Kehangatan Itu Kembali

6.3K 478 46
                                    

Author Pov

Pagi ini Kinal dan Veranda juga Juven sudah siap dengan pakaian rapinya. Apalagi dengan Juven yang sangat serasi dengan Papinya.

"Sejak kapan kalian punya baju itu?" Tanya Veranda mengerutkan keningnya.

Kinal dan Juven saling tatap. Tak berapa lama kemudian, keduanya menyengir menatap Veranda. "Hehehe aku udah lama beli baju ini. Keren kan? samaan loh kita." Ucap Kinal bangga sembari berdiri dari duduknya dan di ikuti Juven.

"Sama aja. Sama-sama jelek," Kinal dan Juven langsung saling tatap dan tak lama kemudian keduanya cemberut.

"Ngeselin." Gumam keduanya yang masih Veranda dengar. Veranda tersenyum melihat kelakuan Juven dan Kinal yang sangat mirip. Dia meletakkan beberapa makanan kecil ke dalam tas Juven.

"Juven, bawa tasnya sendiri atau Mami taruh di mobil?" Juven berjalan ke arah Veranda dengan wajah di tekuk.

"Kenapa mukanya gitu?" Tanya Veranda bingung.

"Mami ngeselin, masa Juven di katain jelek." Jawab Juven pelan. Veranda terkekeh pelan dan berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Juven.

"Terus, kalo nggak jelek, apa dong?" Juven terlihat berfikir sebentar dan tersenyum.

"Juven keren dong, kayak Papi. Ya kan?" Ujar Juven dengan membentuk ibu jari dan telunjuknya seperti pistol, dan dia letakan dekat dagunya. Veranda tersenyum melihat kelakuan buah hatinya itu.

"Iya-iya, kalian itu keren. Terus, ini mau di bawa sendiri atau di taruh di mobil?"

"Taruh di mobil aja dong, Mami. Nanti Juven kan pake sampe di Bandung." Veranda tersenyum mengangguk dan pergi menuju mobil. Kinal yang sedang bermain dengan ponselnya langsung menatap Veranda yang datang.

"Juven mana?" Tanya Kinal memasukan ponselnya ke dalam saku jaketnya.

"Di dalem. Kamu masukin ini sama tasnya Juven ya? terus jangan lupa di cek ban mobilnya, terus jang-"

"Iya bidadarikuuu.... nggak usah di ingetin lagi. Kinalmu ini masih punya daya ingat yang baik. Udah buruan panggil Juven. Kita berangkat sekarang, keburu macet." Veranda tersenyum melihat Kinal yang seperti itu. Sudah lama dia tidak melihat kelakuan orang yang selalu membuatnya rindu.

"Juven! ayo pergi! jangan makan mulu." Juven menyengir saat melihat Veranda sedang menggelengkan kepalanya saat melihat Juven sedang asyik memakan sisa sarapannya.

"Kamu ini, tadi bilangnya udah, sekarang malah makan lagi." Ucap Veranda melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hehehe habis enak masakan Mami. Ya udah yuk! kita pergi sekarang, kasian Papi nunggu." Juven mengulurkan tangannya ke arah Veranda yang hanya tersenyum. Sunggu romantis anak semata wayangnya ini.

Keduanya berjalan dengan bergandengan tangan menuju mobil. Kinal yang sedaritadi menunggu langsung menoleh saat mendengar suara langkah kaki. Dia ikut tersenyum melihat Juven dengan lembutnya menarik Veranda.

"Duh, Juven dapet darimana bidadarinya?" Tanya Kinal berjongkok di hadapan Juven yang masih setia memggandeng Maminya.

Juven terlihat berfikir langsung tersenyum lebar. "Tadi bidadarinya mergokin aku makan, Papi. Terus, biar nggak bawel lagi, aku bawa kesini. Cantik ya bidadarinya?" Seketika wajah Veranda memerah mendengar ucapan anaknya itu. Entah mengapa, apa yang pernah Kinal ucapkan dulu, sering dia ucapkan.

"Juven, liat deh, bidadarinya merah tuh pipinya hahaha," Kinal dan Juven langsung tertawa melihat ekspresi Veranda yang sangat begitu lucu.

"Ish! kalian ini, ayo pergi! sampe macet aku pukul kalian berdua." Ucapan Veranda tidak di gubris oleh keduanya. Anak dan Papi itu masih setia tertawa melihat Veranda yang malu. Veranda yang kesal langsung masuk ke dalam mobil, meninggalkan keduanya yang masih tertawa.

You Are My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang