Seandainya #172

3K 538 177
                                    

Kak Sei,

Seandainya Luca menghabiskan waktu bersama Riki?
==============

"......."

"Lu-chan, ada apa?"

"Lagi-lagi aku harus ke Jakarta."

"Hahaha! Lu-chan laris manis rupanya!"

.

.

.

Jakarta,
.

.

.

Tok-

"Pakde! Udah gue tunggu!"

"Kau sangat bersemangat sekali menyambutku."

"Iya dong! Gimana gak semangat kalo yang dateng Pakde Pakde banyak vulus!"

"Jadi kemana kau ingin per-"

"PH Pakde! Kalo gak resto apa aja yg sedia Pizza!"

"Baiklah."

.

.

.

Setibanya di PH.

.

.

.

"Pakde, kursinya nyaman gak? Butuh di-double gak?"

"Tidak perlu."

"Pakde, gue pesen ya?"

"Sebelum itu ada syaratnya."

"Syarat apa Pakde? Jangan yang susah tapi entar impossible."

"Tidak, ini tak akan sulit. Aku paham berapa tinggi IQ-mu."

"As expectedlah dari Pakde, pengertian bet."

"Baiklah tanpa basa-basi, aku tak ingin buang waktu untuk omong kosong, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jadi aku akan mengijinkanmu memesan apapun asalkan kau tutup mulutmu."

"Kalo mulut gue ditutup entar makannya gimana Pakde??"

".......... jika kau membuatku kesal, aku akan meledakkanmu."

"Kalau diledakkan entar Pakde jadi buronan loh, entar dianggap teroris loh."

"Riki."

"Ya, Pakde?"

"Gunakan mulutmu hanya untuk makan pizza dan aku akan menyelesaikan pekerjaanku."

"Gue suka gaya lo, Pakde."

"Apa yang ingin kau pesan?"

"Cheesy bite."

"Berapa loyang?"

"Berapa loyang? RATUSAN! Paham iklan ini gak, Pakde?"

"Pelayan."

Seorang pramusaji menghampiri Luca.

"Buatkan 100 loyang cheesy bite untuknya."

"Anjay, Pakde Da Bestlah! Pakde, pindah ke MD Series dong, biar bisa memberi kehidupan ke Riki dong Pakde."

"Riki, apa perjanjian kita? Mulutmu hanya berfungsi untuk?"

"Makan pizza!"

"Sekarang diamlah."

"............"

Luca mengeluarkan laptopnya dan mulai sibuk menyelesaikan apa yang harus ia selesaikan. Sementara Riki diam menunggu loyang pizzanya.

".............."

"............."

"Cheesy bite-nya, loyang pertama silakan."

Riki pun melahap loyang pertama.

"............."

"............"

Loyang kedua pun datang

".............."

"Pakde-"

"Apa gunanya mulutmu?"

"............"

".............."

Loyang ketiga

".............."

".............."

Loyang keempat

".............."

".............."

Loyang kelima

".............."

"Pakde-"

"Apa gunanya mulutmu?" Tukas Luca masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Pakde gak bosen?"

"Aku orang yang membosankan, bosan adalah sahabat baikku."

".............."

Loyang keenam

".............."

".............."

Loyang ketujuh

".............."

".............."

"Kak Nagi cantik, imut ya Pakde."

"Ya."

".............."

".............."

"Pakde-"

"Diamlah."

".............."

Loyang kedelapan

".............."

".............."

"Pakde-"

"Diam."

Loyang kesembilan

".............."

".............."

Loyang kesepuluh

".............."

".............."

Loyang kesebelas

"Pakde ada duit bayar 100 gak?"

"Jangan sebut aku Luca Fearbright jika 100 pizza murahan tak mampu kubayar. Sekarang diamlah."

".............."

".............."

Loyang kedua belas

"Pak.....de...."

Luca mengalihkan tatapannya dan menatap Riki.

"Gak kuat.... pengen hueek..."

"Lalu? Aku peduli? Kau yang minta 100 loyang dan sekarang harus kau habiskan. Jika tak kau habiskan, tagihannya akan kau tanggung."

"............ di saat kek gini gue pingin manggil nama aliasnya Ken."

.

.

.

Loyang ke-100
.

.

.

R.I.P

🍕 Riki Adisaputra 🍕

"Pelayan, bawakan tagihannya."

S.S.S -1- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang