17

2K 259 0
                                    


"Jadi... aku hanya punya sedikit koin di kantongku, tidak akan cukup membawa kita pulang dengan kereta bawah tanah yang berikutnya."

Baekhyun berkata sambil menggerogoti bibir bawahnya saat menghitung koin-koin yang ada di tangannya.


"Tunggu, tunggu!"

Chanyeol berseru, melepas sepatunya yang sebelah kiri kemudian menyerahkan selembar uang kumal yang terselip di bawah tapak sepatunya kepada Baekhyun.


Uangnya sedikit basah karena keringat, tapi hanya itu yang mereka punya.

"Untuk... untuk keadaan darurat,"

dia mengangguk dengan cengiran sumringah di wajahnya.



"Hei, kenapa tidak dari tadi kau memberitahuku kau punya ini!"

Baekhyun mendengus, lebih karena tidak percaya karena Chanyeol kelihatannya senang membuatnya menderita sampai saat-saat akhir.

Lagipula, Chanyeol tidak kelihatan lupa akan uang di sepatunya kalau dilihat dari senyum jenaka di wajahnya.

Dia membiarkannya berlalu.

"Apa kau ingin mengakui sesuatu yang lain, atau mengeluarkan sebuah koin dari telingamu?"

Chanyeol menggenggam tangan di balik punggungnya dan menggeleng, benar-benar puas dengan dirinya sendiri.

Dia membalik uang itu dengan cengiran lebar.

"Dengan uang sebanyak ini, kita bisa bermain beberapa permainan sebelum kita pulang, Mungkin membeli es krim juga?"

Baekhyun menyeringai, menunjuk sebuah tanda neon 'Arcade' di seberang jalan yang menyala merah.

Dia menarik Chanyeol sambil tertawa.

"Ayo!"

Ternyata ini adalah pertama kalinya untuk Chanyeol pergi ke arcade juga, yang membuat Baekhyun terkejut karena dia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di arcade, bermain permainan retro dengan teman-teman lama dan baru.


Chanyeol begitu terpukau oleh suara-suara tumpang-tindih satu sama lain dan tampilan cahaya yang benderang sampai kacamatanya telah merosot dari hidungnya dan mulutnya yang sedikit menganga saat mereka sampai untuk membeli token.



"Ini, taruh koin-koin ini di kantongmu, kau menggunakannya untuk bermain game,"

Baekhyun mengajarinya, memasukkan segenggam penuh koin emas yang memudar ke dalam kantong Chanyeol dan kantongnya sendiri.

Dia menarik pemuda yang lebih tinggi darinya itu ke dua pojok DDR dan memasukkan dua koin ke dalam celah.

"Perhatikan, yang satu ini adalah kesukaanku,"

dia menyeringai, memilih salah satu dari level yang paling sulit dengan menekan tombol yang berbentuk kubah.

Chanyeol memiringkan kepalanya saat mendengar suara seorang gadis Jepang yang keluar entah darimana, dan mundur dengan kagum saat blok di lantai menyala merah dan biru.

"Baekhyun!"

Dia sempat bingung beberapa saat sampai Baekhyun mulai menari mengikuti tanda panah yang ada di layar, menghentakkan kakinya tepat pada blok tersebut.

Suara gadis jepang itu mulai terdengar menyatu setelah "Awesome!" dan "Perfect!" yang berulang-ulang, mengikuti gerakan Baekhyun.

Chanyeol bertepuk tangan agak melenceng dari musik, terlihat benar-benar bersemangat saat lagunya berakhir. Saat tiba gilirannya, dia memasukkan dua koin dan Baekhyun memilih level paling mudah untuknya.

"Oke, mulai! Injak tanda panahnya! Tidak, bukan seperti itu! Bukan dengan tanganmu!"

Baekhyun tertawa.

Untuk seorang yang tinggi, Chanyeol sangat ceroboh, seperti seekor jerapah yang baru lahir yang masih belum tahu caranya menggunakan kaki panjangnya.

Bagaimanapun juga, walaupun Chanyeol tidak punya kesempatan untuk mendapat "Nice!" atau bahkan "Great!" Baekhyun menyemangatinya lebih keras daripada si narator jepang.



"Yang satu ini disebut Whack-A-Mole."

Baekhyun berkata setelah menjelajah setengah dari arcade dan membuat Chanyeol akrab dengan Street Fighters, Need for Speed dan Slam Dunk.

"Kau harus memukul kepala tikus-tikus itu untuk mendapatkan skor terbaik."

"Kenapa? I-Itu kan sakit...."

"Tikus-tikus itu bohongan,"

Baekhyun memutar bola matanya, merapatkan jari-jari Chanyeol di sekeliling pegangan palu,

"Ayo, kau sudah melewatkan satu! Pukul saja dengan pelan kalau begitu! "

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang