Chapter 18

6.5K 314 2
                                    

“Yon, udah, deh. Gedek juga gue lama-lama, ngeliatin lo mondar-mandir di depan gue,” ucap Agung yang kesekian kalinya, merasa terganggu dengan adiknya yang sedari tadi terus melewatinya.

“Gue khawatir, kak,” jawab Leon sembari menggigiti kuku dan bibir bawahnya bergantian. “Kalau Amanda kenapa-kenapa, gimana? Feeling gue gak enak dari tadi.”

“Udah kayak emaknya aja, lo,” cibir Agung, membuat Leon mendengus.

“Udah, lo urusin aja dulu skripsi lo. Udah berapa kali disuruh revisi?” tanya Leon. Sekarang gantian Agung yang mendengus.

Keduanya hening sejenak. Masih dengan Leon yang sibuk memikirkan Amanda, masih dengan Agung yang mengerjakan laporan untuk salah satu mata kuliahnya.

“Hua!” pekik Leon tiba-tiba, membuat Agung terlonjak kaget. Leon merasakan getaran di sakunya.

“Apa, sih?!” geram Agung gemas. Fokusnya buyar begitu saja. Leon terkekeh kecil.

“Hape gue geter, bang,” jawab Leon, mengundang decakan kesal dari Agung.

Melihat nama pemanggilnya adalah Amanda, Leon segera menekan tombol hijau dan menaruhnya di depan telinga. “Amanda, akhirnya lo hubungin juga. Gimana? Lo baik-baik aja, ka—“

“Maaf, apa ini dengan saudara Leon?” tanya sebuah suara perempuan, menghentikan cerocosan Leon. Bulu kuduk Leon meremang seketika.

“Iya, saya Leon. Amanda-nya mana?” tanya Leon waswas. Dirinya sesekali mencuri pandang ke Agung yang menatapnya tak kalah waswas.

“Saudari Amanda baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas. Sekarang, saudari Amanda sedang menjalani operasi. Kami menemukan—“ Ucapan perawat itu terputus, karena Leon menanyakan sesuatu.

“Ini rumah sakit mana? Saya segera menuju ke sana,” ucap Leon terburu-buru. Keringat dingin mengucur di dahi dan punggungnya. Dadanya berdetak dengan sangat kencang.

“Rumah sakit Pelita Harapan. Dimohon kedatangannya, mas,” jawab perawat tadi. Tanpa menjawab balik, Leon menutup sambungan teleponnya, dan menatap Agung.

“Bang, anterin gue ke rumah sakit Pelita Harapan. Sekarang, bang,” pinta Leon dengan raut wajah cemas.

Agung yang biasanya, pasti akan mendengus dan mencerca Leon habis-habis. Namun nyatanya, Agung yang saat ini sedang ikutan panik. Jadi, tidak ada pilihan lain, selain meraih kunci motor dengan kasar, dan ikut berlari ke garasi bersama Leon.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang