26

1.7K 224 0
                                    

"Dia adalah salah satu staf kami."

si pria berkacamata menggerutu.


"Kebalikannya, para staf memakain label nama mereka di sebelah kiri, para pasien di sebelah kanan. Saya telah diberi izin oleh keluarga pasien untuk membawanya kemari, untuk memberikan kesaksian."

Dia menunjuk seorang perempuan berbaju putih seperti Chanyeol yang menundukkan kepalanya.

Pasien itu dibawa ke podium.

"Nona Hwang Minyoung?" tanya Taeyeon.

"Bisakah anda memberitahu kami apa yang terjadi malam itu, saat anda dan Park Chanyeol dibawa ke sebuah ruangan oleh para staf?"

Minyoung mengangkat kepalanya perlahan, wajahnya pucat seperti kertas.

Dia benar-benar terdiam untuk beberapa saat, bibirnya tertutup rapat sambil melirik Taeyeon dan Chanyeol secara bergantian.

Dia menunduk kembali dan menggeleng.


Pria berkacamata itu menyeringai.

"Dia tidak pernah bicara semenjak dia dibawa ke pengamanan, Yang Mulia. Sangat jelas dia tidak mempunyai kecerdasan untuk mencerna apapun yang melewati kaidah dari apa yang telah terjadi."

"Dia bisa." Chanyeol menyela, menatap Minyoung dan bergumam pelan.

"Dia bisa bicara."

"Wow, Chanyeol, bagaimana kau bisa tahu banyak sekali nama bunga-bunga? Kau sangat pintar, ya?"


Saat Minyoung mendongak kaget, Chanyeol menatapnya untuk waktu yang sangat lama dan gadis itu mengalihkan pandangannya untuk beberapa saat.

Dia mengatupkan bibirnya yang kering sebelum berbicara melalui dengung kipas angin di dalam ruangan dengan penuh rasa takut.


" M-Mereka membawa kita ke sebuah ruangan... mereka mengikatku ke meja dan melakukan segala jenis... sesuatu yang buruk... dan Chanyeol... Chanyeol berusaha membuat mereka berhenti dan..."

"Bohong! Dia berbohong, Yang Mulia!"

si pria berkacamata menyalak, menunjuk dan menuduh gadis yang ketakutan itu.


"Lalu?" Taeyeon bertanya kepada Minyoung, tatapannya masih terpaku pada gadis itu.



"Lalu apa lagi yang mereka lakukan, Minyoung-sshi?"


"Mereka memberitahu... Chanyeol... mereka akan membunuh saudaranya jika ia memberitahu siapapun."

Orang-orang di dalam ruangan mulai berbisik-bisik dan berbicara satu sama lain karena terkejut.

Hakim membungkam mereka dan menoleh ke arah para staf yang juga terlihat sama terkejutnya, tidak tahu harus berkata apa.

Bahkan pengacara mereka terlihat ngeri, berusaha mengumpulkan data apapun untuk membantah bukti-bukti itu.


"Yang Mulia," pengacara itu berkata, "Sang pasien melakukan pembakaran, membahayakan beberapa warga desa, dan membuat saudaranya masuk rumah sakit. Tentu saja jenis kekerasan yang seperti itu tidak bisa dibilang waras."



"Sebenarnya," Taeyeon berkata.



"Kim Jongin bersaksi bahwa nyala api tidak dilakukan oleh Park Chanyeol dan tidak berasal dari dapur melainkan ketel. Secara logika, tidak masuk akal kalau Park Chanyeol telah dengan sengaja mencoba menjebak saudaranya di dalam api saat dirinya ditemukan membawa Baekhyun keluar dari api meskipun dirinya dalam keadaan cacat. Doktor mengatakan, kalau sedikit saja terlambat, dirinya dan Baekhyun bisa saja sudah binasa di dalam api. Setelah diinvestigasi lebih lanjut, polisi menemukan bahwa api disebabkan oleh kerusakan pada ketel. Lalu, kenapa, Tuan Kim Jongin bersaksi bahwa dia melihat salah satu staf institusi membawa pipa timah, pergi terburu-buru?"



Ada sebuah kesunyian yang lengang dan panjang di dalam ruang sidang.


"Ini adalah petisi yang diisi oleh seluruh siswa yang seangkatan dengan Chanyeol dan mengatakan bahwa Chanyeol tidak pernah berlaku kasar di lingkungan kelasnya. Faktanya, saya juga menerima surat yang ditulis tangan oleh seorang siswa pindahan bernama Lu Han yang menyatakan bahwa Chanyeol mencegahnya lompat dari atap gedung sekolah."



Taeyeon mengangkat selembar kertas dengan beberapa tanda tangan yang berbeda dan sebuah surat di dalam amplop dari China.


Saat sidang pertama selesai, para pengacara diberikan kesempatan untuk berbicara kepada para saksi.

Taeyeon meminta sidang dengan Chanyeol dan bertemu dengannya di sebuah ruangan privat hanya untuk mereka berdua.


Saat duduk di meja yang bersebrangan dengan Chanyeol, dia menyadari bahwa Chanyeol sedang menatap bros bunga di bajunya.


Dia harusnya sudah mulai bertanya tentang apa yang akan dia katakan selanjutnya, tetapi dia ingin mencari tahu tentang kesukaannya terlebih dahulu.



"Kau tahu bunga apa ini?" dia bertanya, menunjuk brosnya.

Chanyeol mengangguk.


"Baby's Breath."


"Mereka bilang bunga ini melambangkan kebahagiaan."

Taeyeon berkata pelan, tersenyum.

Chanyeol menggeleng pelan.

"Hanya..." dia berkata dengan parau, tatapannya menerawang dan jari-jari terjerat satu sama lain.


" Kadang-kadang. Itu melambangkan... melambangkan kematian... Itu melambangkan p-perpisahan..." dia berkata pelan, mendongak seperti dia mengingat sesuatu.


"Itu melambangkan kematian dan perpisahan."

Dia membuka mulut untuk membasahi bibirnya, berpikir keras.

" Dan... sebuah mawar melambangkan cinta... itu melambangkan cinta..."

Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh mawar merah di tengah-tengah bros yang dikelilingi bunga Baby's Breath.

" Kalau disana ada sebuah mawar... Itu berarti... Aku mencintaimu sampai mati."


Taeyeon tersenyum lembut, melihat air mata berkilauan di mata Chanyeol.


"Baekhyun..." kata Chanyeol, mendongak dengan cepat



"Baekhyun adalah mawarnya... terkadang aku adalah kematian dan perpisahan... tetapi bersama Baekhyun... Aku... lebih dari itu..."


"Kau pasti sangat mencintainya."


"Sampai mati."

Saat interogasinya telah usai, Taeyeon membutuhkan waktu sebentar untuk membetulkan riasan wajahnya supaya air matanya tidak mencoreng eyelinernya yang tipis.

Lalu, dia dipanggil ke dalam ruang sidang untuk sidang yang terakhir.


Dia duduk dan melihat beberapa orang di dekat podium hakim sedang berbisik-bisik sampai hakim mengumumkan beritanya keras-keras

"Saksi Byun Baekhyun telah mengundurkan diri. Sidang akan berlanjut tanpa kehadirannya."

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang