Author Pov
Setelah kepergian Andre, ketiganya langsung didudukan di hadapan semua orang yang penasaran mengapa ketiganya bisa dinyatakan meninggal serta apa yang sudah terjadi selama tiga tahun belakangan ini.
Sebenarnya tadi Gaby ingin duduk disamping Nabilah, tapi dengan cepat Shania menariknya kasar untuk duduk disampingnya.
"Sekarang kita udah disini, dan Om harap, kalian bisa ceritain semuanya tanpa ada yang di sembunyi-sembunyiin lagi." Ucap Ayah Veranda menatap ketiganya.
"Iya, Om." Jawab Nabilah dan Beby. Sedangkan Kinal hanya mengangguk dan sesekali matanya melirik pada Veranda yang duduk bersama Shania dan Gaby.
"Jadi... Beb, cerita gih!" bisik Kinal pada Beby yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya menatap Kinal.
"Kok gue sih? elo aja, kak." Tolak Beby cepat. Kinal menghela nafas dan menoleh pada Nabilah yang memainkan kukunya sendiri.
"Jaenab, lo aja sono yang cerita." Suruh Kinal yang langsung mendapat gelengan dari Nabilah.
"Enak aja, Beby aja. Gue nggak mau inget-inget itu." Ucap Nabilah sedikit menjauhkan duduknya.
"Beb, lo gih yang cerita."
"Enggak, kak. Orang dari antara kita bertiga, yang hampir mampus kan gue. Jadi lo berdua sono yang cerita."
"Eng-"
"Kalian mau cerita atau aku patahin kaki kalian!" Ucapan Shania yang penuh penekanan membuat ketiganya langsung bungkam.
"Eemm... jadi ceritanya tuh, gue sama mereka nggak tau apa-apa... ish! gue ngomong apa sih, Beby! lo aja kek yang cerita." Ujar Kinal menyenggol Beby yang tetap saja menolak.
"Kalian mau cerita nggak sih!" Bentak Shania berdiri dari duduknya. Veranda segera menahan tangan Shania agar duduk kembali ke tempatnya.
"I-iya, Shan," kata Kinal cepat.
Kinal mulai menceritakan kejadian tiga tahun lalu, saat mereka pergi menuju Singapura dengan pesawat. Sesekali dia melirik Veranda yang menatapnya tidak percaya.
*****
Tiga tahun lalu...
Kinal, Beby dan Nabilah segera memasuki pesawat yang akan mereka tumpangi setelah berpamitan kepada orang-orang yang mereka cintai. Ketiganya sangat terlihat sedih, apalagi Kinal yang tadi mendengar suara tangisan Baby Ju. Dia tidak tega mendengar tangisan buah hatinya itu. Namun, demi kesembuhannya, dia harus meninggalkan orang-orang yang dia cintai untuk berobat ke negeri orang.
Sesampainya di dalam pesawat, Kinal yang duduk diantara kedua orang yang sudah dia anggap sebagai adiknya, terlihat heran. Tidak biasanya Nabilah dan Beby saling diam. Biasanya, mereka akan meributkan hal sepele jika mereka disatukan. Tapi tidak dengan ini. Keduanya diam dan sesekali menghela nafas. Kinal hanya berfikir jika mereka masih belum bisa meninggalkan orang-orang yang mereka cintai. Sama seperti dirinya, dia sedikit bimbang meninggalkan anak dan orang yang sudah menemaninya beberapa tahun itu.
"Lo kenapa, Bil? kok pucet gitu?" Tanya Kinal saat sadar wajah Nabilah terlihat memucat.
"Entah, perasaan gue kok nggak enak ya, kak?" Ucap Nabilah memegang bagian dadanya dan menatap Kinal denhan raut wajah yang sulit di artikan.
"Mungkin karena lo belum bisa ninggalin Gaby, makanya kayak gitu." Kata Kinal mencoba menenangkan Nabilah.
"Moga aja sih..." lirih Nabilah mengangguk kecil. Kepalanya dia tolehkan ke arah jendela disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything
Fiksi PenggemarKebahagiaan kecilku hanya karna kalian. Dua orang yg sangat aku cintai dan akan ku jaga. Terimakasih telah hadir dalam hidupku. I Love You. DKP Squel Your Happiness~ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ WARNING! BERGENRE GXG! YANG TIDAK SUKA, SILAHKAN TINGGALKAN...