Seandainya #169

2.8K 526 185
                                    

Sei-san,

Seandainya Randy dan Luca menghabiskan waktu bersama, akan seperti apa?
=============

"Nagi, di mana cermin ajaib Si Alien?"

"Hm? Lu-chan akan pergi?"

"Ya, hari ini aku akan ke Indonesia, Jakarta. Aku butuh cerminnya."

"Aku mengerti! Akan aku ambilkan!"

.

.

.

Jakarta,

.

.

.

Tok tok tok - Pintu rumah pun dibuka.

"EH?! Kok Om ada di sini?!"

"Apa kau tidak menerima pesan dari Alien? Hari ini aku datang untuk berbincang denganmu."

"Sorry Om, gegara si Anjing Jepang sering kirim pesen alay, hapenya aku matiin."

"Terserahlah. Jadi kau ingin pergi kemana hari ini?"

"........ ini serius?"

"Apa?"

"Kak Nagi?"

"Nagisa ada di rumah."

"......... bentar Om, gue ganti baju dulu."

*

Mereka memutuskan untuk berbincang di mall kafe.

"Om, Lu jadi pusat perhatian."

"Seorang Fearbright memang harus menjadi pusat perhatian."

"Mau pesen apa, Om? Gak bawa duit rupiah kan? Gue yang bayarin deh."

"Kau pesanlah apapun yang kau mau, aku yang akan membayarnya."

Luca meletakkan kartu kredit American Black Card-nya di atas meja.

"........ anjay."

"Pesanlah."

"Oke. Om juga, mau pesen apa?"

"Tidak, terima kasih."

"Lah, kenapa? Masa cuman Randy doang?"

"Kafe ini bukan level-ku."

"Kalo gitu ke kafe yang level om dong."

"Dengan celana jeans dan kaos, kau tak akan diijinkan masuk."

"Ya udah, Randy pulang dulu ganti kemeja."

"Duduklah, aku tak keberatan dengan kafe ini."

Randy kembali duduk dan menatap Luca lekat-lekat. Tapi ketika ditatap balik Luca, ia memalingkan wajahnya.

"Kau bosan?" Tanya Luca, setelah secangkir cappuccino datang.

"Kalo jujurnya nggak bosen, cuma bingung aja mau ngomong apa. Nggak nyangka Om bakal irit ngomong banget."

"Bicara omong kosong hanya akan membuang tenaga tanpa menghasilkan apapun."

"Kalo di rumah juga gitu? Nggak ngomong ama Kak Nagi?"

"Jika ia bercerita, aku mendengarkan dan memberi tanggapan seperlunya."

"Om, kita mungkin samaan y-"

"Omong kosong, kita tidak lah sama."

"Sama-sama gak suka bicara omong kosong."

"Tapi kau sudah bicara omong kosong selama 47 menit dari aku muncul sampai cappuccino-mu datang."

".........."

"Lha kalo gue nggak ngomong entar apa yang bakal dibaca?!"

"Lalu aku peduli?"

"........"

"Tak ada gunanya bicara tentang diriku, tidak ada yang menarik. Bicaralah tentang dirimu dan Kenzo."

"Kok tentang Kenzo?!"

"Yang ingin dibaca mereka adalah tentangmu dan Kenzo."

"Tapi mau ngomongin apa? Nggak ada yang bisa dibahas soal Ken. Males juga ngomongin orang alay, mesum, lebay!"

"Bagaimana jika kau berhenti menyangkal perasaanmu untuknya?"

"Gak mau ah! Kok jadi ngobrolin soal perasaan sih?"

"Ini bukan urusanku tapi aku hanya ingin mengatakan selama kau terus menyangkal kau tak akan menemukan apapun."

".....Om mah gampang bilang gitu soalnya Kak Nagi nggak kayak Ken..."

"Berhentilah membandingkan ia dengan yang lainnya. Berhentilah melihat apa yang ada pada orang lain lebih baik dibandingkan dirinya. Mereka tak pernah akan sama, mereka berbeda dan itu kenyataannya."

"..........."

"Bersama Nagisa tak semenyenangkan yang kau pikirkan. Tapi aku tak pernah menginginkan ia berubah dan membohongi dirinya."

Luca beranjak dari kursinya dan membetulkan jasnya, ia mengambil mantelnya dan menatap Randy.

"Aku harus kembali ke kantor sekarang," ujar Luca. "Maafkan aku karena aku tak bisa menghibur dan membuat omong kosong yang menyenangkan."

"Gak papa, Om..."

Luca meninggalkan meja, menghampiri kasir dan membayar, setelah itu ia pergi.

"Anjir... Ngomong ama Om Luca bikin gue panas dingin."

S.S.S -1- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang