Chapter 34

5K 149 0
                                    

"Leon!" Cekalan di pergelangan tangannya, mencegah Ara untuk mengejar Leon. Ara menatap sang pemilik tangan. "Kalvin, tolong lepas. Aku mau ngejar Leon."



"Ngapain kamu ngejar dia?" tanya Kalvin, dengan dahi yang mengernyit curiga. Ara menatap Kalvin dengan skeptis.



"Ngapain? Dia sahabatku, Kalvin! Dan kamu nanya ngapain ngejar dia?" Ara terkekeh sinis.



"Iya," balas Kalvin. "Ngapain kamu ngejar dia? Aku ke sini untuk kamu. Udah cukup aku liat kamu pelukan sama cowok lain, gak usah segala ngejar cowok perebut pacar orang kayak dia."



Mata Ara memicing sampai hanya segaris. Emosi yang sejak tadi bercampur aduk, membuat Ara menyentakkan tangan Kalvin yang masih mencengkram pergelangan tangannya.



"Cowok perebut? Maksud kamu apaan, sih?! Dia gak pernah ada niat ngerebut siapapun!" ujar Ara keras.



"Dia mau ngerebut kamu dari aku!" jawab Kalvin tak kalah kerasnya. "Cowok kayak gitu yang mau kamu kejar? Cowok, yang kalau dibandingin sama aku, gak ada apa-apanya itu, yang mau kamu kejar?"



Ditetapkan. Emosi Ara sekarang tinggal segaris. "Maksud kamu, dia cowok payah? Gitu?!"



"Iyalah!" sentak Kalvin gak pakai mikir. "Kamu liat. Apa ada, prestasi yang dihasilin Leon di sekolah? Gak ada!"



"Menang lomba menulis puisi aja, gak usah sombong! Kalau aku menang lomba nulis novel, kamu mau apa?" balas Ara sinis.



Tak urung, Kalvin melanjutkan. "NEM dia pas SMP, gak setinggi aku. Jelas, kan, siapa yang lebih pinter."



"Kalau kamu lupa, Kalvin, NEMmu juga gak setinggi NEMku," ketus Ara.



"Dia tuh Cuma cowok bodoh yang gak punya kemampu-"



PLAK!



Sebuah tamparan menghentikan semua ocehan Kalvin tentang kelebihannya dan kekurangan Leon.



"Jangan kurang ajar kamu, Kalvin! Mentang-mentang pinter, jago bikin puisi, kamu jadi ngerendahin Leon!" sentak Ara tidak tahan. Untung saja, Ara masih kuat menahan sabarnya untuk tidak menendang Kalvin dengan jurus karatenya.



"Kenapa kamu ngebela dia segitunya? Suka kamu sama dia?" balas Kalvin, tidak muak, sekalipun sudah ada cap tangan merah di pipi kirinya.



"IYA SUKA! KAMU MAU APA, HAH?!" teriak Ara keras, membuat Kalvin sedikit tersentak. "Putus. Kita putus. Terserah kamu, mau gimana, aku gak peduli lagi. Kita putus."



Dengan langkah lebar, Ara menyeret Kalvin untuk keluar dari rumahnya, bersamaan dengan mengunci pintu dan mengejar Leon.


AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang