24

1.7K 230 0
                                    

Ia terus mendengar suara-suara di kepalanya

"Tidak ada gunanya mengingat... lupakan apa yang kau lihat... Lupakan."

Chanyeol terbangung keesokan paginya dengan kepala berdenyut-denyut.

Ia bangkit duduk di ranjang dan tidak dapat menggerakkan lengan dan kakinya, jadi ia melirik ke bawah dan melihat dirinya seperti terbalut baju pengekang seperti mumi.

"Tidak ada gunanya melawan... tidak ada gunanya mengingat apa yang kaulihat... Lupakan."

Ia melihat pria berkacamata lagi lalu ia merasa ditusuk lengan bawahnya dan sejurus rasa dingin dari sesuatu mengaliri pembuluh darahnya.

Kurang lebih semenit kemudian, sensasi dingin berubah panas dan rasa sakitnya tak tertahankan di kaki membuatnya menggelepar di atas tempat tidur sambil meneriakkan isi pikiran yang tidak dapat diartikan dalam kata.

Keringat dingin mengucur dan pupilnya melebar; dia merasakan sakit yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, lalu rasa kantuk tiba-tiba muncul dan menguasainya.

"Lupakan."

"Chanyeol?"

"Chanyeol?"

Baekhyun mengguncang-guncang bahu Chanyeol pelan, dalam pandangannya tersirat kekhawatiran.

Ia mengusapkan ibu jarinya dengan lembut di pipi Chanyeol yang membiru, menyusuri tiap luka yang tampak di kulitnya.

"Siapa yang melakukan ini padamu? Kau bisa memberitahuku, Chanyeol, kita bisa meluruskan ini."


Chanyeol menutup telinganya dan beringsut bangun, memejamkan matanya erat karena dia tak dapat mengingat.

Memori itu telah terhapus bersih dari benaknya atau mungkin dipaksa untuk terlupa.

Yang dia ingat hanya debaran di dadanya juga ketakutan, ketakutan yang merenggut nyalinya hingga membuatnya terbangun di suatu malam dan melarikan diri.


"Baekhyun, aku takut... Chanyeol takut."

Baekhyun tidak tahu mengapa, tapi ia merasa tidak ada yang bisa ia lakukan selain menenangkannya dengan memeluknya sekarang.

Dia memeluknya sepanjang malam dan Chanyeol pun akhirnya tertidur lagi.



Ia terbangun keesokan paginya saat wanita tua itu membangunkannya dan berkata,

"Orang-orang dari rumah sakit itu di sini. Mereka mencari saudaramu."

Baekhyun tidak mendengar sirine polisi jadi ia menduga pihak rumah sakit telah mengirimkan beberapa orang sendiri untuk melakukan pencarian di daerah dan jalanan sekitar.

Kata wanita itu mereka sedang mengecek tiap-tiap rumah, mencari seorang pasien gila dengan perilaku destruktif, sehingga jelas sekali mungkin satu atau dua orang yang menonton kemarin akan menunjukkan di mana Chanyeol berada.

Ia segera membangunkan Chanyeol dan menyuruhnya bergegas sembunyi di lemari pakaian.

Masih setengah sadar, Chanyeol menekuk kedua kaki panjangnya dan menyembunyikan diri dengan patuh di lemari di belakang baju-baju yang tergantung, sambil sesekali kepalanya jatuh karena mengantuk.


"Semuanya akan baik-baik saja, Chanyeol, cukup... sst."

Baekhyun meyakinkannya dan menaruh telunjuknya di bibir untuk menyuruhnya tetap diam sebelum menutup pintunya tepat di saat beberapa pria masuk lewat pintu depan.


"Dia di sini tadi malam."

Wanita tua itu batuk sambil mengipasi api di tungku.

Aktingnya benar-benar natural, Baekhyun sampai kaget beliau bisa melakukannya tanpa kesulitan berarti.

"Aku memberinya sup dan dia lari ke arah sana,"

tunjuknya ke jalan yang berlawanan dari arah rumah sakit.

Pria berkacamata itu berpaling pada Baekhyun yang berdiri tanpa kata di ambang pintu dan bertanya,

"Dan siapa kau?"

"Cucuku," jawab wanita tua itu dengar segera

"tidak ada yang bisa dilihat di sini, jadi pergilah sebelum aku memanggil polisi."


Orang-orang itu menggerutu dan memutuskan untuk pergi sesuai permintaannya, tapi pria berkacamata itu menoleh pada Baekhyun sekali lagi, dengan cermat mengamati bagaimana ekspresi Baekhyun mengeruh saat mereka berkontak mata.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang