Chapter 6

5K 219 0
                                    

Bukan Ara yang kurang bersinar, tapi memang Leon yang terlalu menyilaukan. Karena buktinya, sekarang Ara ada di dekat gedung kosong yang tidak terpakai, bersama Galih.



Tidak ada yang tidak mengenal Galih. Ketua OSIS yang juga jadi ketua MPLS angkatan Ara itu, nyatanya tidak kalah terkenal dari Leon. Tentu saja, karena dia adalah ketua OSIS, yang konon katanya juga salah satu anggota Netra. Tapi tentu saja fakta yang terakhir hanyalah kasak-kusuk belaka, yang kebenarannya belum bisa dibuktikan.



Bukan apa-apa. Hanya saja, Galih mengajaknya bertemu di dekat gudang itu. Katanya, ada sesuatu yang ingin Galih ungkapkan ke Ara.



Galihpun mengeluarkan sesuatu dari belakang punggungnya, dan menyodorkan sekotak coklat. "Buat kamu," ucap Galih, ketika Ara menatapnya, menuntut penjelasan. Diam-diam, Ara mengembuskan napas pelan.



"Aku kagum sama kamu, sejak hari pertama MPLS. Kamu hebat. Cerdas, pintar, cantik, anggun. Aku suka sama kamu," lanjut Galih. Ara menunggu. "Jadi pacarku, ya."



Ara terdiam, menunggu kelanjutannya. Namun tidak mendengar adanya lanjutan dari Galih, Ara menjawab, "Saya tidak mau, kak." Galih sedikit terperangah.



"Mendingan kakak ajak aja cewek lain buat jadian sama kakak," lanjut Ara. "Karena saya tidak berminat."



"Tapi, Ara," sanggah Galih. "Aku suka sama kamu. Aku sayang samu. Jadi pacarku, ya."



Ara menggeleng tegas. "Jujur, tanpa menghilangkan respek saya buat kakak, saya gak percaya soal kakak, yang sayang sama saya. Kalau suka, mungkin bisa saya percaya."



Sebelum Galih menyanggah lagi, Ara sudah berucap. "Lebih baik kakak cari perempuan lain yang lebih baik dari kakak. You deserve better than me. Ya sudah, saya balik dulu."



Arapun meninggalkan Galih yang sedang menatap kotak coklatnya dengan nelangsa. Dan mengenaskannya lagi, Galih ditinggalkan, demi seorang Leon.



***



"Abis dari mana lo?" tanya Leon, ketika Ara baru saja mencapai kantin. Ara duduk di sebelah Leon, sembari meminum jus jeruk milik Leon.



Sebelum Leon mengomel, Ara sudah menjawab, "Ditembak di gudang belakang sekolah, sama kakel." Leon yang ingin misuh-misuh, terdiam seketika.



"Jangan jadian tanpa seizin gue," ucap Leon, setengah mengancam. Ara hanya mengangguk pelan. "Bagus," ucap Leon sembari mengusap kepala Ara, melihat reaksinya.

Tidak ada yang salah dari perlakuan Leon. Karena yang salah adalah jantung Ara yang berderap lebih kencang, segera setelah usapan itu sampai di kepalanya.


AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang