9

2.9K 373 4
                                    

Ayah Baekhyun telah mengajarinya untuk tidak pernah tunduk pada kekerasan, atau mengangkat tinju pada siapa pun.

Memang, ayahnya pernah melayangkan tinjunya pada ibunya berkali-kali sebelumnya, tetapi Baekhyun masih meyakini filosofi anti-kekerasan dan menghindari perkelahian apa pun yang terjadi.

Kalau ada hal yang diajarkan privat oleh ayahnya dengan contoh terburuk, itu adalah bahwa kekerasan hanyalah cara seorang pengecut menyelesaikan masalah;

Baekhyun tidak ingin menjadi pengecut seperti ayahnya


"Aku tidak menyangka pemain dari SMA Hye-Song ternyata sangat kecil, seperti kurcaci."

Sang pemimpin gerombolan tergelak, meremehkan Baekhyun sementara para anak buahnya ikut tertawa.

Baekhyun mencerca.

Ya, pemain dari SMA Jeong-Il lebih tinggi, lebih kuat, dan terlihat mampu melayangkan pukulan bagus yang membuat mereka menjadi lawan yang tangguh di pertandingan, namun Baekhyun sama sekali tidak terpengaruh.

Ciri fisik seseorang tidak mempengaruhi kemampuan mereka atau bagus tidaknya permainan mereka sebagai tim.

"Bukankan sebaiknya kalian semua berlatih daripada membuang waktu seperti anak kecil?"
sentaknya,



nafasnya tercekat di tenggorokan saat salah satu dari mereka mencengkeram kerahnya keras sampai-sampai dadanya terasa sangattertekan.

Ia merasakan ujung kakinya terangkat sedikit.

"Hei."

Baekhyun menoleh sedikit ke arah suara tegas dan karismatik yang menembus kesunyian.

Untung saja, pemuda tadi menurunkannya kembali, dan mendorongnya dengan pandangan marah.

Sosok asing yang menghampiri mereka mengenakan seragam yang sama dengan Baekhyun, dan sampai saat orang itu menapak lebih dekat ke bawahcahaya, barulah ia mengenalinya. Itu Zitao.

"Siapa kau?" Salah seorang pemuda Jeon-Il membentaknya, mendorong bahu Zitao keras.


Dia melakukannya lagi, lagi, dan lagi, sampai akhirnya Zitao mendadak mengambil lengan pemuda itu, menariknya untuk menyarangkan sikunya keras ke rusuknya.

Pemuda itu roboh ke tanah, terengah mencari oksigen yang meninggalkan paru-parunya terlalu cepat.

Zitao menggerutu dalam bahasa mandarin yang tidak dapat dimengerti.

Baekhyun bersandar ke dinding seakan ingin menyatu dengannya, kemudian melihat saat salah seorang pemain Jeong-Il menerjang murid pindahan dari Cina itu dengan tinju terangkat yang ditepis dengan mudah seperti orang pertama tadi, kedua tangan terkunci di balik punggung.

Zitao melepasnya dengan dorongan pelan, berkomat-kamit dalam bahasa mandarin lagi, lalu mengangkat dagunya(mungkin dia bermaksud menyuruh mereka enyah).

Gerombolan siswa itu kabur terbirit-birit.

Entah mengapa, saat Zitao bergerak, Baekhyun terperanjat.

Ia tidak tahu mengapa dia bahkan mau bersusah-susah menolongnya, terlebih semenjak mereka tidak saling kenal baik dan Baekhyun memiliki impresi bahwa Zitao menakutkan.

Ada sesuatu di mata sipitnya yang mengingatkannya pada pembunuh.

Bingung harus berbuat apa, perlahan ia menundukkan kepala, dan Zitao membalas gestur tersebut tidak kalah respek, yang mana mengejutkan.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang