Chapter 27

1.8K 210 0
                                    

"Yang Mulia, saya izin keluar selama sepuluh menit,"

kata Taeyeon, pandangannya tertuju pada pintu di seberang sana.


Para juri merasa enggan untuk memberikan izin, tetapi ketika dia berkeras bahwa itu penting, ia memutuskan untuk memberinya waktu lima menit.


Taeyeon pergi melesat keluar dari ruang sidang begitu cepat sampai hampir membuatnya jatuh ke karpet yang kasar.

Koridornya kosong dan beberapa ruangan yang dia lewati juga kosong.

Tetapi, dia melihat seseorang di kursi roda sedang memandang keluar jendela, dikelilingi oleh kesunyian yang pekat.


Dia menghampiri Baekhyun tanpa suara meskipun sepatu hak tingginya menghasilkan bunyi gemertak pelan ketika bersentuhan dengan bagian lantai tanpa karpet.

Mungkin saja dia telah menarik perhatiannya karena dia melirik ke belakang dan terlihat jengkel karena dia tidak sendirian.


"Tunggu," dia berkata saat ia baru saja akan pergi menjauh



"Aku hanya ingin bicara padamu."


"Aku tidak ingin membicarakan tentang apapun." dia berkata dengan sengit.



Taeyeon menyelipkan beberapa helai rambut cokelatnya ke belakang telinga dan menaruh tangannya di salah satu pegangan kursi roda, mendesaknya untuk tinggal.

Dia harus.

Setelah apa yang telah didengarnya dari Chanyeol, dia tidak yakin bagaimana hal ini akan berhasil, bagaimana Chanyeol seharusnya berkumpul dengan keluarganya, saat seseorang yang sangat ia sayangi bahkan berpaling darinya.


"Aku tahu kau kecewa. Aku tahu, pasti sulit untuk melewati semua hal yang kau lewati, Baekhyun." katanya, berharap Baekhyun tidak keberatan ia memanggil namanya secara informal.


" Tetapi Chanyeol membutuhkanmu sekarang."


"Dia tidak membutuhkanku."


Taeyeon mengatupkan bibirnya rapat, tidak tahu bagaimana harus merespon saat dia melihat bayangan Baekhyun di jendela di seberangnya, kedua pipinya lembab oleh air mata yang sekuat tenaga ia coba sembunyikan.

Dia tidak yakin mengapa dia bersikap seperti itu atau apa yang membuatnya berpikiran bahwa dia tidak dibutuhkan, bahwa Chanyeol-dari sekian banyak orang-tidak membutuhkannya, tetapi dia tahu bahwa hal ini bukanlah suatu perjuangan yang dapat dia menangkan.

" Chanyeol telah berjuang dengan sesuatu yang sulit baginya selama hidupnya. Bukankah sudah waktunya seseorang berada di sampingnya dan membantunya menang dalam pertarungan yang tak dapat ia menangkan? Terutama kau. Dia mencintaimu."


"Bagaimana bisa?" tanyanya, sesenggukan.

" Dia akan lebih baik tanpa aku. Aku orang yang membuatnya..."

Dia berhenti ketika ada seorang pria yang memanggil Taeyeon, lalu dia menyadari bahwa seseorang mungkin saja mengirimnya atau dia tidak mungkin datang kesana untuk membicarakan sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak mengerti.

Dia hanya orang asing, bagaimana bisa dia tahu?
Baekhyun menggigiti bibir bawahnya dan memejamkan matanya, merasa malu dan kaku seperti ada beban yang berat menekan bahunya, ia ingin membakarnya atau melemparnya jauh semuanya sekaligus.

Semakin lama dia terdiam, semakin terasa berat sampai dia merasa tenggelam ke dalam dasar rasa kasihan pada diri sendiri.


"Baekhyun, Chanyeol tidak bisa memenangkan ini tanpa dirimu."

Taeyeon berkata pelan dan meremas bahunya sebelum pergi meninggalkannya.

Saat Taeyeon pergi, Baekhyun merasa ada sebuah jangkar yang melilit hatinya dan menyeretnya ke dasar perutnya.

Dia menghela napas perlahan dan mencoba membersihkan pikirannya, tapi bahkan air mata di pelupuk matanya terasa sangat berat.


Mungkin Taeyeon berpikir bahwa dia kecewa karena dia tidak lagi bisa berjalan, bahwa dia marah pada Chanyeol karena sudah mengacaukan masa depannya.

Dia sangat kecewa karena hal itu, pasti, tetapi Baekhyun tidak pernah menyalahkan Chanyeol atas semua kesialan yang dialaminya.

Sebaliknya, Chanyeol telah menyelamatkannya.

Mereka bisa saja mati lemas dan terbakar hidup-hidup di dalam bangunan itu tetapi melalui niat yang tulus, Chanyeol berhasil membawa tubuhnya keluar dari rumah yang hancur itu dengan satu alasan.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang