Mirip

6K 484 57
                                        

Author Pov

Pagi ini sangat berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Jika sebelumnya Shania akan mengerjakan tugas-tugas rumah serta menyiapkan keperluan Alice sendirian, tapi tidak sekarang ini. Sebelum jam menunjukan pukul 4 pagi, Beby sudah bangun dan menyiapkan sarapan serta bekal untuk Alice. Dia tersenyum saat melihat hasil tangannya yang memasak dengan santai. Padahal dulu jika dia akan memasak, pasti selalu gagal.

Shania terbangun dan melirik ke sampingnya. Anak semata wayangnya itu masih terlelap dalam tidur nyenyaknya. Memang setelah Beby, Kinal dan Nabilah kembali, dan Beby pulang. Shania menolak untuk tidur seranjang dengan Beby. Dia masih merasa kesal terhadap Beby.

Dia turun dari tempat tidurnya dan mencepol rambutnya asal. Perlahan dia menuju kamar mandi untuk sikat gigi dan cuci muka. Setelah melakukan kebiasaannya itu, dia segera menuju dapur, berniat membuatkan sarapan. Tapi, langkahnya langsung terhenti saat matanya menangkap Beby yang sedang asyik menghias makanan di dalam sebuah kotak makan berwarna biru.

"Ngapain di dapur?" Pertanyaan Shania sukses menghentikan tangan Beby. Dia menoleh dan tersenyum tipis melihat Shania yang tidak pernah berubah.

"Garuk-garuk tanah, ya masaklah, Nju." Kata Beby yang kembali menghias makanannya yang belum selesai.

Shania perlahan mendekat dan melirik kotak makan yang sudah berisi nasi goreng dengan hiasan yang sangat lucu. Beby membentuk sebuah wajah kartun kesukaannya. Mickey mouse. Shania tersenyum kecil, lalu tangannya mencubit pelan pipi Beby.

"Maaf." Lirih Shania menatap lekat wajah samping Beby.

Beby mengangkat wajahnya, menoleh pada Shania dengan senyum menawannya. "Ngapain minta maaf? aku bahagia bisa balik ke rumah. Masih bisa liat kamu, masih bisa liat Alice dan masih liat semuanya." Ucap Beby menyelesaikan pekerjaannya dan menghadap Shania.

"Aku udah kasar sama kamu." Kata Shania pelan. Beby menggeleng dan mengangkat dagu Shania yang menunduk. "Kamu tau, sekasar-kasarnya kamu, aku tetep sayang. Karena kamu kasar ke aku itu ada alasannya. Aku tau kamu kasar kayak kemarin itu karena kamu kesel sama aku. Jadi aku maklum kok." Ucap Beby. Tangan Beby mengelus pelan pipi Shania.

"Tapi, Beb, ak-"

"Nju, mau kamu pukulin aku sesakit apapun, aku bakal lebih sakit kalo liat kamu nangis. Jangan nangis," sela Beby cepat sembari menghapus air mata Shania yang mulai turun.

"Aku kangen kamu." Pecah sudah rasa rindu yang sedari awal mereka bertemu kembali. Shania sudah memeluk Beby dengan sangat erat. Sementara Beby juga sudah melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Shania yang selalu ramping.

"Aku kangen kamu, Beb. Maafin aku, jangan tinggalin aku lagi." Ucap Shania sesenggukan. Dia sembunyikan wajahnya pada bahu Beby dan terus menangis. Meluapkan segala kerinduan yang sudah lama dia pendam.

Sama seperti Shania, Beby juga ikut menangis. Dia sangat merindukan gadis bulan sabitnya ini. Sudah sangat lama dia tidak melihat senyuman serta wajah juteknya. "Aku juga kangen kamu. Bahkan waktu pesawat mau jatuh pun, aku selalu berdoa biar bisa ketemu kamu lagi, Nju. Maafin aku udah buat kamu nunggu lama." Bisik Beby di telinga Shania. Dia semakin mengeratkan pelukannya dan sesekali mengecup bahu Shania yang hanya memakai piyama tanpa lengan.

Keduanya terus berpelukan sampai Shania yang sedikit menjauhkan tubuhnya namun tangannya masih melingkar di leher Beby. "Kamu makin kurus, waktu kamu pergi... kamu nggak sekurus ini, Beb." Kata Shania memanyunkan bibirnya.

Beby terkekeh lalu mengusap pipi Shania dengan sayang. "Nanti juga kamu yang ngurus aku lagi, aku jadi gemukan lagi. Percaya deh," ucap Beby sambil mengedipkan mata sebelah kanannya. Shania terkekeh geli melihat kelakuan Beby.

You Are My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang