Author Pov
Sepulang sekolah, Juven duduk di meja makan bersama Kinal sambil menopang dagunya dengan kedua tangan. Keduanya hanya diam sambil melihat Veranda yang bolak-balik entah sedang apa.
"Pi!"
"Hm."
"Mami nggak kerja, tapi sibuk ngapain sih? daritadi mondar-mandir mulu, pusing kepala Juven." Kinal menoleh ke arah anaknya sambil tetap menopang dagunya.
"Tau, Papi juga pusing. Daritadi nggak kelar-kelar, mau bantuin, malah di suruh duduk." Juven mengangguk pelan, menyetujui apa yang Kinal ucapkan.
"KINAL! JUVEN! INI KENAPA BERANTAKAN SIH?!" Kinal dan Juven kompak menutup telinganya.
"Mami kenapa sih?" Dengus Juven dengan wajah lucunya.
"Juven, ini apa-apaan? kenapa mainannya pada di deket mesin cuci?" Tanya Veranda datang dari belakang rumah.
"Maaf, Mami, tadi Juven sama Papi main di ruang bawah, terus karena kebanyakan bawa mainannya, Juven taruh di situ." Jawab Juven. Kinal melirik Juven dan Veranda bergantian.
"Sekarang, kamu sama Papi kamu, beresin mainannya. Nggak ada mainan di ruang bawah, ruang bawah mau Mami pake perpustakaan. Ngerti?" Juven dan Kinal mengangguk paham. Keduanya berjalan menuju ruang bawah sekaligus membereskan mainan Juven yang ada di dekat mesin cuci.
"Jangan lupa sapu sekali!" Seru Veranda yang hanya di angguki keduanya.
"Mami kenapa jadi ngeselin ya, Pi?"
"Nggak tau, Papi juga heran."
"Padahal dulu, waktu Papi kerja, Mami nggak secerewet itu." Kata Juven sambil mengambil mainannya dan dia masukan ke dalam sebuah keranjang.
"Masa? dulu Mami kamu pendiem banget loh, malahan Papi yang cerewet." Ucap Kinal terkekeh pelan.
"Berarti bener dong kata Onty Lidya." Kinal mengerutkan keningnya bingung. "Emang Onty Lidya bilang apa?" Tanya Kinal menatap Juven yang berdiri di dekatnya.
"Onty bilang, kalo Juven cerewet kayak Papi. Padahal Juven cuma cerita, terus ceritanya..." Juven terus mengoceh, membuat Kinal terkekeh. Ternyata memang benar, Juven sama sepertinya.
"JUVEN! KINAL! CEPET BERESIN!" Reflek Juven langsung memelankan suaranya dan keduanya saling lirik. Beberapa detik mereka terdiam, tak lama kemudian keduanya menyengir dan langsung kembali membereskan mainan Juven.
Setelah semua pekerjaan yang Veranda tugaskan selesai, keduanya kembali ke ruang makan dengan wajah datarnya. Veranda melirik keduanya dan tersenyum tipis.
"Kenapa?" Tanya Veranda berpura-pura jutek.
"Mami, bukannya Juven nggak mau bantuin Mami, tapi Mami tau nggak, Juv-"
"Ayo sini makan, nggak usah protes." Sela Veranda sambil meletakan piring Juven di tempat Juven biasa duduk.
Kinal terkekeh mendengar selaan Veranda. Dia melihat buah hatinya yang kembali memasang wajah datarnya. Veranda tidak memperdulikan Juven, dia terus sibuk menatap meja makan.
"Mami sekarang ada Papi sombong, Juven di cuekin mulu." Gumam Juven yang sudah duduk di kursinya. Veranda hanya meliriknya. Kinal terlihat masih tersenyum melihat tingkah Juven dan Veranda.
"Sini, Pi, duduk sama Mami." Kata Veranda menarik lengan Kinal agar lebih mendekatinya. Juven hanya diam dan berdiri di kursinya untuk mengambil makanannya sendiri karena kesal dengan Veranda.
"Loh, Juven nggak tunggu Mami ambilin?" Tanya Kinal yang hanya mendapat gelengan dari Juven. Kinal dan Veranda saling melirik.
"Biar Juven yang ambilin buat Papi, Mi!" Veranda terdiam mendengar seruan Juven. Tangan kecil Juven mengambil piring Kinal yang tadi berada di tangan Veranda.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything
FanfictionKebahagiaan kecilku hanya karna kalian. Dua orang yg sangat aku cintai dan akan ku jaga. Terimakasih telah hadir dalam hidupku. I Love You. DKP Squel Your Happiness~ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ WARNING! BERGENRE GXG! YANG TIDAK SUKA, SILAHKAN TINGGALKAN...