Ve PovBaru saja aku dan Kinal sampai di Surabaya. Sedangkan Juven yang tidak ikut pergi bersama kami, benar-benar ikut pergi berlibur dengan Shani dan Viny. Anak itu begitu antusias saat akan pergi menuju bandara. Awalnya aku tidak mengijinkan dia untuk ikut karena takut mengganggu Shani dan Viny sebagai pasangan baru. Tapi dengan segala cara, Juven kembali bisa meluluhkan hatiku. Sama seperti Kinal dulu. Dia sangat mirip dengan Kinal. Dari caranya berbicara dan dari perlakuannya. Sangat lembut.
Ngomong-ngomong soal Kinal, bayi paus itu sedang asyik dengan ponselnya. Dia kembali bermain games tidak tahu diri itu. Hampir setiap detik Kinal memainkannya. Dulu aku memang juga tergila-gila dengan games macam itu, tapi tidak untuk sekarang. Juven lebih membutuhkanku daripada permainan yang sudah membuat aku merasa di selingkuhi oleh Kinal.
Ku lirik dia yang masih mengomel karena beberapa kawannya tidak membantunya melawan. Dengan kesal ku cubit perutnya dari samping. Dia memekik dan menoleh padaku. Tidak ku hiraukan. Biarkan saja dia kesakitan. Sabodo teuing.
Sesampainya kami di hotel, aku segera masuk ke dalam kamar mandi sebelum raksasa satu itu masuk dan berdiam di dalam kamar mandi berjam-jam. Entahlah, Kinal selalu membuatku kesal jika hanya berdua seperti ini. Coba kalau ada Juven, pasti dia akan di omeli Juven jika membuatku pusing.
"Ve! cepetan dong! geraaah!" Aku tidak menjawab panggilannya. Ku biarkan dia terus berteriak memanggil namaku.
"Geraaah oiy! mandi apa ngeramin telur sih? udah kayak ayam aja." Aku terkekeh pelan mendengar gerutuannya. Aku tahu dia benar merasa gerah karena hari ini Surabaya terasa sangat panas.
Selesai dengan urusan mandiku, aku segera keluar dengan memakai baju lengkap. Dia tidak berbicara apapun denganku saat aku keluar. Dia langsung masuk ke dalam kamar mandi sambil membawa pakaian ganti dan handuknya. Aku hanya menggeleng melihatnya yang terlihat berkeringat. Padahal AC di kamar ini sudah dia tambah dinginnya.
"Mandinya cepetan! jangan konser dalam sana terus!" Teriakku saat mendengarnya mulai bernyanyi. Aku mendengarnya tertawa dan kemudian digantikan dengan suara shower.
"Sabar dong, mba badai. Princess Elsa kan juga butuh yang adem-adem." Katanya saat keluar dari kamar mandi.
"Kalo kedinginan baru tau." Gumamku menutup novel yang baru beberapa menit ku baca.
"Kalo kedinginan kan tinggal ke kamu, pasti entar kamu angetin." Ucapnya menaik turunkan alisnya.
"Udah sana keringin rambut, jangan buat aku kesel mulu deh." Dia tersenyum dan berjalan ke dekat meja. Diambilnya hairdrayer yang tadi ku pakai.
"Harusnya biar cepet jangan pake hairdrayer, ya?" Ujarnya mengibas-ngibaskan rambut pendeknya.
"Terus kamu mau pake apaan kalo nggak pake hairdrayer?" Tanyaku bingung. Ya, jelas bingung. Dia ini otaknya memang kadang-kadang minus.
"Pake oven kek. Biar cepet keringnya. Hairdryer-nya rusak nih, Ve. Masa nggak kering-kering rambut aku." Omelnya mematikan hairdryer.
"Mau kering banget?" Dia mengangguk cepat. Aku melemparkannya korek api gas yang ku temukan di dalam nakas. Entah punya siapa.
"Apaan nih?" Tanyanya menatapku dengan bingung.
"Katanya mau kering rambutnya, pake itu aja. Kering banget malahan, bahkan langsung botak kepala kamu." Ucapku diakhiri dengan nada ketus. Aku benar-benar kesal dengan anak ini. Dari kemarin selalu membuatku kesal. Mana ada hairdrayer mengeringkan rambut secepat kilat. Dia kira matahari.
"Galak amat, mba. Lagian kan aku serius, Ve. Ini hairdrayer ngeringin rambutnya lama bener. Nggak ada kipas angin apa ya? ya, kali ngeringin pake AC." Katanya duduk di sampingku yang kembali membaca novel.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything
FanfictionKebahagiaan kecilku hanya karna kalian. Dua orang yg sangat aku cintai dan akan ku jaga. Terimakasih telah hadir dalam hidupku. I Love You. DKP Squel Your Happiness~ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ WARNING! BERGENRE GXG! YANG TIDAK SUKA, SILAHKAN TINGGALKAN...