28

2.1K 223 0
                                    

Tak perduli apapun, Chanyeol akan selalu mencintainya karena tak masalah bagaimana penampilan luar seseorang selama mereka adalah orang yang baik dibalik penampilan itu.

Menjadi cacat dan terpasung pada kursi roda tak akan mengubah jati dirinya, layaknya IQ rendah yang tak menghalangi Chanyeol untuk menjadi segalanya yang ia inginkan

Seorang manusia yang berbudi.

Ia bisa saja kehilangan kedua kaki dan satu mata dan Chanyeol masih akan tetap mencintainya.

Mungkin memang benar bahwa orang-orang polos menilik dunia dari sudut pandang berbeda, bahwa mereka mampu melihat jiwa seseorang dengan jelas disaat orang lain hanya menilai penampilan saja dan selalu menginginkan sesuatu yang lebih.

Baekhyun menghela nafas dan merasa tenang.

Dari lantai, ia melihat sinar rembulan mengintip dari balik tirai dan membuat wajah Chanyeol bersinar dengan indah.

Ketika ia tertidur, ia terlihat begitu tenang.

Tanpa rambut cokelatnya yang keriting, ia hampir nampak lebih dewasa.

Rambut pendek itu benar-benar menegaskan garis wajahnya meski wajahnya begitu kelelakian dan lebih menunjukkan telinga "Dumbo" yang seringkali Baekhyun sentil.

Ia tersenyum dan berharap semua ini bukanlah mimpi, atau bila ini memang mimpi, ia berharap ia tak akan pernah terbangun.

Ia benar-benar berpikir bahwa semua ini adalah mimpi ketika ia bangun dan duduk perlahan lalu melihat seluruh teman-temannya dari tim sepak bola memenuhi ruang kamar, hampir menyingkirkan apapun dari tempat mereka semula dan membuat kekacauan.

Tentu saja, hal seperti ini cukup normal ketika sekelompok pemuda dibiarkan di sebuah ruang tertutup, tetapi mengapa mereka berada di sini?!
Jongin melompat duduk di sampingnya dan Baekhyun barangkali akan senang melihatnya bila saja ia tak melihatnya kemarin.

" Hey! Kami punya kejutan untukmu, jadi bangun, Putri Tidur!" ia menyeringai, merengkuh wajah Baekhyun dan mencium pipinya dengan suara 'pop' keras.

"Jijik!" keluh Baekhyun dan mendorong Jongin menjauh, mencoba bertanya mengapa semua orang berada di sini.

Apa ia melewatkan sesuatu atau mereka memang benar-benar bahagia melihatnya?

" Kami merindukanmu! " rengek Sehun, melempar lengannya disekitar Baekhyun dan menciumnya juga.


Kemudian menyusul Jongdae dan Minseok dan...

" Chanyeol! " Baekhyun menjerit ketika Chanyeol meniru teman-temannya dan menciumi wajahnya.

Ia bersemu ringan, mencoba menghapus rona dari wajahnya meski ia merasa jijik dan teraniaya oleh sekelompok pemuda bau.

Chanyeol nyengir, jelas bersemangat tanpa alasan karena ia juga tak mengerti mengapa semua orang tiba-tiba berada di dalam kamar Baekhyun atau mengapa mereka membawa hadiah seperti bunga dan makanan ringan.

Pikirnya hal itu karena mereka teman dan inilah yang dilakukan teman.

Ketika semuanya telah tenang, Jongin menepukkan tangan untuk mengumpulkan perhatian semua orang.

Mereka berhenti menghujani Chanyeol dan Baekhyun dengan hadiah dan berhati-hati mendudukkan Baekhyun pada kursi rodanya, kemudan mendorongnya keluar ruang tamu tanpa menjelaskan apa yang mereka rencanakan.

Bahkan Chanyeol mengikuti dengan bingung.

" Kami sedikit mengotori tangan kami dan membuat sesuatu untuk kalian," Jongin tersenyum tipis, menarik gorden untuk menampilkan halaman belakang mereka yang mewah, sepenuhnya terpenuhi oleh petak Baby's Breath dan mawar.

Disana bahkan ada kolam kecil yang digali dengan ikan-ikan berenang berkeliling.

Rasanya jelas sekali seberapa keras usaha untuk membangun taman ini karena terakhir kali ia melihatnya semua hanyalah sampah, dan itulah mengapa ibu Baekhyun memasang tirai di depan kacanya.

Semua peralatan rusak dan usang telah hilang, tergantikan oleh kebun menawan penuh bunga di atas permadani rumput.

Wajah Chanyeol menempel pada kaca dan Baekhyun hanya menatap pemandangan itu penuh rasa kagum.

"Bagaimana..." ia berbisik.

"Bagaimana bisa kalian...?"


"Kami mendengar tentang toko bunga yang ditutup dan memutuskan untuk melakukan eksplorasi kecil, menemukan kebun rahasia yang telah Chanyeol jaga. Lagipula tempat itu akan digusur dan akan diubah desainnya, kami sepakat untuk membawa kebunnya ke tempat yang lebih aman."

Jongin menjelaskan, melingkarkan lengannya pada bahu Sehun.

" Aku yang mengaturnya, tidakkah kau bangga padaku?"

Mata Baekhyun tergenang air mata dan ia mengisakkan
"terimakasih" tak jelas meski Chanyeol terlihat bersemangat melihat bayi-bayinya kini lebih dekat dengan rumah.


"Ahaha, lihat, Baekki menangis! Seseorang foto adegan ini!"

tawa Jongin dan semua pemuda mengeluarkan ponsel mereka untuk mengabadikan momen emas ini.


Satu-satunya orang yang tak merasa lelucon ini lucu adalah Chanyeol yang mencoba melindungi Baekhyun.


" Berhentilah mempermainkannya! "  ia cemberut, mendorong pelan ponsel Jongin yang berada tepat di depan wajah Baekhyun.

Pada akhirnya, semuanya hanya menjadi candaan dan Chanyeol serta Baekhyun berbalik kembali pada kebun, terpesona pada keindahannya.

Ia menoleh pada yang lainnya dan tersenyum.

"Terimakasih."

Baekhyun berujar kembali.


"Apa kalian tak keberatan beberapa menit meninggalkan aku dan Chanyeol sendiri? Ada yang harus kukatakan padanya."


Teman-temannya dengan patuh meninggalkan ruangan untuk mereka berdua, namun Baekhyun tak mengatakan apapun hingga mereka berada di kebun, tirai tertutup di belakang mereka.

Dikelilingi oleh pagar berupa semak keputih-putihan dengan hanya langit tak berbatas memayungi mereka, Baekhyun benar-benar merasa seolah berada di dunia mereka sendiri.


Ketika ia membuka mulut, semua kata lenyap tak tersampaikan.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang