23

1.9K 242 2
                                    

Tapi, dia tahu Chanyeol tidak bisa melakukan itu untuknya, dan anehnya, Baekhyun baik-baik saja dengan hal itu.

Saat suara hujan yang jatuh mengenai atap sampai di telinganya, Baekhyun menyadari dia terus terbangun dan tertidur untuk beberapa jam, terhipnotis oleh suara napas Chanyeol yang tenang.

Dia membuka matanya dan telinga Chanyeol yang muncul terlebih dahulu, yang melengkung pada tulang rawan dan agak sedikit terlalu besar, seperti Dumbo si gajah.

Dia menelusuri kontur tulang pipi Chanyeol sampai ke lebam yang menutupi alis kirinya.


Hatinya merosot sampai ke bagian terdalam saat melihat wajah Chanyeol yang penuh dengan luka dan goresan.

Dia tidak tahu bagaimana dia bisa mendapatkannya, tetapi dia mengira Chanyeol tersandung dan jatuh di suatu tempat, mungkin jatuh ke tumpukan daun yang di dalamnya terdapat batu-batu yang tajam dan ranting.


"Dasar ceroboh,"

Baekhyun berkata pelan, dengan kata-kata yang diilhami oleh kasih sayang yang membuatnya lama-kelamaan terbiasa dengan itu.

Kenapa dia berbicara dengan Chanyeol yang sedang tak sadarkan diri itu di luar keinginannya, tetapi sesuatu meyakinkannya bahwa entah bagaimana, Chanyeol mungkin dapat mendengarnya.


Dia tertidur tak lama setelah bunyi air hujan surut menjadi sebuah desiran pelan, kakinya ditarik sehingga ia meringkuk karena selimutnya hanya bisa menutupi satu orang.

Lantainya-puji syukur-hangat walaupun cuacanya masih tak kenal ampun saat menjelang jam dua atau tiga pagi.

Sekitar pukul tiga atau empat pagi Baekhyun bermimpi berlari di sebuah lapangan yang luas, menggiring bola dengan kakinya, dan di seberang sana ada Chanyeol.

Tiba-tiba, latarnya berubah menjadi koloseum yang penuh dengan para penonton yang sedang berteriak dan anehnya, Baekhyun terbiasa dengan keriuhan itu.

Mereka meneriakkan namanya (Baekhyun! Baekhyun!) saat dia berlari menuju ke gawang dan Chanyeol.


Dia bisa saja menarik kaki kirinya kembali untuk menyerang saat dia punya kesempatan untuk itu, tetapi dia terus saja berlari ke arah Chanyeol dan melompat ke dalam pelukannya.

Kerumunan itu menghilang.

Lapangannya menyempit.

Dia berada di rumah.


Kedip. Kedip kedip. Kedip kedip kedip. Kedip.

Saat mata Chanyeol terbuka dan berkedip seperti pemetik potret pada kamera selama beberapa detik, pandangannya yang kabur menyesuaikan kepada atap yang ada di atas kepalanya.


Dia tidak bisa mengingat banyak, terutama mengapa dia bisa sampai kemari.


Badannya terasa berat saat dia mencoba mengangkat bahunya dari lantai yang dingin jadi dia berhenti berusaha dan menengok ke kiri dan kanan, berhenti di sebelah kirinya saat dia melihat wajah Baekhyun.


Dia begitu dekat sampai ujung hidung mereka hampir bersentuhan.

Chanyeol benar-benar terdiam untuk beberapa saat, membiarkan kehadiran Baekhyun masuk ke dalam sudut pandangnya tentang kenyataan, tapi keadaan membingungkan itu, sungguh, sebentar.

Sebuah senyuman merekah di wajahnya dan dia harus menahan diri dari membangunkan Baekhyun, kalau saja dia sedang bermimpi atau dia yang sedang bermimpi.


Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang