Chapter 9

4.8K 200 0
                                    

Ara menatap Leon yang masuk dengan wajah lemas, dan jaket hitamnya yang berantakan, ke kamarnya. Bahkan rambutnya tidak serapih tadi.

“Kenapa, lo?” tanya Ara bingung. Bahkan Ara sempat-sempatnya mematikan laptop yang digunakannya saat ini untuk menulis.

Leon tidak menjawab. Dia hanya menjatuhkan dirinya serta tasnya di kasur Ara. “Rumah Nanda jauh bet, anjay. Terus dia keknya lempeng bener. Sekolah, ya langsung pulang,” jawab Leon.

“Bukannya kita juga kalau sekolah, langsung pulang ya?” tanya Ara polos. Leon mendengus geli dengan keras, mendengar jawaban Ara.

“Ya, pokoknya gue gak dapet apa-apalah,” ucap Leon final. Diam menguasai keduanya.

“Lo ikutin dia besok lagi aja,” saran Ara. “Kali aja, emang dia gak ada acara hari ini.” Namun Ara tidak mendengar jawaban. Diliriknya Leon sekilas, sedetik sebelum suara orokan terdengar.

“Yah, tidur dianya,” dengus Ara. Dengan sedikit susah payah, Ara melepaskan jaket Leon, dan menaruh bantal di bawah kepalanya. Ara juga menarik selimut sebatas leher Leon. Entah apa yang menggerakan dirinya, Ara mengusap pelan kepala Leon yang berlapis dengan rambut kaku beroleskan pomade.

Terus begitu, hingga Ara lelah, dan memilih tidur di sebelah Leon.

***

“Lo serius, gue mesti ngikutin dia lagi?” tanya Leon, sembari melotot horror. Tangannya yang hendak menyendokkan mie instan buatan Ara, membeku di udara.

“Itu saran aja.” Ara mengendikkan bahunya. “Terserah lo, sih. Bisa jadi dia emang gak ada acara hari ini, jadi langsung balik.”

“Kenapa dah Nanda pilih sekolah jauh bener dari rumahnya?” gerutu Leon lanjut meniupi mie kuahnya.

“Emang, lo naik sepeda, berapa menit?” tanya Ara, sembari mengangkat mie yang ada di saringan, dan menaruhnya di kuah yang sudah jadi.

“Setengah jam lebih,” jawab Leon singkat, karena sedang mengunyah.

Ara berdecak sembari menolehkan seluruh tubuhnya ke Leon. “Kalau naik mobil, seperempat jam gak sampe, anjir,” umpat Ara kesal.

“Tapi gue tuh udah gowes cepet-cepet. Gue rasa, kecepatannya udah sama tuh mobil,” balas Leon tak kalah kesal. “Lo gak liat, tadi gimana muka ama baju gue? Udah kayak anak baru lulus SMA, terus gagal nyari kerjaan.”

Ara terbahak seketika, membuat Leon makin keki. “Ya udah, lu gebet aja si Nanda,” jawab Ara spontan, setelah dia membawa mangkuk mienya di hadapan Leon. Ara kira, Leon akan mendengus.

Tapi, alih-alih dengusan yang dia dengar, Ara malah mendengar Leon berkata, “Bener juga, ya. Gue mau mulai PDKT-in Nanda, ah.”

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang