Chanyeol yang tidak tahu apa-apa mengintip di balik bahu Baekhyun, namun ia didorong kembali.
Baekhyun menyelipkan ujung kakinya di celah pintu, membukanya sedikit agar ia bisa menguping (atau mencobanya).
"Agak sulit untuk dikatakan bahwa kelas spesial kami pantas bagi Chanyeol saat ini, Nyonya Byun. Anak itu tidak mengikuti pendidikan dasar, hanya home-schooling bertahun-tahun tanpa bukti tertulis."
"Tolonglah, Pak Kepala Sekolah, Chanyeol belum pernah bersekolah di sekolah umum, dan ia sangat senang bisa memakai seragam."
"Ya, saya mengerti. Menyedihkan bagi saya untuk mengumumkan bahwa tingkatkecerdasan Chanyeol saat ini setara anak kelas 2 SD. Bahkan kelas khusus kami pun tidak akan banyak membantu..."
"Paling tidak izinkan ia bersekolah di sini selama seminggu.
Itu akan sangat berarti baginya."
Baekhyun tidak tahan mendengarnya.
Ia memutuskan mundur dan hampir saja menabrakkan punggungnya ke dada Chanyeol.
Jika dilihat dari ekspresi linglung Chanyeol, anak itu tampak seperti tidak pernah mendengar apa-apa, atau kalaupun mendengar, ia sama sekali tidak paham situasinya.
Inilah yang paling meremukkan hatinya: fakta bahwa Chanyeol tidak tahu apa-apa namun tetap berdiri di sana dengan senyum bodohnya.
Baekhyun segera berbalik dan berjalan cepat menuju lorong tanpa menunggu ibunya, dan Chanyeol hanya menatapnya, urung mengikutinya karena takut membuat Baekhyun jengkel lagi.
"Hei, kau sudah dengar? Anak baru itu, Chanyeol, di kelas kita? Dia mengambil kelas khusus dan kudengar ia lebih bodoh dari anak kelas 2 SD," celetuk seorang teman sekelas.
"Bagaimana saat ia berkedut seperti orang autis, seperti ini,"
Jongin terkekeh, memperagakan mata yang berkedut-kedut dan mengejang-ejang singkat.
"Sehun bilang ia terpeleset kakinya sendiri dan menumpahkan makan siangnya di sekujur tubuhnya!"
Baekhyun memalingkan muka dari teman-temannya, matanya fokus pada komik Naruto yang di depannya, tepatnya pada halaman yang sudah ratusan kali dibacanya sampai sekarang, pandangannya mungkin dapatmelubangi huruf-huruf yang tercetak di situ.
Semakin temannya mengejek dan mencela saudara tirinya, semakin ia merasa terganggu.
Dia tidak mengatakan apapun selain membereskan barangnya dan keluar kelas setelah bel terakhir berbunyi.
Pipinya memerah karena malu.
"Baekhyun!"
Jongin tersenyum lebar seraya merangkul pundak Baekhyun yang lemas dari belakang,
"Kau terus saja meninggalkanku. Kau tahu kalau hari ini ada latihan dan pelatih mempertimbangkan mencoret namamu dari tim kalau kau tidak datang lagi hari ini, kan?"
Baekhyun menggotong tas olahraganya dan mengangguk.
Kakinya terasa lebih berat daripada biasanya begitu mendekati lapangan.
Kepalanya penuh terisi oleh Chanyeol sampai-sampai tidak ada ruang untuk memikirkan hal lain.
Bahkan latihan pun menjadi beban, begitu pula teman-temannya yang mencoba mengajaknya ngobrol.
Rekan setimnya (sebagian besar mereka adalah temannya) sudah berkumpul di lapangan rumput, lari di tempat untuk pemanasan.
Sekali ini, dia satu-satunya yang belum mengenakan atribut latihan, dan karenanya ia mencari hamparan rumput kering untuk memakai kaos kaki dan sepatu sepak bolanya.
Seandainya saja ada cara untuk mengubur diri dalam-dalam di bawah tanah, Baekhyun pasti sudah melaksanakannya dalam sekejap mata, karena mimpi buruknya telah menjadi kenyataan dan mendatanginyadengan cengiran konyol.
Chanyeol melambai ke arahnya dari seberang lapangan dan tidak perlu penglihatan tajam bagi Baekhyun untuk menyadari kekacauan yang akan dihadapinya.
"Dia melambai pada siapa?"
tanya Jongin mencemooh, mendongak dari latihannya dan memandangi sosok yang datang untuk menonton sesi latihan mereka.
"Tidak tahu ya,"
Minseok tertawa, menepuk bahu Baekhyun,
"kurasa ia melambai ke arahmu. Kau kenal dia?"
Baekhyun bertingkah seolah dia tidak ada untuk beberapa saat sebelum berpura-pura jadi semakin kentara, ia pun bangkit berdiri, mengusap-usap debu dari celananya.
"Aku tidak tahu,"
ia mendengus,
"pertama kali melihatnya."
Ia melempar-lemparkan bola dengan satu tangan sambil tertawa garing bersama teman-temannya ketika Chanyeol datang mendekat, menyodorkan secarik kertas padanya.
Itu adalah tugas menulis yang sudah dikerjakan oleh Chanyeol di sekolah.
Di bagian atas tertulis '95%' dengan spidol merah dan di sampingnya tertempel sebuahstiker smiley.
Bahkan namanya pun tertulis dengan benar di kotak yang disediakan.
"Baekhyun,"
Chanyeol berseru, berharap Baekhyun mengambil kertasnya, memberi pujian atas hasil kerjanya, lalu mengajaknya makan es krim bersama sepulang sekolah untuk merayakannya.
"Hei, bukannya kau pernah bilang kalau ayah tirimu punya Seorang anak?"
Jongdae meringis, "Apa dia saudara tirimu?"
Tangan Baekhyun yang terkepal mulai gemetar di samping tubuhnya.
"Tunggu, mana mungkin si idiot ini saudara tiri Baekhyun?" tawa lain pecah dan suara-suara lain pun ikut meramaikan suasana hingga Baekhyun dikelilingi cekikikan dan sorak sorai mencemooh.
Amarah pun memuncak ke ubun-ubun kepala Baekhyun dan akhirnya meledak.
"Menjauh dariku!" Baekhyun meneriaki Chanyeol.
"Aku muak denganmu yang sudah menghancurkan hidupku! Kuharap kau tak pernah dilahirkan dan kuharap kau meninggalkanku sendiri karena kau cuma seonggok sampah tak berguna yang tidak mampu melakukan apapun sendirian! Kau sangat tolol dan hanya itulah yang ada pada dirimu, karena itu menjauhlah dariku dan janganpernah kembali lagi!"
Ia meremas-remas kertas itu, melemparkannya ke tanah danmenginjak-injaknya tanpa ampun dengan sepatu sepak bolanya.
Ketika Chanyeol bergeming, Baekhyun mendorongnya kuat-kuat sehingga teman-temannya harus memegangi kedua sisinya untuk menahannya.
Keheningan pun menghantui mereka semua sampai akhirnya Baekhyun mendengar suara peluit yang ditiup sang pelatih.
Teman-temannya pun berpencar satu per satu, menyisakannya berdiri berhadapan dengan Chanyeol.
"Aku tidak menginginkanmu dalam hidupku,"
ucap Baekhyun menggelegak penuh amarah dengan nada bicara yang menusuk.
Perlahan-lahan, Chanyeol mundur beberapa langkah danberbalik, kepalanya terkulai dan bahunya membungkuk lemas.
Baekhyun melihat lengannya terangkat untuk mengusap kucuran air mata dari wajahnya, namun hanya itulah yang sempat ia lihat sebelum berbalik dan bergabung dengan rekan-rekannya.
Malam itu, Chanyeol tidak pulang ke rumah...

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby's Breath
FanfictionCast : Byun Baekhyun × Park Chanyeol Story by: Jindeul Genre : Angst,Hurt,Family and find by your self Story is remake karya Jindeul. Keren banget sumpah ni Ff :'v bikin ingus gue meler. Siapin tisu yang banyak y guys kalau mau baca nih Ff :v . " B...