat Baby Ju dari atas tempat tidur dan berjalan ke bawah menuju dapur.

Sepertinya jagonnya itu sedang merasa lapar hingga tengah malam dia terbangun. Kinal terus berjalan, sesekali dia tertawa akan ulah Baby Ju yang meminta turun dari gendongannya.

Sesampainya di dapur, Kinal mendudukan Baby Ju di atas kursi khusus bayi. Dia menoleh kiri kanan, mencari dimana Veranda meletakan susu milik Baby Ju. "Susunya dimana ya, dek? Mami kalo naruh susu aja udah kayak naruh emas batangan. Di selip-selipin di lemari. Padahal semut juga bisa lewat mana aja." Gerutu Kinal sambil mencari susu bubuk Baby Ju. Sementara Papinya mencari susu, Baby Ju hanya diam memperhatikan Papinya itu. Sesekali dia bertepuk tangan untuk menyemangati Kinal yang susah payah mencari susu.

"Aduh! Ve taruh dimana deh, ini semua lemari udah gue cari tapi nggak ada. Jangan-jangan di gadein lagi itu susu buat dia belanja." Kinal yang sedikit frustasi mengacak rambutnya sendiri.

Suara langkah kaki menghentikan tangan Kinal. Baby Ju yang tadinya bertepuk tangan ikut terdiam dan menoleh ke asal suara. Di depan pintu dapur terlihat Veranda sedang menguap dan berjalan pelan ke arah Kinal.

"Kamu kalo nyari jangan pake mulut. Sampe member jeketi jadi nenek-nenek juga nggak bakal ketemu." Kata Veranda mengambil satu kaleng susu di dalam salah satu lemari.

"Loh, kok disitu? aku cari tadi nggak ada," ucap Kinal menatap Veranda bingung.

"Kan aku udah bilang, nyari itu pake mata, bukan pake mulut. Mulutnya cukup buat..." Ucapan Verand terhenti. Dia melirik Baby Ju yang sedang memperhatikan mereka.

"Cukup buat aku nyari-nyari barang kamu, ya kan?" Seketika Veranda menyentil kening Kinal dan mendelik.

"Ada anak kecil, malah omongannya kayak gitu. Juven sama Mami ke atas, sayang. Biar Papi yang buat." Kata Veranda menggendong Baby Ju yang menatap Kinal.

"Loh, Ve! kok di tinggal? Ve!" Veranda tidak menghiraukan Kinal. Dia terus berjalan.

"Ya elah di tinggal. Ya udah deh," gumam Kinal yang segera membuat susu untuk Baby Ju.

*****

Pagi telah tiba, Kinal yang sedari subuh tidak tidur lagi hanya menatap layar TV dengan bosan. Sedangkan anaknya itu masih betah memeluk Veranda yang juga memeluknya.

"Mami sama anak sama aja. Nggak di ajak tidur, malah di tinggal tidur." Gumam Kinal melirik keduanya.

"Makanya, kalo orang tidur itu ikut tidur. Nggak usah di suruh-suruh. Kamu bukan anak kecil lagi, Nay." Kinal menoleh saat mendengar ucapan belahan jiwanya.

"Aku ngambek sama kamu." Kata Kinal membuang wajahnya kesamping. Veranda terkekeh pelan dan perlahan melepas pelukan dari Baby Ju.

"Hari ini waktunya kamu cuci darah, aku dateng ke sana telat, nggak apa-apa, ya?" Kinal terlihat berfikir dan menoleh.

"Kenapa kamu telat? ada syuting? kok nggak bilang aku?" Tanya Kinal dengan wajah cemberutnya.

Veranda tersenyum simpul melihat ekspresi Kinal, di cubitnya perlahan pipi Kinal yang terlihat tirus. "Maaf, aku lupa kasih tau kamu karena keasyikan main sama Juven, kamu nanti perginya sama Mami, aku udah bilang Mami kok." Ucap Veranda. Kinal menganggukan kepalanya saja dan memilih mengambil ponselnya.

You Are My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang