" Aku punya saudara laki-laki juga," kata Zitao, sambil menyalakan rokoknya setelah memeriksa bahwa di sekitarnya tidak ada polisi.
"Aku anggota sebuah geng di daerahku. Bukan geng besar, hanya segelintir pemberontak yang merasa bisa menguasai dunia dengan mengacaukan satu kota."
Baekhyun berdiri terdiam, tidak mengerti mengapa Zitao menceritakan kisah hidupnya di pertemuan resmi mereka yang kedua.
Itu tentunya bukan hal biasa untuk memulai percakapan.
"Kami melakukan hal yang cukup... buruk," gumam siswa pertukaran itu seraya menendang setumpuk peti kayu untuk dibuat alas duduk.
"Saudaraku seperti bocah itu. Saudaramu. Tidak pernah melakukan hal buruk; cuma berada di tempat yang salah diwaktu yang salah," katanya.
"Suatu hari aku membuat masalah besar, dan kebetulan ia keluar mencariku, untuk mengajakku pulang. Ketika ia tahu aku terlibat tawuran, ia langsung melibatkan diri."
Setelah jeda sesaat, Baekhyunmemandang Zitao dengan ekspresi gusar.
"Lalu apa hubungannya denganku?"
"Tak ada hubungannya denganmu," jawab Zitao dengan seringai kecil di wajahnya, seolah ia mengetahui sesuatu yang tidak Baekhyun ketahui.
Ia seperti kucing Cheshire (tokohdi Alice in Wonderland) dengan pertanyaan tak terjawab.
" Aku hanya menceritakan sebuah kisah."
Ia melempar puntung rokoknya yang sudah padam dan menginjak serbuk nikotinnya dengan hak sepatunya.
"Saudaraku adalah alasan aku berada disini, bukan di balik jeruji besi. Aku bersumpah pada diriku sendiriuntuk tidak berkelahi lagi, tapi baru saja aku melakukannya, untukmu."
Ia beranjak dan menepis debu di bajunya,
"Jangan melakukan kesalahan yang sama sepertiku dengan lari dari masalahmu."
Zitao merenggangkan tubuhnya layaknya kucing yang baru bangun tidur, kini berjalan ke arah sekolah.
"Oi, ayo kembali ke sekolah," ia memanggil di balik pundaknya, dan setelah merenung beberapa saat, akhirnya Baekhyun pun mengikutinya.
"Ada apa denganmu? Kau bahkan tidak memakan kecambahmu, padahal kukira kau menyukainya," seru Baekhyun pada Chanyeol dalam perjalanan pulang sekolah, sambil membuka kotak makan Chanyeol selapisdemi selapis
"Kamu cuma menghabiskan sosisnya."
"Tadi aku... ah... mendapat hukuman, jadi tidak bisa makan semuanya."
"Hukuman? Untuk apa?"
"Terlambat... tadi aku menunggu Baekhyun," jawab Chanyeol dengan senyum lebar, seolah merasa bangga untuk mengakuinya.
Baekhyun pun menjitak kepalanya, namun dalam hati, mungkin ia merasa sedikit senang.
"Baekhyun, ini sulit sekali...," rengek Chanyeol, ia mengacakram rambutnya dengan geram.
"aku tidak mau melakukannya lagi."
Baekhyun, yang sudah membawa keluar alat tulisnya untuk belajar di ruang tamu bersama Chanyeol, menatap dari balik buku paket sejarahnya.
"Tulis saja beberapa kalimat lagi, akan kubantu kalau kamu tidak mengerti sesuatu," katanya sambil menggaruk telapak kakinya yang tidak gatal.
"Tidak. Aku tidak mau!"
Baekhyun terkejut mendapati Chanyeol yang penurut ternyata punya nyali untuk melempar bukunya hingga jatuh dari ujung meja dengan suara 'flop' ke lantai.
Dengan tenang ia memungutnya.
Sebuah kertas merah muda terjatuh.
Dengan hati-hati, Baekhyun membuka kertas lecek itu dan membaca tulisan tangan yang jelas-jelas milik kepala sekolah.
Itu adalah surat pengunduran diri.
"Chanyeol..."
"Bu Guru bilang aku tidak boleh sekolah lagi...," ia terisak.
"A-Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa..."
Baekhyun meremas kertas itu di tangannya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
Ia mendorong buku catatan itu ke arah Chanyeol lagi dan merapatkan jari anak itu pada pensil.
"Kalau kamu mengerjakan PR-mu, Bu Guru mungkin berubah pikiran, beliau akan mengizinkanmu tetap sekolah, aku akan bicara dengannya, aku janji..."
Ia tidak tahu apa yang diucapkannya, tapi kini ia menekan ujung pensil Chanyeol di buku tulisnya, memaksanya untuk menulis kalimat yang samar-samar terbayang olehnya.
"Tidak!"
"Chanyeol!"
"Tidak mau, Baekhyun!"
Chanyeol berusaha melepaskan diri dari Baekhyun sekarang, kedua mata mereka mulai berkaca-kaca.
"Dengarkan aku, Chanyeol! Kalau kamu tidak menulis, mereka akan mengambilmu! Tidakkah kau mengerti, idiot!"
Baekhyun berteriak, mencengkeram kerah seragam Chanyeol sehingga mereka saling tatap muka.
Ia gemetaran karena tegang dan tidak tahu harus berkata apa, namun ia tidak sempat berpikir panjang sebelum serentetan kata keluar begitu saja dari bibirnya.
Ia tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Ia sudah terlambat bertahun-tahun lamanya.
"Aku... Akulah yang menghancurkan hidupmu, dantiap hari aku mencoba untuk menebusnya, hanya saja... tembok penghalangnya... tembok itu terlalu tinggi. Kau bercita-cita menjadi guru, dan aku menghancurkannya! Bagaimana aku bisa hidup seperti ini, saat hanya akulah yang bisa bersekolah sedangkan kau... kau... kau... seperti ini..."
Jemarinya bergetar hebat, dan akhirnya air mata mengucur deras membasahi pipinya, hingga jatuh menetes di atas plat nama kuning Chanyeol yang masih kosong.
Ia menundukkan kepalanya dan menangis sejadi-jadinya sampai bernafas pun sakit.
"Tidak adil... Mereka akan mengambilmu tepat di saat aku menemukan lubang di tembok itu... Ini tidak adil..."
Baekhyun menangis seraya menenggelamkan dirinya dalam pelukan Chanyeol.
Ia yang melantur sekarang, berusaha mengungkapkan semua yang ada di pikirannya sekaligus, namun yang keluar dari mulutnya terdengar seperti kumpulan kata-kata yang campur-aduk.
"Kau tidak ingat apa-apa."
"Aku ingat, Byun Baekhyun."
Yang mengejutkannya, suara Chanyeol terdengar hangat dan tenang, ia memiringkan wajah Baekhyun yang basah untuk mendekatkan dahi mereka, hingga hampir bersentuhan.
"Aku ingat Byun Baekhyun, saudaraku... sahabatku." Ia tersenyum.
"Biarpun... biarpun aku tidak ingat caranya... menulis... Aku masih bisa ingat..."
Ia menepuk dadanya sendiri dengan lembut.
"Di sini."
![](https://img.wattpad.com/cover/129550613-288-k325434.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby's Breath
FanfictionCast : Byun Baekhyun × Park Chanyeol Story by: Jindeul Genre : Angst,Hurt,Family and find by your self Story is remake karya Jindeul. Keren banget sumpah ni Ff :'v bikin ingus gue meler. Siapin tisu yang banyak y guys kalau mau baca nih Ff :v . " B...