Chapter 17

4.7K 213 0
                                    

Senyum Leon tidak luntur barang sedetikpun, semenjak pemuda itu mengantarkan Nanda pulang. Dengan debaran yang menggila karena mengingat status gadis itu yang sudah berubah, Leon membuka pintu dengan semangat.

Ketiga anggota keluarganya kaget. “Leon!” tegur Ibunya. “Apa-apaan, sih.” Leon hanya menyengir. Pasti ibunya kaget. “Pelan-pelan, dong,” lanjut ayahnya, menegur pelan. Berbanding terbalik dengan ekspresi mereka yang agak kesal, Leon malah tersenyum.

Dengan pasti, Leon melangkah mendekati mereka. “Ini bocah satu kenapa, sih? Senyum-senyum gak jelas,” sinis Agung. Tapi sinisan Agung tidak dapat melunturkan senyum Leon.

Sekonyong-konyong, Leon memeluk ibunya. “Bu,” panggilnya manja, membuat Agung dan ayahnya bergidik seketika. “Leon lagi seneng, lho.” Ibunya mengernyit, mendengar kalimat itu.

“Emang kapan kamu sedih?” sahut ayahnya sembari meminum jus mangganya. Agung terbahak seketika, namun Leon tidak mengindahkannya. Tanpa mengucapkan satu katapun, Leon mengecup pipi ibunya, dilanjutkan dengan menyalim tangan ayahnya, dan memeluk singkat Agung.

Kelakuan Leon, mengundang gidikan ngeri dan kernyitan di dahi.

***

Bahkan, setelah mengudang tatapan heran dari seluruh anggota keluarganya, Leon tetap tidak bisa menghapus senyumnya. Hingga akhirnya dirasa mulutnya pegal, Leon berhenti tersenyum, dan melepas bajunya.

Seharian jalan bersama Nanda, membuat tubuh Leon pelikat seketika. Tapi, begitupun, Leon masih menyempatkan diri menancapkan ponselnya ke catu daya, dan menyalakannya. Tidak banyak notifikasi yang masuk, tentu saja, karena Leon tidak memiliki teman sebanyak itu.

Namun yang paling menarik perhatiannya adalah notifikasi panggilan tidak terjawab dari Ara. Ada 3. Agak aneh, karena biasanya Ara tidak akan berhenti menelponnya, sampai Leon menelpon balik.

Leonpun memutuskan untuk menelpon Ara. Dahinya mengernyit, ketika mendengar suara mbak-mbak operator yang menyahut, bukan suara Ara.

“Maaf, nomor yang anda tuju, sedang sibuk..” Belum selesai mbak-mbak tadi berbicara, Leon sudah memutuskan sambungan. Lalu Leon mencoba lagi. Sama, nada dering tanda bahwa Ara sedang menelpon orang lain, kembali terdengar.

Leon menelpon kembali. Ada alasan, kenapa Leon bisa segetol itu menelpon Ara, sekalipun sudah tahu, bahwa nomor Ara sedang sibuk. Leon ingin sahabat terbaiknya itu, menjadi orang pertama yang mengetahui hubungan barunya dengan Nanda.

Leon tidak bisa membayangkan, akan selebar apa senyuman Ara, ketika mengetahui bahwa PDKT Leon berhasil. Leon tidak bisa membayangkan, sesenang apa Ara, ketika tahu sahabatnya itu sudah tidak jomblo.

Ara pasti senang kan? Seorang sahabat pasti akan senang, ketika tahu sahabatnya senang. Senyum Leon terbit kembali. Nampaknya, pemikiran itu, membuat suara monoton mbak-mbak operator itu tersamarkan.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang