Chapter 15

6.8K 296 0
                                    

Amanda berlari secepat yang dia bisa menuju ke kantin sekolahnya. Dengan terburu-buru, Amanda membeli dua batang permen loli, dan menuju ke tempat dimana Leon di keroyoki oleh Galih dan teman-temannya.

Amanda terenyuh, menatap Leon yang masih terbaring lemah di tanah. Bukan, bukan karena sakit yang dirasakannya, ketika sepatu teman-teman Galih mendarat di punggungnya. Namun karena sakit yang ada di hatinya. Sakit yang dirasakan, ketika dirinya dikeroyok oleh mereka, tapi anak-anak yang lainnya hanya melihati, tanpa ada niat menolong.

“Leon,” panggil Amanda pelan, membuat Leon mendongak sedikit. Perlahan, Leon bangun. “Pelan-pelan aja, Leon. Kamu sakit.”

Leon menggeleng pelan, sembari menyunggingkan senyum tipis. Amanda yang melihat kaki Leon memar karena tendangan salah satu teman-teman Galih, membantu Leon yang sedikit terpincang untuk duduk di ayunan.

“Leon,” panggil Amanda lagi, ketika Leon sudah duduk dengan sempurna di atas ayunan. Mata birunya yang jernih, perlahan ditutupi oleh selaput tipis. Air mata mulai mengalir dari matanya. Dadanya semakin sesak. Isakan pelan membuat Leon sedikit panik.

“Amanda. Kenapa?” tanya Leon. Tangan kecilnya meraih wajah Amanda untuk menghapus air matanya. Tangan kecil Amanda meremas ujung rok semakin kuat.

“Aku minta maaf,” ucap Amanda akhirnya, diiringi isakan kecil. Tangan kanannya mengambil dua batang permen dari saku roknya. “Ayo temenan sama aku.” Dua batang permen disodorkan di hadapan Leon.

Senyum Leon perlahan terbit. Seiring dengan dada Leon yang menghangat, Leon mengambil sebatang permen dari tangan Amanda. “Ayo kita makan permennya bareng-bareng,” ucap Leon dengan senyum lebar yang menular pada Amanda.

“Ayo.” Tangis yang tadi, berubah menjadi senyum manis. Keduanya menghisap permen bersama, sembari mengobrol dan tertawa, sampai Ibu Leon menjemput.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang