Petugas di hadapannya, seorang pria gemuk dan besaryang sama sekali berbeda dengan Kyungsoo, menjilat ibu jarinya dan membalik lembaran file di folder krem yang diduga Baekhyun file tentang Chanyeol.
"Pemuda Jeon-Il itu koma, kepalanya mendapat jahitan. Orang tuanya akan mengajukan kasus dan aku takut aku tidak akan bisa membantu secara legal dalam kasus ini," gumamnya.
"Catatan ini menunjukkan saudaramu pernah ditahan di sini sehubungan dengan pencurian barang..."
"Dia melibatkan dirinya sendiri," kata Baekhyun cepat.
"Dia hanya mencoba menyelamatkan saya, Pak. Dia tidak berbahaya! Dia bahkan tidak sanggup melukai lalat!"
Ia sadar betapa konyolnya pembelaannya, melihat Chanyeol ditemukan di lokasi kejadian dengan batu bata penuh darah di tangan.
"Bagaimana bila hal ini terjadi lagi lain waktu? Lain kali saat saudara tirimu mencoba menyelamatkanmu dan "tanpasengaja" membunuh seseorang?"
Baekhyun terdiam.
Ia kehabisan kata-kata karena, tidak perduli seberapa keras iamencoba meyakinkan bahwa Chanyeol tidak berbahaya, orang-orang akan tetap meragu karena keterbelakangan mentalnya.
Bagi mereka, Chanyeol yang seperti itu adanya tidak mempunyai kontrol diri, moralitas, ataupun perasaan akan konsekuensinya.
Mereka meragukan Chanyeol, dan Baekhyun sangat tahu alasannya, karena dulu ia jugapernah meragukan Chanyeol.
Dulu.
"Tak seorang pun berkata tentang siswa Jeon-Il karena orangtua mereka kaya, prestasi mereka bagus... karena mereka tidak berbeda. Bukan masalah bagi mereka bila Chanyeol korbannya karena orang seperti Anda dansaya berpikiran bahwa dia bodoh; mereka bahkan tidak memberinya satu kesempatan..."
Pandangannya mengabur, air mata akhirnya menetes dan mengalir di pipinya.
"Saya mengerti, Pak," ia terisak,
"Inilah yang namanya keadilan."
"Kau bisa menghubungi mereka di nomor ini, Nyonya Byun. Kami akan mengurus sisanya, berkaitan dengan siswa Jeon-Il itu."
"Terima kasih..." Wanita itu menghela nafas, mengambil secarik kertas yang serta merta diremukkannya di tangan saat Baekhyun keluar dari ruangan.
Ia bergegas meraih putranya, mata sembab karena menangis, memeluk anaknya seerat mungkin.
"Syukurlah kau tidak apa-apa..."
"Bagaimana dengan Chanyeol?"
Ibunya tidak bicara beberapa saat, ia mengusap pipi Baekhyun saat air mata kembali berjatuhan di pipinya.
Ia menghapusnya dengan sapu tangan dan berusaha tersenyum demi anaknya.
"Chanyeol akan baik-baik saja, Sayang. Para petugas itu perlumenahannya sedikit lebih lama lagi."
"Kenapa? Ia tidak melakukan kesalahan apapun!"
Baekhyun tanpa sadar berteriak keras.
"Polisi bodoh itu harusnya mempertanyakan murid-muridJeon-Il sialan itu; kenapa mereka membawa pemukul kayu kemana-mana atau kenapa Nam Woohyun terkilir tepat sebelum pertandingan musim ini dimulai! Mereka seharusnya bertanya kenapa mereka mempelajari keadilan dan kehormatan hanya untuk menyalahkan semuanya pada yang lemah. Kenapa? Karena keterbelakangan Chanyeol, dan bahwa itu merupakan kejahatan di dunia ini!"
Dadanya naik turun; seorang petugas menghampiri dan menyuruhnya duduk, namun ia mendorong pria itu, menjerit frustasi.
Ada beberapa saat keheningan memenuhi kantor polisi itu hingga Ibu Baekhyun membujuknya pulang.
Dua jam berlalu dengan cepat,dan Baekhyun melihat Chanyeol lagi.
Pemuda itu terlihat sangat terluka sampai Baekhyun memutuskan membiarkannya di perjalanan pulang naik taksi.
Ia rasa, semua yang ingin ia katakan telah dikatakan.
"Kita tidak mampu menyewa pengacara, Baekhyun."
Baekhyun dan ibunya membawa beberapa kursi keluar untuk bicara empat mata, saat Chanyeol sudah tertidur.
"Meskipun kita mendapat pengacara langsung dari pengadilan, kita akan tetap kalah. Kita bisa saja terlilit hutang, jutaan won."
Ibunya mendesah, menarik keluar sebungkus rokok dari tas kecilnya.
Ketika satu batang rokok tertahan di antara jemarinya dengan pemantik di tangan lainnya, Baekhyun merebut rokok itu darinya dengan rengutan.
Terakhir kali Baekhyun melihat ibunya merokok di depannya adalah saat wanita tersebut mengakui bahwa suaminya sudah memukulinya, dan hal terakhir yang Baekhyun inginkan adalah mengingat kembali memori lama yang takdiundang.
"Tidak bisakah ia disuruh membantu masyarakat saja? Atau apalah?"
"Mereka membatasi haknya, Sayang." Jemarinya bertaut karena tidak diizinkan memegang batang nikotin.
"Mereka bukan khawatir tentang bagaimana Chanyeol akan mempertanggungjawabkan kesalahannya sekarang, tetapi, apa yang akan ia lakukan ke depannya. Mereka khawatir kalau... Chanyeol terlalu sakit untuk kita urus..."
"Apa maksudnya?"
Ibunya memandang tas kecil di pangkuannya beberapa lama sebelum menarik keluar secarik kertas kusut yang disembunyikannya selama di kantor polisi.
"Mereka memberi kita waktu satu minggu."
Baekhyun mengambil catatan itu dari ibunya, menyipit mencoba untuk membaca tulisan tangan yang hampir tak terbaca.
Lembaga Psikiatris Seoul Rumah untukPasien Cacat Mental.
(040-8820-1192)
Semakin Baekhyun melawan orang-orang yang ingin membawa Chanyeol pergi, semakin ia meragukan dirinya sendiri.
Ia merasa lemah karena hanya dirinya yang memihak Chanyeol.
Kemudian, ia pun ragu apakah dirinya bisa membuat perbedaan, mungkin membuatmereka percaya bahwa anggapan mentah mereka tentang Chanyeol itu salah dan dia tidak perlu masuk ke lembaga pesakitan.
Lelah, kehabisan tenaga, Baekhyun terhuyung menuju kamar Chanyeol tempat pemuda itu bergelung di atas selimut di lantai.
Ia tidak memakai bantal, ataupun selimut.
Menyedihkan melihat Chanyeol seperti ini.
Berhati-hati tidak membangunkannya, Baekhyun meringkuk di samping Chanyeol yang punggungnya menghadap Baekhyun.
Chanyeol masih mengenakan seragam sekolahnya, memeluk kaki panjangnya yang ditekuk karena kamarnya yang berangin dan suhu ruangan menurun begitu kehangatan menyisip keluar dinding.
Baekhyun menarik alas tidurnya sampai ke bahu Chanyeol dan mendekat, menggunakan lengannya sendiri sebagai bantal.
Ini pertama kalinya ia tidur dengan Chanyeol, dan itu membuatnya sedih karena pemuda itu tidak sedang bangun untuk menyadari.
Ia menutup matanya, perlahan mencondongkan badan untuk memberi sebuah kecupan lembut sekilas di puncak leher Chanyeol, tepat di pertemuan tulang belakang dan tengkorak.
Ia tertidur tak lama kemudian, berharap ada Tuhan di surga yang juga peduli pada Chanyeol.
Ia berdoa pada Tuhan itu.
'Tolong, jangan biarkan mereka membawa saudaraku
'
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby's Breath
FanfictionCast : Byun Baekhyun × Park Chanyeol Story by: Jindeul Genre : Angst,Hurt,Family and find by your self Story is remake karya Jindeul. Keren banget sumpah ni Ff :'v bikin ingus gue meler. Siapin tisu yang banyak y guys kalau mau baca nih Ff :v . " B...