19

1.9K 236 3
                                    

Saat Baekhyun mendengar sepatah demi sepatah kata-kata Chanyeol yang tulus, hatinya terasa sesak di dada.

Matanya mungkin sudah berkaca-kaca oleh air mata, yang mungkin sudah jatuh dari pelupuk matanya, dan ia mungkin telah menghapusnya dengan lengan kaos.

Chanyeol tidak menyadari itu.

Baekhyun tertawa pelan.

"Hei, Chanyeol, kita sudah menjadi teman. Kita adalah sahabat," ia mengangguk pasti


"kita akan bertemu lagi nanti saat kau menjadi guru terpandai di dunia dan aku pemain sepak bola terbaik di dunia, betul?"

Chanyeol mengangguk dengan senyum cerah, yang meremukkan hati Baekhyun.
Kyungsoo menelepon pukul enam lewat empat-puluh-dua menit dan tiga belas detik, bukan berarti Baekhyun menunggu dan terus menghitung waktu sih.

Ia tengah makan malam dengan Chanyeol (biasa, dengan daging kalengan, kecambah, dan telur), ketika panggilan yang terlambat itu datang dan sebuah suara khas menjawab 'halo'-nya dari seberang telepon.

Percakapan tak berlangsung lama, karena sebagian besar dihabiskan dengan Kyungsoo yang meminta maaf karena tak bisa berbuat banyak untuk kasus Chanyeol karena laporannya sudah dibawa ke rumah sakit. Satu-satunya berita baik adalah masa percobaan; jika Chanyeol berlaku baik selama tiga tahun ke depan, maka ia akan diizinkan pulang ke rumah.


Bukan berita terbaik, tapi itu cukup. Baekhyun mengucapkan terima kasih pada Kyungsoo dan menutup telepon.

Anehnya, hatinya tidak mencelos karena sudah lama jatuh ke palung di dalamnya, saat pertama kali ia tahu alasan Chanyeol menjadi seperti sekarang adalah karena ulahnya.

Tak ada yang bisa menghapus trauma itu.

Di meja makan, ia berusaha membuat suasana senyaman mungkin, meskipun nasinya tak dikunyah dengan benar dan ia merasa ingin muntah setelah ia makan daging kalengannya. Ia menaruh lebih banyak kecambah di atas nasi Chanyeol dan memperhatikan bagaimana saudaranya menghabiskan itu semua layaknya hewan kelaparan.

Baekhyun tidak bisa berhenti memperhatikannya.


"Ada nasi di sini,"

Baekhyun tertawa kecil, menunjuk bibirnya sendiri untuk menunjukkan Chanyeol di mana nasi itu tertinggal di wajahnya.


Chanyeol mengelap sisi yang salah.

Baekhyun menggeleng dan meraihnya untuk membersihkan nasi itu dengan ibu jarinya, kemudian memakannya.

"Berhenti makan terlalu cepat, tidakkah kau merasa sedih sedikit pun?"

Chanyeol hanya menelengkan kepala sedikit, Baekhyun cepat-cepat mengabaikannya.


Usai makan malam dan Ibu Baekhyun pulang dengan setumpuk kertas kerja, ia menyuruh Baekhyun membantu mengemasi barang-barang Chanyeol.

Menyakitkan bagaimana setiap barang kecil milik Chanyeol perlahan mulai dikemas ke dalam koper hingga kamar itu kembali kosong, dindingnya tak lagi dipajangi foto keluarga dan lantainya pun bersih.

Chanyeol nampaknya tahu apa yang sedang terjadi sementara ia duduk melipat pakaian, meletakkannya dalam koper yang ia bawa saat pertama kali pindah.

Baekhyun menolak membantu, ia hampir hilang kendali melihat Chanyeol melipat seragam sekolahnya.


Setelah beberapa saat, saat semua barang-barang Chanyeol telah disusun di samping dinding dan pemuda bersurai ikal itu tengkurap dengan lampu-tidur redup menerangi buku catatannya yang hampir penuh, Baekhyun akhirnya masuk ke kamar Chanyeol.

Ruangan itu dingin dan kosong, bila saja tak ada kaleng-kaleng Baby's Breath di bingkai jendela.

Ia duduk di sebelah Chanyeol dan menarik keluar sesuatu.

"Oh tidak! Rita Repulsa menyerang kota lagi dengan prajurit andalannya, Goldar!"

Ia menjerit dengan suara heboh yang mampu ia buat, meletakkan Power Ranger hitamnya di atas buku catatan Chanyeol.

Ia menirukan pekik korban perempuan yang tak berdaya.

"Ahh! Tolong! Ranger merah, Ranger hitam, tolong!"

Baekhyun tersenyum lebar saat ia melihat Chanyeol tersenyum, karena Ranger hitam ini bukanlah versi Dino Thunder, melainkan versi lama yang ia simpan bertahun-tahun.

Ia menghilangkan Dino Thunder itu setahun yang lalu, namun tak terlalu bergantung padanya seperti figurin pertama miliknya.

"Mana Ranger merah? Aku tak bisa melakukan ini tanpanya!" Ia gusar.

Chanyeol beranjak dari lantai dan mengorek ranselnya, menarik keluar Ranger merahnya, yang telah tergores dan terkelupas.

"Rita Repulsa melarikan diri ke gundukan kotak, kita tak bisa membiarkannya!" Baekhyun berteriak.

"Aku akan pakai Blade Blaster!" Chanyeol memekik.

"Oh tidak, ada longsor! Aku terjebak, Chanyeol!"

Ia tertawa, menutupi figurinnya dengan buku catatan.

Keduanya mengenang petualangan masa kecil mereka selama satu jam sebelum cerita mereka ditutup, dan Rita Repulsa dijebloskan ke penjara yang sesungguhnya adalah koper Chanyeol.

Baekhyun melihat sekilas wajah Chanyeol, dan ia bersumpah ia tidak pernah melihatnya sebahagia ini.

Terkikik pelan, ia memberikan Ranger hitamnya pada Chanyeol.

"Ini, kau bisa memilikinya. Ini mainan favoritku, tapi kurasa kau lebih bisa merawatnya, jadi saat kita bertemu lagi, kita bisa mengalahkan Goldar yang melarikan diri, benar kan?" Ia tersenyum.

Chanyeol mengambil mainan itu dengan mata berbinar lebar, memegangnya dengan hati-hati.

Ia mendongak pada Baekhyun.
Dalam sekejap, Baekhyun merasakan lengan Chanyeol di sekelilingnya.

Ia merengkuhnya erat, dan keduanya tidak mengatakan apa pun selama satu atau dua menit.

Mereka hanya saling merengkuh satu sama lain, merasakan kenyamanan dalam kehangatan satu sama lain, dan mengambil sedikit waktu untuk bersyukur pada Tuhan atas apa yang mereka miliki, bukan apa yang tak mereka punya.

Chanyeol sudah sering memeluknya sebelum ini, namun kapan ia pernah memeluk Chanyeol seperti ini?

Kapan jemarinya pernah menyusup pada helai rambut Chanyeol, atau merasakan air mata Chanyeol membasahi kaosnya?


Kapan ia pernah berharap ia mampu merengkuh seseorang begitu erat agar mereka tak akan pernah pergi?

Mereka mengobrol tentang banyak hal di malam yang makin larut.

Mereka tertawa karena lelucon bodoh.

Mereka berbagi cerita.

Baekhyun bercerita tentang apa yang biasa mereka lakukan.

Chanyeol bercerita tentang apa yang ia ingat. Kemudian, di tengah lelucon dangkal "tok-tok"-nya (Chanyeol suka sekali berkata 'siapa di sana' setelah Baekhyun berkata 'tok-tok', bahkan meskipun itu tidak lucu) dan cerita seram, Chanyeol pun terlelap.


Baekhyun menyusul, segera setelah mengingat bahwa
Chanyeol alergi pada buah persik.


Chanyeol suka rollercoaster.


Chanyeol suka menjerit setelah minum kopi.


Chanyeol sebenarnya kidal, tapi ia terus membuatnya menulis dengan tangan kanan.


Chanyeol menganggap unicorn itu nyata.


Chanyeol...

...


.

.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang