Chapter 33

4.5K 144 1
                                    

"Kamu tuh apa-apaan, sih?!" sentak Kalvin keras, sembari menjauhkan Ara dari Leon. "Kenapa kamu peluk-peluk dia?!"

Ara menghela napas, lagi. "Kalvin, ini gak kayak yang kamu pikirin. Leon lagi sedih. Sahabatku lagi sedih. Ngertiin dong, sayang." Kata 'sayang' yang keluar dari mulut Ara, membuat Leon membeku seketika.

"Aku ngerti," ucap Kalvin, sedikit membentak. "Tapi kenapa harus meluk?"

"Aku kan nenangin dia. Wajar, dong, aku peluk sahabatku," jawab Ara, tak kalah keras, sekalipun ada secercah nada memohon dari mulut Ara.

"Wajar, kalau sahabatmu juga perempuan, Ara!" sentak Kalvin, membuat Ara agak membeku. "Jaga perasaanku, dong."

"Aku jaga perasaanmu. Aku jaga dengan baik. Tapi kalau sahabatku butuh aku, aku mesti gimana?" tanya Ara dengan retoris. Kalvin mengusap kasar wajahnya.

"Kamu bisa tenangin dia, tapi gak dengan meluk, Ara," ucap Kalvin pelan, akhirnya. "Aku sayang sama kamu. Aku tahu, kamu mungkin belum sayang sama aku, tapi coba pikirin juga perasaanku."

Sekarang, gantian Ara yang mengusap wajahnya. "Aku ngerti sama perasaan kamu. Tapi apa kamu ngerti perasaan aku? Kita pacaran selama ini-"

"Kalian pacaran?" tanya Leon, yang sejak tadi membeku mendengar pertentangan keduanya.

"Iya," jawab Kalvin ketus. "Kenapa? Gak suka lo?"

"Bu-bukan gitu," jawab Leon tergugu-gugu. Lalu pandangannya dialihkan ke Ara. "Ra, lo janji kan, buat cerita ke gue? Lo jadian sama Kalvin, kenapa gak cerita?" Pandangan kecewa Leon, menusuk Ara sampai ke ulu hatinya.

"Lo siapa? Kok mesti banget pacar gue cerita?" cibir Kalvin ketus.

"Gue sahabatnya!" bentak Leon kasar, pada Kalvin. "Dia janji buat ceirta ke gue, tapi ternyata enggak!"

"Gue belum sempet ada waktu, Yon. Gue minta maaf," sela Ara, sebelum Kalvin dan Leon saling mengadu jotos. Sekali lagi, Leon menatap Ara dengan tatapan kecewa, sebelum pemuda bermata coklat tua itu pergi dari rumah Ara.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang