Chapter 21

4.8K 189 0
                                    

Sekalipun bel sudah berbunyi, Ara tetap berusaha menghentikan isakannya, dan tetap berada di dalam mobil Kalvin.

“Ah, sorry,” ucap Ara parau. “Keluar, yuk. Bel udah bunyi.” Pintu mobil yang baru terbuka 2 centi itu, kembali tertutup karena Kalvin.

Dengan cekatan dan tidak terduga, Kalvin meraih tubuh kecil Ara, dan merengkuhnya dalam dekapan. Tanpa kata, namun tangan Kalvin tidak berhenti mengusap rambut kecoklatan milik Ara.

Perlahan, resah di hati Ara berkurang, demikian juga dengan resah di hati Kalvin, melihat gadis itu menangis sepanjang perjalanan. Genap 3 menit pelukan itu terjalin, Kalvin mengurainya.

“Ara,” ucapnya pelan, sembari menghapus bercak air mata di pipi Ara. Dengan telaten, sampai bersih. “Lo ada gue, kalau Leon menjauh. Leon bukan dunia lo, dan mungkin lo bukan dunia dia. Tapi bukan berarti dunia berhenti berputar kan? You always have my back.”

Ara tersenyum, mendengar kata-kata Kalvin. Hatinya menghangat seketika. “Thanks, Vin.” Rona wajahnya menyembul kembali. Binar matanya perlahan kembali. “Ayo keluar.”

Keduanya keluar dari mobil dengan penuh senyuman. Berjalan berdampingan, dengan langkah pelan, seakan tidak menghiraukan tulisan ‘Telat masuk kelas’ menghiasi buku pelanggaran.

Tapi ternyata, ada sesosok pemuda yang juga membiarkan dirinya telat. Ada sosok pemuda yang mengawatirkan Ara, hingga pemuda itu rela menunggu lebih dari 10 menit, berjalan simpang siur tak tentu arah, demi melihat Ara, dan menjelaskan semuanya.

Senyum menghiasi bibirnya, entah senyum hampa, atau senyum pahit. Setidaknya, sahabatnya baik-baik saja.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang