27

1.8K 224 2
                                    

Dia berada beberapa langkah dari kursi roda saat dia menarik napas dalam-dalam dan menantang kecacatannya.

Satu, dua, tiga langkah.

Satu kaki setelah yang lain.


Rasa sakitnya menjadi sepuluh kali lipat seiring dengan langkah yang dia ambil tetapi Baekhyun berhasil membungkuk ke depan dan membuka pintu ruang sidang, hampir bertatap muka dengan beberapa staf yang berjaga di pintu.


Baekhyun mungkin sudah didorong keluar jika bukan karena ibunya yang menghampirinya untuk menopangnya.

"Maaf," dia tersenyum lelah.

"Aku harus pergi ke kamar kecil."

Sangat ironis saat Baekhyun ingat bagaimana dia sering menggunakan alasan yang sama kepada gurunya ketika mereka bertanya mengapa dia terlambat.

Kali ini, dia tidak berusaha menutupi Chanyeol melainkan menutupi dirinya sendiri.

" Beri seorang yang cacat waktu untuk istirahat, ya? "

dia menyeringai, mengambil tempat duduk dan menutupi fakta bahwa dia hampir mati di koridor.


Ruang sidang menjadi sunyi setelah dirinya kembali dan ada jeda yang sangat tidak nyaman sebelum akhirnya sang hakim berbicara, mencoba untuk mengorganisir apa yang telah terjadi sebelum kemunculan Baekhyun yang tak terduga.

Saat tiba giliran Baekhyun untuk bersaksi untuk saudara angkatnya, Jongin membantunya ke podium dan ruangan menjadi sunyi.


Baekhyun berusaha untuk tidak melihat Chanyeol saat dia berbicara, tidak ingin melihat ekspresi sedihnya dan cara mengerikan yang institusi itu telah lakukan untuk mengubahnya, mengurungnya sehingga dia tidak lagi terlihat seperti Chanyeolnya dengan rambut cokelat, keriting dan mata yang besar.

Sebelum dia membuang lebih banyak waktu, dia berdeham dan memaksakan suaranya untuk berkata


"Nama saya Byun Baekhyun... Saya adalah saudara dari Park Chanyeol, saudara angkat... Beberapa minggu yang lalu, Chanyeol menyelamatkan saya dari bangunan yang terbakar itu. Saat saya terbangun, ada api dimana-mana."

dia berhenti sebentar, memori itu sangat jelas di kepalanya.


" Saya tahu... Chanyeol tidak mungkin menyalakan api dan merisikokan hidupnya untuk menyelamatkan saya, bahkan setelah saya menyuruhnya untuk pergi."


Dia menelan ludah, tiba-tiba merasa kepanasan seolah-olah lidah api masih menjilati kulitnya.

" Dia menyelamatkan saya. Dia menyelamatkan banyak orang." katanya, melihat isyarat sang pengacara agar ia segera menyelesaikan kesaksiannya.



"Saya tahu jika saya terlahir kembali, saya akan tetap menjadi saudara dari Park Chanyeol."


Itu bukan apa-apa dari sebuah kesaksian, tidak dipikirkan secara profesional dan diucapkan dengan baik, tetapi yang terpenting adalah Baekhyun telah mengungkapkan semuanya dari hati dan beban di dadanya telah hilang.


Saat dia kembali duduk di kursinya, Chanyeol sedang memperhatikannya.


Mungkin satu atau dua jam sudah terlewati sampai akhirnya kasus itu hampir berakhir.

" Park Chanyeol akan segera keluar dari rumah sakit dan semua pasien dan staf dari institusi akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Park Chanyeol akan ditempatkan pada hak asuh Nyonya Byun dan dibebaskan dari semua biaya."


Palu diketukkan ke sebuah balok kayu dan rapat dibubarkan.

"Jongin!"

Baekhyun tersenyum kecil saat dia datang mencari temannya yang berada di kursi roda berada dekat bersama ibunya, mengangguk ke arah Taeyeon dan berterima kasih atas semua yang telah ia lakukan.


Dia tersenyum dan melambai ke arah mereka berdua, dengan Jongin menjawil bahu Baekhyun dengan seringai lebar.

" Kupikir dia orangnya, kawan. Aku dapat nomor telponnya!"
dia menyeringai sangat lebar.

" Kau apa?" Baekhyun tertawa,

"Bagaimana dengan SooJung?"

"Kau benar soal dia bersikap keterlaluan, kupikir aku sudah tidak tertarik lagi dengan cewek kekanakkan,"

dia menyeringai, menggigit bibir bawahnya ketika dia melihat Taeyeon berjalan memakai rok dan blusnya.

" Aku tertarik dengan wanita, rawr."


" Kepala seseorang akhirnya terpasang dengan benar,"

Baekhyun menghela napas.

"Aku akan menikahinya."

"Lupakan."

Beberapa menit setelah kasusnya dibubarkan, Baekhyun melihat departemen kepolisian melewati beberapa orang yang berkumpul di ruang duduk, masing-masing petugas membawa para anggota staf yang diborgol.

Baekhyun merasa senang melihat si pria berkacamata untuk yang terakhir kalinya sebelum pria itu dibawa masuk ke bagian belakang mobil polisi.

Dia harusnya merasa kasihan pada pria itu, tetapi dia tidak; dia malah bertanya-tanya bagaimana kabar Kris.

"Baekhyun!"


Jantung Baekhyun berdegup ketika mendengar suara yang sangat ia kenal, melihat Chanyeol dibebaskan dari borgolnya.

Ada sebuah jeda beberapa saat sebelum si raksasa itu berlari ke arahnya dengan kecepatan penuh, dan Baekhyun ketakutan dia akan menjatuhkan mereka berdua kalau saja bukan karena Chanyeol meluncur dengan lututnya dan memeluknya supaya Baekhyun tidak perlu turun dari kursi rodanya.


"Ow." Chanyeol meringis ketika dia merasakan lututnya terbakar karena bergesekan dengan karpet, tetapi lengannya melingkar di tubuh Baekhyun dan dia menyeringai seperti tidak pernah melihatnya selama bertahun-tahun.


"Hey..." Baekhyun tersenyum, melepaskan pelukannya dan memegang wajah Chanyeol untuk memperhatikan bagaimana dia terlihat dengan rambut pendek.


Dia menarik beberapa helai yang pendek dan tertawa kecil.

"Aku merindukanmu."

"Aku merindukan Baekhyun. Chanyeol merindukan Baekhyun."

tangis Chanyeol, memeluk saudaranya erat dan memendamkan wajahnya di lekuk lehernya.

Dia memeluknya lebih erat saat orang-orang melewati mereka, berpikir bahwa mereka akan memisahkan mereka lagi atau dia harus ikut dengan orang-orang dari institusi.


" Chanyeol ingin pulang ke rumah bersama Baekhyun."

"Ayo pulang ke rumah kalau begitu." Baekhyun menghela napas, suaranya bergetar

"Ayo kita pulang."

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang