3

3.5K 451 15
                                    

Aku berharap kau tidak pernahdilahirkan.

Baekhyun menghela nafas, menatap halaman PR yang kosong seolah semua jawaban akan tertulis dengan sendirinya secara ajaib.

Setelah kepindahan Chanyeol, belajar merupakan hal yang sulit dikerjakan.

Ia tidak dapat berkonsentrasi karena Chanyeol selalu menonton drama di ruang tengah dengan volume keras.

Setiap kali Baekhyun mengatakan betapa mengganggunya hal itu, ibunya akan selalu memihak Chanyeol.

Malam ini, ibunya tidak di sini karena beliau masih ada pekerjaan ketiga yang harus iakerjakan hingga tengah malam, yang mana berarti Baekhyun harus memasak makan malam dan memandikan Chanyeol sebelum tidur.

Ia memutuskanmemasak ramen (Chanyeol memakan mi-nya saja karena kuahnya terlalu pedas), namun ia tidak mengharapkanwaktu mandi tiba, ew, ia harus memandikan seorang pria dewasa.

Membuka pintunya, ia melangkah menuju ruang tengah dan menemukan Chanyeol bergelung dalam selimut Pororo yang kekecilan,

semangkuk es krim tergeletak di antara kakinya yang bersila.

Ia tengah menonton drama, Secret Garden, begitu serius sampai Baekhyun nyaris merasa bersalah ketika ia mematikan televisi.

"Aku sedang mengerjakan tugasku sekarang dan aku tidak bisa konsentrasi karenamu,"

ia bergumam, melempar notebook dan pulpen yang ada di atas meja pada Chanyeol,

"Kau kerjakan PR-mu, aku akan mengerjakanmilikku."

Untungnya, Chanyeol bukanlah tipe yang suka membantah, jadi begitu Baekhyun memberinya hal lainuntuk dikerjakan, ia akan fokus pada hal itu.

Selama belajar, ia mengira Chanyeol sudah terlelap karena di luar begitu sunyi, jadi ketika ia beristirahat sepuluh menit untuk minum, ia mendapati pemuda itu membungkuk di atas meja, menghitung angka dengan jari-jarinya.

Dari yang ia dapat,Chanyeol memiliki keinginan untuk belajar yang lebih besar daripada Baekhyun.

Meskipun ia tidak mempelajari operasi pertambahan dengan mudah, setidaknya ia mencoba setiap hari sampai bisa menyelesaikan satu soal dengan benar, dari seratus soal.

"Kau payah..."

Baekhyun menghela nafas saat ia melewati Chanyeol,

"Hei, Yeol, ayo mandi."

Memandikan Chanyeol merupakan petualangan terbaik dalam seharian ini baginya, sementara bagi Baekhyun merupakan pekerjaan sehari-hari untuk membersihkan seluruh tubuhnya, dan saat ia bilang seluruhnya, maka itu berarti seluruhnya; di belakang telinganya, di antara kakinya, dan di bawah ketiaknya.

Ia memakai sarung tangan karet merah yang sering dipakai ibunya untuk mencuci piring saat mengeramasi helai rambut Chanyeol, menimbulkan suara decitan tiap kali tangannya tergelincir menuju area terlarang.

"Ah, Baekhyun, sabun!"

dengking Chanyeol, memejamkan matanya yang pedih oleh busa.

"Baekhyunn!"

"Diam!"

bentak Baekhyun dengan logat kentalnya, menyiram wajah Chanyeol hingga megap-megap.

"Kau harusnya bersyukur memiliki saudara sepertiku untuk mengurusimu,"

gumam Baekhyun sembari memijat kulit kepala Chanyeol dengan shampo, menarik kursi ke belakang bak mandi untuk mempermudah pekerjaannya.

Ia menghela nafas, melepaskan sarung tangannya agar ia bisa membersihkan rambutnya lebih baik dengan tangannya.

Setelah beberapa saat, leher Chanyeol yang tegang melemas dan Baekhyun mengira bahwa ia sudah tertidur lagi.

Saat ia tertidur..."Aku tidak bermaksud membentakmu tadi,"

Baekhyun bergumam ragu,"Aku hanya marah karena aku harus terus mengkhawatirkanmu dibanding hal-hal lain yang perlu aku perhatikan. Aku pikirkau ada hanya untuk mengacaukan hidupku. Dan memang..."

ia terdiam, mencondongkan diri untuk melihat pelupuk mata Chanyeol yang tertutup dan bibirnya yang berkedut.

Ia memutar bola mata. "Tapi kau bahkan terlalu bodoh untuk menyadari bahwa apa yang kau perbuat itu salah..."

Jemarinya menyusuri bekas luka tepat di atas telinga Chanyeol, sesuatu yang sepertinya ia lewatkan karena ia selalu memakai sarung tangan sebelumnya.

Bekas luka itu panjang dan tebal, melintang dari belakang kepalanya hingga ke telinganya.

Menyentuhnya membuatnya merinding.

"Dasar bodoh."

Setelah memandikan dan memakaikan Chanyeol pakaian, Baekhyun membawa Chanyeol yang setengah sadar dengan lengan melingkar di bahu sang pemuda, menidurkannya di sofa ruang tengah dengan sebuah selimut menutupi.

Dia amat lelah hingga tidak berminat lagi belajar, jadi ia menutup bukunya dan mematikan lampu meja.

Baru saja ia hendak tidur, ia melihatsecarik kertas tersembul di bawah pintunya, sesuatu yangia lewatkan ketika membuka pintu sebelumnya.

Lipatan kertas itu jelek dan sepertinya dirobek dari buku matematika Chanyeol.

Melesak ke tempat tidurnya, iamenyandarkan kepalanya pada bantal dan membuka lipatan kertas tebal itu dan menemukan sebuah pesan di dalamnya ditulis dengan tulisan tangan yang buruk namun menyentuh:

Byun Back Hin

Park Chanyeol

Maafkan aku...

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang