Final Chapter 29

6.5K 374 35
                                    

"Mungkin kita bisa pergi ke arkade besok, pasti akan seru. Aku akan tetap mampu mengalahkanmu meski aku memakai kursi roda."

canda Baekhyun, mulai merasa gugup hanya dengan memikirkan pergi ke sana.


Chanyeol mengangguk dan menyeringai, mendongak sebentar untuk melihat bahwa lampu di depan pintu rumah mereka mati, membuat rumah mereka terlihat mengerikan seperti bagian dari bayangan.


Dia harus meraba-raba tembok untuk menemukan pintu gerbang yang lalu dia buka dengan hati-hati dan mendorong kursi roda Baekhyun melewati jendulan merepotkan di tanah.


"Lampunya mati sejak kau pergi. Aku selalu tersandung, terakhir kali aku berakhir dengan goresan yang besar di lutut kananku karena tersandung pintu bodoh itu."

Baekhyun terkekeh.

Saat mereka berdua sampai di dalam, Chanyeol membantu Baekhyun ke kamar mandi agar mereka berdua dapat bersiap-siap tidur, dan sebelum Chanyeol dapat membawa piyamanya ke atas kasur, Baekhyun sudah terlelap, lelah setelah apa yang mereka lakukan seharian.

Pemandangan itu begitu manis sampai Chanyeol menganguminya sebentar, lalu menarik selimut sampai ke bahu Baekhyun supaya dia tidak kedinginan.


Bagaimanapun juga, Chanyeol sering melihat ibu Baekhyun melakukannya saat Baekhyun terjaga semalaman karena belajar.

Dia selalu menepuk kepalanya dan mencium keningnya dimana Chanyeol melakukannya juga (meninggalkan remahan kue di keningnya sebagai bonus).


Anehnya, dunia terasa begitu sepi tanpa Baekhyun jadi Chanyeol mencoba menyibukkan dirinya, menggertakkan giginya dan bersenandung nada yang sumbang untuk memecahkan kesunyian.


Dia mengingat sesuatu dan mencari ke dalam lemari Baekhyun untuk sebuah kotak perkakas kecil, dan menentengnya keluar.

Lampu dengan bohlam yang rusak dengan mudah ia jangkau, jadi dengan hati-hati dia melepas bohlamnya dan mengambil sebuah bohlam yang baru dari kotak itu, menyipitkan matanya sambil mencoba memasang bohlamnya.

Terdengar sebuah deruman sebelum lampu berbentuk cakra itu menyala terang dengan sebuah bola lampu di tengahnya, menerangi jalanan yang gelap dan wajah Chanyeol.

'Sekarang Baekhyun tidak akan jatuh lagi,' pikirnya, dan mengalihkan pandangannya agar dia tidak menatap langsung cahaya itu.


Merasa senang, dia masuk kembali ke dalam dengan menenteng kotak perkakas itu.


Rumah mereka bersinar lebih terang dari rumah-rumah yang lain di sekitar mereka malam itu.


Dia buru-buru masuk ke dalam sebelum udara dingin menggigit kulitnya, menggigil saat dia menutup pintu di belakangnya.

Saat dia masuk ke dalam kamar tidurnya, Baekhyun masih seperti saat dia meninggalkannya, tertidur lelap dengan sebuah senyuman di bibirnya.

Pemandangan itu membuat Chanyeol ikut tersenyum, bahunya menurun sedikit.


Dengan hati-hati dia menaruh kotak itu dan naik ke kasur di samping Baekhyun, memastikan tidak ada suara keras yang dia buat saat dia berbaring disana.

Dia memasukkan tangannya ke bawah bantal dan jari-jarinya menyentuh sesuatu yang keras.

Perlahan-lahan dia menarik sesuatu yang terlihat seperti buku jurnal, buku yang sama yang dia berikan kepada Baekhyun saat dia pergi ke institusi berbulan-bulan yang lalu.


Lembaran-lembarannya sudah usang dan ujung-ujungnya tertekuk sedikit dan robek, mungkin karena Baekhyun telah membukanya begitu sering untuk membacanya sebelum tidur.

Chanyeol berbaring dan menjauhkan bukunya supaya dia bisa mencoba membaca halaman yang sekarang terlihat lebih jelas karena matanya sudah terbiasa dengan kegelapan.


Segalanya masih utuh, gaaris-garis pensil tercoreng sedikit dan lembaran-lembarannya sedikit basah.

Menjelang akhir dari buku itu, dia melihat halaman yang lebih bersih daripada halaman yang lainnya, sebuah halaman yang hanya terisi oleh sebuah puisi yang dia salin dengan rapi dari sebuah brosur rumah sakit.


Dia membacanya pelan, kata-kata itu masuk dengan mudah ke kepalanya saat dia mendengar ada suara di telinganya.


Dia agak kesusahan dengan kata-katanya tapi setidaknya puisi itu adalah puisi yang dihafalnya dengan hati jadi hal itu tidak terlalu buruk.



Saat dia sampai pada halaman terakhir, dia menyadari bahwa sebagian besar halamannya sudah terisi tetapi dia tidak ingat menulis kata-kata yang ada di halaman terakhir.

Itu adalah tulisan tangan Baekhyun, tercetak dengan huruf kecil:


"Di dunia yang selanjutnya, biar kita terlahir kembali sebagai saudara.

Biar kita terlahir kembali sebagai teman.

Biar kita terlahir kembali sebagai sepasang kekasih.

Biar kita terlahir kembali sebagai bunga.

Biar kita terlahir kembali kembali bersama-sama."







END

Huah gimana perasaan kalian setelah baca ini ff ? :v . Yg pasti kalau We mh nangis nyampe berjam jam :'v .

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang